Prolog

35.3K 1.2K 39
                                    

Gadis kecil yang kini beranjak memasuki masa tingkat SMA sudah siap depan kaca rias miliknya dengan seragam warna putih di balut rompi warna merah hati, tak lupa rok yang bercorak kotak-kota biru, merah, putih dan hitam.

"Tuan putri." panggilan Tuan putri itu sudah tak asing lagi baginya sejak kecil.

"Yes i am ready." seru gadis itu setelah memasang pita kecil di rambutnya.

"Quotes for the day, terbanglah anggun layaknya burung merpati yang mengirimkan surat kepada pangeran dengan baik, bukan seperti elang yang suka mengambil mangsa sesuka hatinya." gadis itu menulis di sebuah note kecil yang ia tempelkan di pin dinding hiasanya.

"Tuan putri apa kamu masih tidur hm." gadis itu memutar bola matanya malas.

"Nothing, ok aku keluar sekarang." gadis itu memakai tasnya di pundak.

"Gadis kok lelet banget dek." ucap pria memakai jas kantornya.

"Heh...gak salah kuping Dara dengernya, gini ya kak harusnya yang ngomong gitu Dara kek gini nih, kak Tirta kapan nikah gak iri liat kak Bintang udah nikah terus kak Rain udah pacaran lah kak Tirta pacar aja kagak punya." cerocos gadis itu adalah Dara yang tertawa lebar.

"Tuan putri please deh kalau ngomong bisa di filter nggak, kalau perlu pakai efek instagram." kesal Tirta yang kini menjalankan bisnisnya di bidang transportasi.

"Efek instagram tuh hanya buat orang yang percaya kalau wajahnya burik mangkanya pakai efek biar glowing semeriwing kayak pantat panci kreditan." cela Dara masih tertawa.

"Tuan putri kan emang efek filter gunanya untuk mempercantikan bukan memperjelek." sahut Bulan memberikan nasi ke piring Bara yang baru datang.

"Rain." panggil Tirta ke Rain yang sudah siap akan pergi dengan membawa kertas besar.

"Kenawhy?" tanya Rain menghentikan langkah kakinya.

"Lo kagak sarapan." bingung Tirta melihat Rain yang sepertinya keteteran.

"Telat banget, sumpah gue hari ini harus keluar kota." ucap Rain membuat semua orang di meja makan kaget.

"Kok mendadak sekali kak." tanya Bulan menghampiri anaknya itu.

"Bunda salahin aja noh klien yang katanya dia udah sampai sini, padahal ngomongnya besok." cerocos Rain kesal.

"Asisten kamu memangnya kemana?" bingung Bara sudah memaklumi ketiga anak kembarnya ini yang sekarang sangat sibuk.

"Dia udah disana tadi malam aja, Rain langsung suruh buat ke tempat langsung." jawab Rain.

"Terus udah pamit belum tuh ama kak Theara, awas sampai dia nelphone gue abis itu nanyain kak Rain." sahut Dara teringat kekasih kakaknya ini.

"Udah gampang soal Theara mah, bun yah kalau gitu aku pamit." Rain langsung pamit ke kedua orang tuanya.

"Kak Rain." Rain mendengus saat Dara memanggilnya lagi.

"Nih makan" Dara melemparkan buah pisang ke Rain.

"Lo kira gue monyet pakek lo lempar pisang." kesal Rain yang akhirnya memakan pisang itu.

"Baru nyadar." sahut Tirta membuat semua orang tertawa.

"Udah gue berangkat aja kalau gitu, Dara inget jangan main-main sepulang sekolah jadi langsung pulang." gertak Rain diangguki Dara malas.

"Udah pergi sono." pekik Dara kesal.

"Yang di omongin hamster satu itu bener loh Dar, sekolah yang bener dulu baru seneng-seneng." ucap Tirta membenarkan.

"Bintang suruh ke rumah nanti bun sepulang dari kantor." ucap Bara karena Bintang adalah anak yang mau meneruskan perusahaanya itu, ketimbang ketiga saudaranya yang menekuni kemauanya sendiri.

"Kak Tir jadi nganterin gue gak." tanya Dara menaikan alisnya.

"Iya ayo." Tirta menyambar kunci mobil miliknya.

"Bunda, ayah kita berangkat." pamit mereka mencium punggung tangan orang tuanya.

"Kamu gak berangkat Bar." tanya Bulan melihat suaminya yang santai makan.

"Nanti cuma lihat ke bagian pabrik doang." jawab Bara ketika tidak ada anak-anak keduanya sering memanggil dengan nama.

"Aku gak sadar kalau putri kecilku yang dulu sangat lenjeh sekarang makin lenjeh." ucap Bulan melihat lip tint Dara yang terjatuh.

"Namanya aja tuan putri, anak perempuan satu-satunya di keluarga kita." Bara ikut tersenyum saat melihat lip tint milik putri kesayanganya.

"Aku pingin gitu menimang dan mendengar suara tangisan bayi lagi." gumam Bulan.

"Kita berdo'a saja semoga Bintang dan Andini cepet di kasih keturunan Lan." Bulan mengangguk dan mengurai rambut suaminya itu.

"Kalau kita juga nggak masalah." Bara tersenyum jahil membuat usapan lembut di rambutnya kini menjadi jambakan.

"Ngomong sekali lagi ayo, situ enak tinggal ngomong." kesal Bulan membuat Bara tertawa.

INI NANTI AKU KASIH SOAL HUBUNGAN ASMARA DARA BOLEH NGGAK?

ITU SIH MENURUTKU KALAU KALIAN GAK SETUJU KALIAN BISA REKOMENDASIIN ALURNYA KEMBALI, ITUNG-ITUNG KAYAK KITA BIKIN PROJECT BARENG.

Little queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang