Part 17 - Iri

49 9 5
                                    

Dream, Love and Friendship © Group 1

LavenderWriters Project II

PART 17 — Iri

Created by girlRin

***

Keesokan harinya, Mila tiba di Sekolah lebih awal dari biasanya. Saat Mila datang, hanya ada 5 orang yang sudah ada di kelas. Mereka sibuk mengerjakan tugas Matematika atau lebih tepatnya mencontek milik teman masing-masing. Mila hanya diam dan memilih membaca buku pelajaran lain, ia harus semakin siap untuk Olimpiade, kan?

Tak lama seseorang yang kemarin absen pun memasuki ruang kelas. Mila menatap pemuda itu dengan perasaan sedikit cemas, kenapa? Wajah Fadil memang tidak lagi sepucat kemarin tapi tetap saja ia baru sakit dan tidak mungkin kemarin langsung sembuh, kan?

Fadil juga terlihat murung, bahkan saat melewati bangku Mila, pemuda itu tidak menatapnya melainkan langsung berjalan menuju kursinya dan langsung membenamkan kepalanya di antara lipatan tangannya.

Mila ragu untuk menghampiri pemuda itu, dalam hati ia khawatir. Apa yang sudah terjadi hingga pemuda itu terlihat murung tapi di sisi lain ia enggan kalah akan egonya.

Tak lama masuklah Kevin dan Andhika. Kedua pemuda itu berlari menuju meja mereka dan memutar kursi menghadap Fadil. Kelihatannya mereka khawatir pada sahabat mereka.

Mila pun memilih acuh dan kembali membaca.

"Dil, lo masih demam." ucap Andhika yang pada dasarnya memang tidak bisa menjaga suaranya menjadi pelan.

Mila yang mendengar itu pun hanya melirik Fadil sejenak.

"Ngga papa, suntuk gue kalo di rumah." ucap Fadil malas.

"Dil, kata Tio, waktu itu bokap lo jemp—" Belum sempat Kevin menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja suara Lucy memenuhi kelas.

"MILAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!! GUE NYONTEK PR MATEMATIKA DONGGGGGGGGGGGG!!!!"

Semua murid menatap Lucy termasuk ketiga pemuda Taekwondo itu. Lucy tak ambil pusing, ia langsung menatap kursi dekat Mila dan menatap gadis itu dengan tatapan sok imut.

"Lo ngapain aja sih semalam? Ngga ngerjain, ha?!" Mila mengeluarkan buku PR miliknya dan menyerahkannya pada Lucy.

Lucy mulai menyalin jawabannya dan tersenyum pelan, "tadi malam gue streaming drama Korea. Gila, so sweet banget tau ngga? Aktornya tuh ganteng banget, dia suka sama cewek yang jutek tapi si cewek tu—"

"Udah, udah. Buruan, ntar gurunya dateng." Kinara tiba-tiba muncul dan menutup mulut Lucy yang keasyikan berkoar-koar tentang drama Korea yang ia lihat tadi malam.

"Oh, iya. Tumbenan lo pinter," Lucy langsung melanjutkan menyalin jawabannya Mila.

Kinara menatap Lucy, "ya emang gue pinter." Gadis itu pun duduk di kursinya dan mulai memainkan HPnya, tapi sebelum itu ia menoleh dan menatap Fadil. Segera saja gadis itu mengambil sebuah amplop dari tasnya dan menyerahkan benda itu pada Fadil.

"Titipan dari Kepsek tadi. Buat lo." ucap Kinara lalu duduk ke kursinya.

Fadil menatap amplop itu dan langsung tau jika itu adalah undangan dari beberapa Universitas yang sebelumnya Farhan kirimkan rekap prestasi Fadil. Tentu saja, sebelum ini sudah banyak undangan Universitas, telpon dari pihak Beasiswa yang ia terima dan semua itu karena Ayahnya yang begitu ingin ia mendapat pendidikan terbaik. Fadil menyimpan amplop itu di dalam bukunya dan kembali merebahkan kepalanya di atas meja.

[1]Dream, Love and Friendship✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang