BAB 27

6.9K 563 21
                                    

Dara mencari jas sekolahnya di seluruh walk in closet miliknya tapi tidak menemukanya sama sekali.

"Aduh mana sih." keluh Dara mengacak rambutnya yang sudah rapi, menjadi acakan kembali.

"Mbak." panggil Dara ke pelayan.

"Tahu seragam aku nggak, perasaan aku letakan di sini?" tanya Dara menunjuk pengantung pakaian.

"Maaf Tuan putri, mbak gak tahu mungkin ibu tahu di mana." usul pelayan itu melengang pergi.

"Entar kalau gue tanya bunda yang ada bunda malah jawab gini, kalau nyari apa-apa itu pakai mata bukan pakai emosi dulu." monolog Dara saat tidak menemukan apa yang ia cari, sementara jika bundanya yang mencari pasti akan ketemu.

"Bunda, seragam aku yang lain mana?" tanya Dara keluar dari lift.

"Ada apa?" tanya Bulan bingung.

"Ada di kamar kamu, cari yang bener lagi." Dara mendengus.

"Udah bun, tetep gak ada." keluh Dara mendudukan dirinya di kursi meja makan.

"Bukanya gak ada, tapi emang lo nya aja yang gak pinter nyari apapun." seru Rain membawa kertas besar.

"Mulut lo minta di sumpel gombal, pagi-pagi udah nyari ribut perasaan." Rain yang mendengarnya hanya tertawa.

"Biar bunda yang cariin, kamu makan gih." Dara dan Rain langsung mengambil makanan, melihat ayah dan Tirta baru keluar dari kamar masing-masing.

"Loh kemana bunda kalian." bingung Bara tak menemukan Bulan.

"Kamarnya tuan putri, nyari pelengkap seragamnya." jawab Rain.

"Ini ketemu." todong Bulan memberikanya ke Dara.

"Loh kok bisa bunda, tadi bunda nemu di mana?" bingung Dara membolak-balikan seragamnya.

"Di kursi tempat baca novel kamu." Dara mengangguk.

"Berarti itu siapa yang kurang pinter nyari barang." ledek Rain.

"Lo kalau kagak cari masalah pagi-pagi mulut lo gatel kayaknya." tukas Dara menodongkan pisau makan.

"Heran gue gimana kak Theara bisa betah, kalau gue mah ogah." Rain menatap Dara datar.

"Namanya cinta." sahut Tirta, ia juga merasakan bahkan rela menunggu.

"Hah ntuh...cinta." Rain membenarkan ucapan Tirta.

"Lo mau hadiah kawinan apa?" tanya Tirta tiba-tiba.

"Emang lo mau ngasih?" tanya balik Rain menatap lekat Tirta mengunyah makananya.

"Kagak usah ngomong gitu, gue bukan orang susah tinggal lo ngomong gitu aja." Rain mendengus.

"Sombong banget lo kak." tukas Rain.

"Kasih aja tanah kuburan." sahut asal Dara.

"Lo pikir gue mau mati." kesal Rain melihat Dara yang semakin besar, semakin ngeselin.

"Tinggal bilang aja, lo mau apa." ulang Tirta menatap Rain.

"Kagak ada, gue gak minta apa-apa." jawab Rain.

"Udah mau jam setengah tujuh." pekik Bulan melihat jam tangan, yang melingkar di pergelangan tanganya.

"Sini Bar." Bulan mengenakan dasi di leher Bara dengan telaten.

"Ayah ayo berangkat, tambah telat nanti." seru Dara mencium pungung tangan Bulan.

"Hati-hati ok." Bulan mencium kedua pipi Dara.

"Bar nanti siang, makan di restaurant ku aja biar aku yang masak sendiri nanti." Bara mengacungkan jempolnya.

Dara langsung memasuki mobil, dan Bara ayahnya langsung menjalankan mobilnya.

"Aezar gak jemput kamu lagi tuan putri?" tanya Bara.

"Emang...ayah ngizinin."  Bara teediam mendengarnya.

"Gak juga, yaudah mending bareng ayah aja takut Aezarnya keberatan juga siapa tahu dari rumah kita malah dua kali perjalanan." jawab Bara.

"Ayah gak ngelarang kamu deket sama Aezar, asal Aezar bisa bikin kamu nyaman terutama ngelindungin kamu lelaki itu harus lebih baik dari ayah yang gak mau bikin putrinya nangis." Dara terdiam mencerna ucapan Bara.

"Tapi ayah adalah lelaki terbaik di hidup aku, ayah adalah panutan aku buat cari seorang imam seperti ayah." Bara tersenyum sendu.

"Ayah bukan lelaki baik-baik tuan putri, bahkan ayah hanya lelaki biasa penuh kesalahan. Maka ayah mau kamu cari lelaki suatu hari nanti tidak seperti ayah." Dara di buat bingung dengan maksud Bara.

"Maksud ayah apa? ayah adalah suami, bos, ayah terbaik buat aku, ayah sempurna buat aku." Bara tersenyum menanggapi.

"Tanyalah dengan bundamu, meski ayah bukan sosok sempurna tapi ayah tidak mau putri tunggal ayah kesakitan atau menangis." Dara mengangguk.

"Yaudah yah, aku masuk dulu bye ayah." Dara mencium punggung tangan Bara dan pipinya serta lambaian tanganya.

"Bye sayang, belajar yang benar." seru Bara meninggalkan sekolah putrinya.

Dara segera masuk ke sekolahnya, sekolah yang terpampang bendera dari manca negara.

"Dara." Dara menoleh ketika seorang memanggilnya.

"Kenapa?" bingung Dara melihat cowok di hadapanya tengah berjalan ke arahnya.

"Lo cantik." bisik cowok itu tepat di telinga Dara, membuat gadis itu terdiam di tempat.

"Gak usah di pertanyakan." bisik balik Dara dengan seringainya, cowok itu adalah Aezar.

"Perlu di pertanyakan soal kecantikan lo itu." Dara mengerenyit bingung mendengarnya.

"Kenapa emang? cantik itu relatif untuk setiap wanita." Aezar tersenyum manis dan langsung memeluk Dara dari samping sambil berjalan.

"Gue gak tahu apa perbedaanya dan sekarang gue lagi cari tahu, kenapa cantiknya pelangi itu cepet ilang dan hal ini gue pertanyakan, lo itu gak seperti pelangi yang cantiknya sementara terus ilang." Dara di buat tertawa puas saat mendengar ucapan Aezar.

"Lo belajar dari mana sih, sumpah receh banget tahu nggak atau lo terlalu bermain sama geng bucinnya Dinan ama Jose." Aezar mendengus kesal, dia sudah merancang kalimat manis yang ternyata lebay bagi Dara sejak semalam.

"Gue real liat itu sendiri, dan udah gue teliti ke aslianya." seru Aezar mencubit hidung Dara.

"Haha...lo tadi pagi salah sarapan atau gimana sih, udah lah balik ke habitat lo." Dara berlari kecil meninggalkan Aezar.

"Entar pulang bareng ama gue." pekik Aezar tertawa kecil.

"Dasar gadis kapas." Aezar berbalik arah menuju kelasnya.

"Udah ayo keluar." mereka berjalan keluar dari lift hingga di loby bertemu dengan Aezar yang duduk menunggu.

"Ekh...Dar kayaknya kita pergi dulu ok, kan pangeran lo udah nungguin." seru Oliv dan Deva yang langsung melenggang pergi.

"Beneran lo nunggu gue?" tanya Dara dengan alis yang terangkat sebelah.

"Emang menurut lo gue mau nungguin?" Dara hanya bergumam, melihat Aezar dari atas hingga bawah.

"Jawabanya emang lo lagi nunggu gue nyatanya, because i know lo nggak bakal nunggu cewek yang bukan gue." jawab Dara dengan percaya diri.

"Alasanya apa coba?" tanya Aezar tiba-tiba mengandeng tangan Dara.

"Karena gue cantik, cerdas, kaya raya, baik intinya gue sempurna dalam segala hal." seru Dara berjalan menatap lekat mata Aezar.

"Semua orang tahu itu." Aezar menjawil hidung Dara dan kini memeluknya dari samping.

Dara masuk ke dalam mobil Aezar berwarna merah seperti biasa yang ia bawa.

VOTE & COMEENT JANGAN LUPA GIYSSS...PLEASE KESADARAN DIRI KALIAN

Little queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang