BAB 24

7.7K 632 28
                                    

Dara sudah siap dengan atribut seragam sekolahnya, rambut yang tergerai panjang di tambah japit pita miliknya memnbuat kesan semakin manis di wajahnya.

"Masih jam segini ada sepuluh menit untuk makan, walau roti." Dara bergegas keluar saat mengingat Aezar akan menjemputnya.

"Bunda." pekik Dara melihat bundanya menata makanan.

"Tumben udah siap jam segini? ada angin apa kamu?" bingung Bulan berkacak pinggang melihat dari ujung kepala hingga kaki Dara.

"Ntar aja deh bun, ada yang mau ngomong sendiri." jawab Dara langsung duduk.

"Lan aku udah batalin semua pereceraian Bintang sama Andini." Dara mendengarnya kaget saat ayahnya berjalan sambil menenteng dasi kantornya.

"Aku tahu kamu bisa di andalkan suamiku, setelah ini kita biarkan saja semua berjalan sesuai usaha mereka berdua terlebih Bintang sih." Bulan memasangakan dasi di leher Bara dengan begitu telaten.

"Tuan putri, ayah harap kamu bisa di ajak kerja sama." Dara mengangguk ngerti.

"Kamu mau bareng sama ayah atau kak Tirta? tumben udah siap." tanya Tirta duduk di sebelah Dara.

"Gak keduanya." jawab enteng Dara membuat Tirta dan ayahnya saling pandang.

"Terus lo mau berangkat ama siapa." ketus Tirta bingung akhirnya, tidak mungkin mereka membiarkan Dara berangkat sendiri.

"Supir dadakan gue." Dara terus melahap makananya.

"Kapan gue ngerasain, dasi mau berangkat kantor di pasangin, bangun tidur liat cewek cantik di sebelah." celetuk Tirta melihat keromantisan kecil kedua orang tuanya.

"Mangkanya nikah." sahut Dara membuat semua tertawa.

"Cepet hallalin Aliora kak, kasihan dia harus kerja mulu gak bisa tenang waktunya, kalau kamu bisa nafkahin lahir batin kenapa nggak." tutur Bulan tertawa mengingat kekasih anak keduanya itu seorang dokter yang sibuk.

"Masih rencana." jawab Tirta kesal.

"Entar ekspektasi tak sesuai realita yang ada." ledek Dara.

"Rain belum telphone Bar?" tanya Bulan ke Bara yang mulai makan.

"Dia telphone katanya besok baru pulang." jawab Bara.

"Lo kalah lagi deh sama kak Rain, kemarin malam tuh kak Rain ngasih surprise romantis gitu kek kak Theara nih lihat." Dara menunjukan postingan instagram Theara yang berfoto dengan Rain saat di sebuah kapal pesiar karena terlihat tengah lahut yang indah.

"Halah...gak kaget raja romantis mah gitu." ketus Tirta melihat saudaranya yang ketiga begitu mengistimewakan kekasihnya.

"Ya lo harusnya gitu, masa romantisan di rumah sakit bau obat lagi." Tirta mendengus kesal.

"Bener kak, karena cewek itu simple cukup hal kecil kamu peka perhatian aja udah bikin dia seneng." Tirta hanya bisa diam saat di pojokan seperti ini.

"Emang bener kak, kamu belum punya planing buat ngelamar Aliora." Tirta mengangguk.

"Ada...kok, tinggal nunggu waktu aku ama Aliora aja yang pas." Dara mendengarnya bertepuk tangan meriah.

Ting ..tung...ting...tung...
Dara langsung beranjak dari duduknya, membuat semua orang melihatnya heran.

"Siapa sih bun?" tanya Tirta ke Bulan.

"Ya bunda gak tahu, sampai-sampai adikmu itu bergegas cepat." Bulan mengikuti Dara keluar melihat ada apa.

"Loh nak Aezar ngapain kesini?" kaget Bulan melihat Aezar sudah ada di rumahnya.

"Selamat pagi tan, mau ngajak Dara berangkat sekolah bareng dan tante gak perlu khawatir soal pulang nanti, saya akan mengantar Dara pulang lagi." izin lugas Aezar.

"Ini bun yang aku bilang supir dadakan." cengir Dara menunjuk Aezar.

"Beneran nak Aezar kamu gak keberatan?" tanya Bulan memastikan.

"Nggak tan, lagian tujuan kita sama untuk sekolah." Bulan mengangguk mengerti dan bergantian menatap Dara.

"Baik Tuan putri, jika kamu mau bunda izinin tapi sepertinya kamu senang banget." goda Bulan.

"Yaudah bunda, aku berangkat dulu good morning bunda." Dara pamit tak lupa mencium pipi Bulan.

"Hati-hati nak Aezar bawa Tuan putri." Aezar hanya mengangguk.

Mobil Aezar berlalu pergi dari pekarangan rumah Dara.

"Tuan putri...oy...lo berangkat mau sama ayah atau gue." teriak Tirta keluar tapi tak menemukan Dara.

"Telat kak, udah berangkat dulu sama pangeran mobil lamborghini merah." mendengar itu Tirta merasa tidak asing terlebih mobilnya.

"Maksud bunda, Aezar." Bulan mengangguk benar.

"Sekarang kagak zaman ye pangeran berkuda putih yang ada pangeran bermobil lamborghini." Tirta tertawa sendiri melihat adiknya ini yang sepertinya baru merasakan kasmaran.

Di dalam mobil hanya ada keheningan, tanpa ada yang membuka pembicaraan.

"Gue kira lo cuma bercanda, ekh...tahunya beneran jemput gue." seru Dara menatap Aezar sebentar.

"Gue bukan kayak balon yang gampang meletus." Dara mengerenyit bingung maksud perkataan Aezar.

"Duh...lo kalau ngomong jangan kayak hubungan deh belibet gak jelas." sewot Dara membuang mukanya melihat luar dari jendela mobil.

"Maksud gue, gue orang yang nepatin omongan bukan cuma sekedar ngomong tanpa kenyataan." Dara terdiam mendengarnya.

"Lo kok jadi bucin gini sih Dar." Aezar tertawa kecil, jelas itu membuat Dara tak bisa memungkiri kalau Aezar itu sangat manis juga tampan.

"Kebanyakan masalah." ketus Dara.

"Udah berapa kali gue bilang, bawa enjoy aja kalau lo pikirin justru malah bikin lo cepet tua mau keriputan, terus skincare lo gak mempan." Aezar tak hentinya bisa diam di hadapan Dara, hal itu membuat dirinya ikut bingung sendiri.

"Sorry ya, lo kira gue skincare bedak tabur gitu yang kalau keringetan luntur belepotan kemana-mana." Aezar semakin tertawa menanggapinya.

"Udah...udah, debat ama bocil gue ngaku kalah deh." Dara memukul keras pundak Aezar.

"Aish...sakit njing." keluh Aezar sedikit dramatis di buatnya.

"Mulut lo minta di blender banget sih, btw motor lo yang malam itu kemana?" bingung Dara saat Aezar membawa mobil, biasanya juga motor.

"Gue ngehormatin lo sebagai cewek." kali ini Dara di buat bingung lagi dengan ucapan Aezar.

"Lo cewek mana mungkin gue bawa lo pakai motor gitu, apalagi lo pakai rok dan gue gak mau ngambil kesempatan mau ngekspos diri lo, karena gue tahu lo bukan cewek yang seperti itu dan sudah jelas pasti keluarga lo gak bakal ngizinin kalau gue bawa motor gitu." jelas panjang Aezar membuat Dara terdiam, kagum dengan pemikiran Aezar.

"Tapi...kalau cewek-cewek." ucapan Dara terpotong suara Aezar kembali.

"Itu mereka bukan lo dan ini gue bukan mereka, gue tahu cara gue sendiri memperlakukan cewek khususnya lo gimana." Dara kaget saat tiba-tiba Aezar mengengam tanganya.

"Lo emang tak tertebak, lo beda saat seperti ini." Aezar hanya menampilkan senyum manisnya. Sama sekali tak mau melepaskan Dara dari gengaman tanganya.

VOTE & COMEENT...

KEDUANYA VOTE & COMEENT WAJEEEBBBB, KUDU POKOK E REK...MOH KUDU VOTE KARO KOMENT POKOK E

LEK SING GAK GELEM VOTE & COMEENT MUGO-MUGO NDANG OLEH HIDAYAH KON...

ILING REK...CORONA

BERSATU KITA KIAMAT, BERCERAI KITA SELAMAT, SAIKI GAK USAH GEMBULAN NDIKEK, SOAL E TONGGOKU ONOK SING WES KENEK CORONA

Little queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang