BAB 25

7.8K 547 13
                                    

Dara hanya bisa menghela nafas pelan saat dirinya tak konsentrasi saat bermain gitar di taman sekolah waktu istirahat berlangsung.

"Kok radak aneh ya, biasanya dulu ada yang ingetin tuan putri cepat masuk kelas, dan inilah itulah" gumam Dara teringat Andini kakak iparnya yang dulu kepala sekolahnya.

"Dara." seru seoarang dua gadis adalah Deva dan Oliv.

"Apa lagi sih kalian berdua, perasaan ganggu mulu dari tadi." kesal Dara malah di jawab cengiran mereka berdua.

"Mau lo berdua apa sih, mau nyontek Matematika kan tadi udah, terus gue bantu ngerjain soal di papan juga udah terus apa." keluh Dara karena di ganggu terus sejak pagi.

"Kok Tuan putri sensi gitu." goda Deva duduk sebelah Dara.

"Jangan panggil gue seperti itu, lo berdua gak ada hak tahu nggak." mendengar ucapan sengit Dara mereka mendengus.

"Jadi kita bukan teman lo Dar, sampai kita..." ucapan Oliv terpotong langsung suara Dara, karena menurut Dara lebay malah ingin memukul dengan gitarnya.

"Gue mah ogah temanan sama lo berdua, tapi berhubung gue baik dalam segala hal always perfect jadi gue dengan lapang dada mau nerima kalian jadi teman gue." jawab Dara berdiri dari duduknya membawa gitar.

"Tinggal lagi tinggal lagi, so'udzon mulu perasaan kalau temanan ama tuh bocah." ucap Deva di angguki Oliv.

"Yaudah lanjutin ngevlog lagi aja Dev." Deva mengangguk dan menyalakan kembali kameranya.

Dara mendudukan kembali dirinya di bawa pohon mangga menikmati angin semilir untuk mencari ketenangan.

"Mau nyari ketenangan aja susah amat." gumam Dara kembali berkutik dengan gitarnya.

Bruk...

Dara di buat kesal lagi saat mendengar suara orang berisik.

"Siapapun lo bisa diem nggak." gertak Dara tanpa melihat siapa orang itu.

"Kalau gak gimana?" tanya suara berat yang sudah berada di depan Dara, bersendekap dada.

"Ngapain sih lo disini" kesal Dara yang sangat mengenal suara ini, yang adalah milik Aezar.

"Terserah gue lah." Aezar mendudukan dirinya di samping Dara, sedari tadi tak menatapnya sama sekali.

"Ketika...suram menampakan cahayanya..." Dara mengeluh kesal saat lupa penggalan kunci lagu dari penyanyi Gita gutawa itu.

"Bodoh sini, lo mau nyanyi lagu apa." Aezar yang merasa gemas akhirnya mengambil gitar itu dari tangan Dara.

"Kok lo kayak orang susah sih main ambil aja." sewot Dara tak terima dan berdiri dari duduknya.

"Udah lo nggak usah banyak omong, mending duduk sini lo mau nyanyi apa." Aezar menarik tangan Dara yang duduk di sampingnya kembali.

"Kok malah diem, lo mau nyanyi lagu apa?" tanya Aezar kembali.

"Kalau nyanyi lagu religi azab lo emang bisa?" Aezar mengaruk tengkuknya gatal.

"Yang lain aja deh, gue gak apal lagu religi begituan." Dara tertawa kecil.

"Payah ternyata lo gak sehebat kakak gue Rain, jangan bilang kalau lo nggak bisa ngaji juga." Aezar terdiam mendengarnya.

"Beneran lo nggak bisa ngaji." syok Dara.

"Bukan gak bisa tapi gue udah lupa semua." jawab datar Aezar.

"Sama aja njir, ekh...btw sorry kalau nyingung perasaan lo tapi beneran demi Ariana grande jadi partner duet gue, gue gak bermaksud nyingung lo." Aezar menghela nafasnya pelan, kemudian menatap Dara lekat.

"Sekarang lo tahu kekurangan gue, gue itu gak sesempurna yang orang-orang lihat gue hanya lelaki yang jauh dari kata religius." Dara tersenyum maklum.

"Gue tahu dan kata bunda gue, manusia itu gak ada yang sempurna..." ucapan Dara terpotong oleh suara Aezar kembali.

"Tapi lo sempurna di mata gue gak ada cela sedikitpun di diri lo, lo punya segalanya." tanpa sadar Dara memegang kedua tangan Aezar.

"Setiap orang mau belajar pasti akan berhasil menutupi kekurangan itu sendiri, itupun kalau orangnya mau berusaha sih." tutur Dara yang akhirnya tertawa kecil.

"Gue mau belajar dari lo." Dara di buat bingung dengan ucapan Aezar.

"Belajar apaan, perasaan lo juga pinter gak goblok banget deh?" tanya Dara menatap lekat Aezar.

"Gue emang pinter, tapi gue mau belajar lebih agar bisa nyamain lo, terlebih belajar jadi imam masa depan lo." celetuk Aezar tanpa beban.

"Halu lo, gue bukan guru yang bisa ngajarin lo dan gue bukan seorang ahli dalam segala apapun." ledek Dara memukul pelan pundak Aezar.

"Gue gak yakin kalau cowok modelan kayak lo kagak punya cewek." Dara tersenyum sinis.

"Itu dugaan lo, tapi belum tentu benar sama aja fitnah." Aezar terkekeh kecil dan mengamati wajah Dara yang tertutup rambutnya.

"Gak juga tapi gue gak mau selalu percaya pada perkataan orang, yang terkadang fitnah tapi ada kebenaran." Aezar menghela nafasnya bagaimana harus ngejelasin.

"Lo dari mana, abis loncat terus lusuh gini." Dara bergidik jijik melihat tampilan Aezar yang jauh dari kata rapi sekarang.

"Bukan urusan lo" acuh Aezar.

"Biasa aja napa, gue cuma tanya kok." kesal Dara pergi bersama gitarnya meninggalkan Aezar.

"NGGAK USAH SOK BERKECIL HATI KALAU LO GAK SEMPURNA, TAPI TUTUPILAH KEKURANGAN LO DENGAN USAHA." teriak Dara dari jauh dan berlari lagi.

Little queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang