O3

471 203 123
                                    

°|•°'Namjoon pov


Hari ini aku merasa sangat senang sekali, akhirnya aku bisa kembali bertemu dengan gadis itu. Gadis yang selalu ada dipikiranku akhir akhir ini.

Walaupun cara kami bertemu sangatlah tidak etis dan sama sekali tidak ada kesan menyenangkan didalamnya. Tapi aku sangat bersyukur karena kami dipertemukan kembali setelah pertemuan singkat kami di toko buku kala itu.

"Kim Sinha. Selamat karena sudah berhasil mengambil alih hatiku. " Akhirnya waktu yang harusnya aku gunakan untuk menyelesaikan tugas dari dosen tergantikan begitu saja menjadi sesi waktu memikirkan 'pujaan hati'.

Jika urusanya sudah dengan perasaan maka apapun itu akan terlupakan begitu saja. Bahkan tugas yang menumpuk pun tidak akan diperdulikan lagi.

Entah mengapa aku enggan sekali menghilangkan bayangan wajah Sinha yang tengah tersenyum kearahku.

Membiarkan laptop dihadapanku menyala tanpa ingin mengetik satu katapun didalamnya. Bahkan aku merasa bahwa bayangan wajah Sinha ada didalam laptop saat ini.

Ya mau dibagaimanakan lagi, kalau urusanya sudah menyangkut hati. Sulit rasanya menghadapi ego seseorang yang tengah kasmaran sepertiku.

°|•°'Jimin pov

"Ck, sebenarnya apa yang terjadi dengan bocah itu? Rasanya seperti tidak bisa sehari saja tidak mengganggu hidupku yang butuh ketenangan ini. " Aku berdecak kesal di saat mendapat telepon secara mendadak dari wanita menyebalkan itu.

Siapa lagi kalau bukan Kim Sinha. Rasanya ingin sekali mencakar wajahnya yang mulus dan kelewat cantik itu karena sudah mengganggu jam makan siangku.

"Yeoboseyo? "

"Jimin-nie! Kau ada dimana? Bisakah kau datang sekarang juga ke kampusku. "

"Untuk apa aku datang ke kampusmu. Lagi pulakan ini belum waktunya pulang kuliah. Apakah kelasnya selesai lebih cepat dari sebelumnya? "

"Mm.. Soal itu nanti saja aku ceritakan. Yang penting sekarang juga kau harus datang menemuiku! Dan satu lagi TIDAK ADA PENOLAKAN! "

"T-tapi.. "

Pip.

Sebelum menyelesaikan ucapanku, gadis itu sudah terlebih dahulu menutup telepon secara sepihak. Menyebalkan. Bila sudah mendengar ancaman darinya seperti itu mau dibuat apa lagi.

Aku terpaksa harus menuruti ucapanya kalau sudah begini. Dan berakhir denganku yang harus menitipkan absen kepada salah satu teman karena hari ini masih ada jadwal dua jam di kelas berikutnya.

°|•°'Author pov

Gadis itu masih setia menunggu sahabatnya yang sedari tadi tak kunjung datang. Ya, Sinha masih sibuk melamun sembari menopang dagu dengan tangan kirinya.

Duduk di halaman belakang kampus pada salah satu bangku yang tersedia di sana. Tempat yang paling tenang dan cocok dijadikan tempat menyendiri. Banyaknya pepohonan dan angin yang berhembus kencang menambah kesejukan di sekitar.

"Sebenarnya dimana si bantet itu? Kenapa lama sekali. Padahal kan aku sudah memberi tahu Jimin di mana keberadaanku sekarang. Tidak mungkin kan sekarang dia tengah mengelilingi seisi kampus untuk mencariku. "

Sinha tidak henti hetinya mengumpatkan kata kata kasar sedari tadi. Merutuki sifat lamban sang sahabat, hingga sebuah panggilan mengalihkan atensinya saat ini.

End of Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang