Part 29 - Perubahan Tiba-tiba 2

48 6 0
                                    

Dream, Love and Friendship © Group 1

LavenderWriters Project II

PART 29 — Perubahan Tiba-tiba 2

Created by Zahraahsnaa

***

Kinara, Kevin, Lucy, dan Andhika kini terngah terbengong oleh sikap Mila yang tiba-tiba saja berubah.

Gadis itu sedikit lebih akrab dengan Fadil, yang setahu mereka Mila sangat membenci Fadil, apalagi setelah kejadian gagalnya Mila mengikuti olimpiade dan Mila melimpahkan kesalahan tersebut kepada Fadil.

"Mila waktu gak masuk, dia pergi kemana? Gak kesurupan, 'kan?" tanya Andhika. Mereka berempat kini tengah berkumpul dikantin, setelah sebelumnya menguping pembicaraan Mila dan Fadil.

"Setahu gue, tadi si Mila itu pergi ke rooftop. Sebelum ke rooftop dia seharusnya ngelewatin gudang yang katanya angker, bisa jadi dia kesurupan," balas Lucy.

"Hust, gak boleh gitu. Seharusnya kita itu bersyukur kalau Mila udah nggak marah lagi sama Fadil. Mungkin tadi dia ke rooftop buat nenangin diri dan sadar kalau kegagalan dia dalam olimpiade bukan sepenuhnya karena Fadil," Kinara menyimpulkan pendapatnya sendiri.

"Nah, bisa jadi tuh," Kevin ikut mendukung ucapan Kinara.

"Ya... tapi, 'kan, aneh aja gitu," balas Lucy.

"Udah, ah. Gue mau balik." Kinara bangun dari duduknya, dan berjalan meninggalkan ketiga teman kelasnya.

"Lah, Ra, kok gue ditinggal?" Kevin juga ikut-ikut berdiri dan mengejar Kinara yang sudah melangkah cukup jauh. Jangan salah, walau perempuan, langkah Kinara yang tak terlalu lebar itu sangat cepat.

"Lo gak pulang, Cy?" tanya Andhika setelah melihat kepergian Kevin dan Kinara.

"Gue, 'kan, pulang bareng elo," balas Lucy.

"Oh iya, gue lupa. Lo beneran mau pulang bareng gue?"

"Ya iyalah, emang kenapa? Lo keberatan nganter gue pulang?" tanya Lucy.

"Bukan, bukan gitu," Andhika menjeda ucapannya, dia sudah berancang-ancang untuk segera berdiri. "Hari ini gue gak bawa motor, jadi kita pulang pakek bus," lanjutnya.

Lucy yang masih meminum es tehnya hampir saja tersedak. Wajahnya sudah memerah bersiap mengomeli Andhika.

Tapi sebelum itu terjadi, Andhika sudah berlari meninggalkannya.

"ANDHIKA KAMPRET!"

* * *

Kini, Mila dan Fadil tengah berada di warung makan. Keduanya duduk saling bersampingan.

Dalam duduknya, raut wajah Fadil terlihat sangat gelisah, membuat Mila keheranan melihat tingkah Fadil yang duduk tak tenang.

"Dil?" Fadil menoleh kesampingnya.

"Lo... kenapa?"

"Emangnya gue kenapa?" bukannya menjawab, Fadil malah balik bertanya.

"Dari tadi gue perhatiin, lo kayak gelisah. Lo ada masalah?" Fadil terlihat gelagapan.

Dalam hati, ia bergumam, emang kelihatan banget apa muka gue gelisah?

"Ck," Mila berdecak. "Dil? Kok malah ngelamun sih?" dengan suara yang lebih meninggi, Mila kembali bertanya.

"Eh, anu... emm... sebenarnya, gue masih bingung sama sikap lo—eh bukan bingung, ngerasa aneh aja gitu," balas Fadil, sembari menggaruk tenguk kepalanya yang tidak gatal.

"Oh, gue tau, lo sukanya gue marah-marah sama lo, gitu?" lagi-lagi Fadil kembali gelagapan.

"Bukan, bukan gitu. Maksud gue, lo bener-bener udah maafin gue?"

"Lo gak percaya?"

"Bukan gitu, aish kenapa jadi susah ngomong sih gue," rutuk Fadil pada dirinya sendiri.

"Gini, ya, Dil. Gue maafin elo, karena gue sadar, kalau ini semua juga gak sepenuhnya salah lo. Oke, gue ngaku, tadi emang gue egois karena nyalahin elo. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, ini gak sepenuhnya salah lo," jelas Mila. Fadil diam, bingung hendak membalas apa.

Baru saja Fadil akan membuka mulut membalas ucapan Mila, namun urung saat makanan pesanan mereka datang.

Akhirnya, Fadil memilih mengatupkan kembali mulutnya yang sempat terbuka, dan memilih untuk memakan makanannya.

* * *

Mila dan Fadil saat ini sudah sampai dikediaman orang tua Mila. Gadis otu segera turun dan menyerahkan helm kepada Fadil.

"Thanks," ucap Mila yang terdengar setengah ikhlas dan tidak. Bagaimana tidak? Saat diperjalanan menuju rumahnya, Fadil terus saja menanyakan tentang apakah ia sudah sepenuhnya memaafkan laki-laki iti atau belum berulang kali. Membuat Mila geram dengan perilaku Fadil.

"Mil? Lo marah sama gue?" tanya Fadil.

"Gak. Udah sono lo balik. Gue capek, pengen cepet-cepet tidur," balas Mila ketus.

Fadil menghela napas. Mila kini sudah kembali ke sifat aslinya jika berhadapan dengannya. Tapi, itu sedikit membuat Fadil merasa lega. Karena sejujurnya, Fadil masih belum terbiasa dengan sikap Mila yang sedikit lebih hangat kepadanya.

"Yaudah gue balik dulu," setelah mengucapkan itu, Fadil kembali melajukan motornya untuk sampai ke rumah dan meninggalkan Mila.

***

To Be Continued

[1]Dream, Love and Friendship✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang