BAB 19

7.6K 643 51
                                    

Dara menatap nanar surat perceraian yang di titipkan olehnya dari Andini, yang tadi langsung di bantu oleh Theara dan Dara untuk keluar dari rumah soal tujuan Andini kemana Andini meminta mereka berdua untuk berjanji akan tutup mulut, karena paksaan Dara dan Theara akhirnya menuruti ucapan Andini.

"Kak Bintang belum kesini bun?" tanya Dara melihat Bulan yang melihat hasil ice cream buatanya di kulkas.

"Udah barusan dia ke ruangan ayah, coba kamu lihat." Dara mengangguk dan menjilat ice cream itu dengan tanganya.

"Tuan putri tangamu itu kotor." pekik Bulan kesal di jawab cekikian Dara.

"Enak bun, btw yang rasa oreo keju itu khusus for me ok." Bulan mengacungkan jempolnya, memasukan kembali ke kulkas ice cream itu.

"Kak Bintang, maaf ayah menganggu." panggil Dara saat membuka pintu ruangan ayahnya, yang memang disana ada Bintang sedang berdiskusi entah itu mengenai apa.

"It's ok anything for you, tuan putri." seru Bara selalu bahagia saat melihat putrinya, sumber bahagianya.

"Kenapa tuan putri?" tanya Bintang menampilkan senyum manisnya, melihat adik gadisnya yang menghampirinya.

"Kak Bintang bisa temui aku di ruanganku sendiri." Bintang mengangguk dan Dara keluar begitu saja.

"Kamu punya masalah dengan adikmu son, atau kamu membuat dia menangis." Bintang menggeleng pelan.

"Tidak yah...sama sekali, kalau gitu aku akan menemuinya dulu." Bara mengangguk.

Bintang melihat Dara sedang duduk di kursi ruang belajarnya, yang dulu bekas ruanganya.

"Tumben mau ngajak kakak bicara ada apa hm?" Bintang duduk menghadap Dara yang menatapnya benci, Bintang dapat menangkap itu di mata Dara jika adiknya ini punya masalah denganya.

"Tanda tanganilah, setelah itu biar pengacara dari kak Andini yang mengurusnya." Dara menyerahkan amplop coklat itu yang berlogo pengadilan agama.

"Apakah dia yang menyuruhmu melakukan ini Dara." Bintang mulai tersulut emosi, karena Andini juga menyuruhnya untuk tanda tangan.

"Yes it's true, tapi aku juga ngerasa kalau perceraian jalan yang benar, karena aku tahu kak Bintang sudah bermain api dengan rumah tangga kakak sendiri kan." Dara berdiri dari duduknya dan bersendekap dada.

"Kamu masih kecil, kamu tidak tahu apapun Dara jadi jangan pernah ikut campur urusan kakak sama Andini." bentak Bintang sama sekali tak membuat Dara takut seperti biasanya.

"Kak Bintang ngebentak gue it's ok gue gak keberatan, karena gue gak nyangka kakak yang paling gue anggap bisa ngelindungin gue ketimbang saudara gue yang lain itu lo ternyata sama aja seperti bajingan tahu nggak." Dara ikut tersulut emosi karena Bintang yang ternyata keras kepala.

"JAGA UCAPAN KAMU DARA, kamu buang surat itu sekarang." Dara hanya berdecih dan mengangkat surat cerai itu di hadapan Bintang.

"Buang? lebih baik lo tanda tangan ceraikan kak Andini dan itu langkah akhir lo bisa buat dia bahagia, dan lo bisa balik ke Chelsea wanita itu." kesal Dara.

"Gue gak bakal ceraiin Andini karena gue sayang, cinta sama dia." Dara terkekeh mendengarnya.

"Halu lo kalau belum bangun dari mimpi sebaiknya tidur lagi sana, lo bilang sayang, cinta sama kak Andini tapi lo ngelakuin hal menjijikan tahu nggak lo kembali ke masa lalu lo dan membuat hubungan terlarang denganya. Apa itu bisa di sebut cinta yang ada pengkhianatan." bisik Dara di akhir ucapanya.

"Benar itu Bintang." kaget Dara dan Bintang saat di ambang pintu Bulan berdiri.

"Bun...bunda." kaget Bintang.

"Tanda tangani surat itu ceraikan Andini bener kata Dara, Andini berhak bahagia untuk semua ini." Bintang menggeleng keras mendengarnya.

"Kamu tahukan kalau dari dulu bunda gak suka lelaki seperti ini, tapi kenapa putra bunda sendiri yang melakukanya." Bulan menatap kecewa putranya itu.

"Apa alasan kamu melakukan ini semua, karena cinta? iya?" Bintang mengangguk jujur.

"Cinta apa yang kamu maksud? Chelsea gadis itu kembali lagi, inget ya bunda masih inget ini sampai sekarang, dulu kamu pernah menjalin hubungan denganya bukan? lalu kamu di buang karena apa dia ngerasa ada yang lebih baik dari kamu and now kamu mau dengan gadis itu." Bulan menyahut surat percerain itu dari Dara.

"Tanda tangani dan pergi dari rumah ini....bunda kecewa sama kamu, tapi bunda gak bakal marah meledak-ledak karena itu urusan kamu dan kamu yang harus menyelsaikanya." Bulan melempar surat itu di hadapan Bintang.

"Bintang nggak akan tanda tangani ini bun, gak akan." kekeuh Bintang.

"Kamu udah nyakitin hati wanita Bintang, jika kalau itu mau kamu biar bunda yang mati untuk menebus dosa kamu kepada Andini, karena bunda tahu bagaimana saat rasanya di khianati pria yang paling kita cintai." Bulan mengambil gunting yang ada di kotak tulis Dara.

"Bunda...hentikan bun." seru Dara hendak mengambil gunting itu namun di cegah olehnya.

"Biar ini urusan bunda tuan putri, kamu mau tanda tangan ngelepasin Andini dari pada dia terus tersiksa dengan ikatan seperti ini." Bulan semakin mendekatkan gunting itu ke perutnya.

Bintang memejamkan matanya, berat buat dia memutuskan semuanya.

"Maafin aku Andini" batin Bintang memejamkan matanya.

Bintang mengambil pulpen itu dan langsung menanda tangani surat itu.

"Bagus kamu bisa pergi dari rumah ini." Bulan mengusap air matanya yang sempat keluar dari pelupuk matanya.

Bintang berjalan dengan langkah yang lunglai merasa seperti ada yang hilang di dirinya.

"Ada dua hal yang bunda harus tahu, kak Andini pergi dengan kandunganya serta kalung keluarga kita sudah kak Andini berikan padaku yang sekarang akan aku berikan ke bunda." Bulan menghela nafas berat melihat rumah tangga putranya yang kacau.

"Biar nanti bunda bicarakan dengan ayah soal Andini, karena dengan kuasa ayahmu itu lebih kuat dari Bintang, bunda bakal pastiin kalau Andini akan tetap aman." Dara mengangguk.

"Maafin Dara bunda, udah telat." ucapan Dara terpotong oleh Bulan memeluk putrinya.

"Bunda tahu kenapa tuan putri ngelakuin ini, pasti karena Andini kan iya bunda tahu dan sangat jelas kenapa Andini ngelakuin ini." Bulan mengusap rambut Dara.

"Pergilah bersama Aezar, karena bunda tahu kamu juga butuh hiburan." Dara tersenyum malu mendengarnya.

"Sepertinya dia sibuk." gumam Dara.

"Kamu tidak akan tahu jika tidak menghubunginya." Dara mendengus dan Bulan pergi meninggalkanya.

"Aezar." Dara menatap ponselnya datar dan tersenyum.

VOTE & COMEENT

GARA-GARA HPKU RUSAK LAGI CUMA BISA BUAT WPAN YAUDAH AKHIRNYA UPDATE LAGI HARI INI.....

THANK YANG UDAH MAU COMEENT MESKI ONLY COMEENT NEXT IT'S OK LAH, DAN YANG COMEENT TANGGAPAN GITU MALAH AKU MAU NGUCAPIN...TERIMAKASIH, MATURSUWON....

MATURSUWON REKKK...

Little queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang