BAB 43

8.6K 470 71
                                    

Dara hanya diam tak bergeming, dengan pandangan kosong menghadap luar ia tahu jika Aezar belum sama sekali menyatakan cinta padanya, tapi setidaknya hargai dirinya sebagai kekasihnya, pikir Dara dengan air mata yang kembali menetes.

“Apa lo tahu, dulu waktu masih Smp gue sama Aezar sering bermain di Taman ini dengan membawa sepeda.” Seru Elisa seolah mengingatkan betapa indahnya hubungan dirinya dengan Aezar.

“Pasti seru, tapi sayangnya hanya masa lalu.” Balas Dara tak kalah sengit dengan senyum sinisnya.

“Udahlah El, lagian itu juga masa lalu.” Balas Aezar ia tidak ingin membahas masa lalu karena ada Dara.

“Biar gue contohin kenangan sekarang yang terjadi antara gue dengan Aezar, apa lo tahu Aezar menjadikan gue sebagai kekasihnya saat di mana? saat kita berada di Swiss liburan berdua, hal menarik bukan.” Dara merasa puas saat bisa membuat Elisa terdiam dengan emosi panasnya.

Setelah beberapa menit perjalanan dari mengantarkan Elisa pulang, kini Dara sampai di rumahnya bersama Aezar yang mengantarkannya pulang.

“Pulanglah dan hati-hati di jalan.” Ucap Dara, setelah turun dari mobil Aezar.

“Apa kamu marah karena tadi?” balas Aezar hendak menggenggam tangan Dara, tapi dengan cepat Dara langsung menarik tangannya.

“Tidak, kamu tidak perlu memikirkan itu sekarang pulanglah, aku akan masuk ke dalam, bye.” Balas Dara tak bersemangat menanggapi Aezar, hatinya sakit mengingat kejadian beberapa jam tadi.

“Langsung istirahatlah.” Ucap Aezar yang hanya di angguki Dara, setelah mengatakan itu mobil Aezar kembali melaju meninggalkan area rumah Dara.

Dara langsung memasuki rumahnya dengan langkah cepat, mengabaikan pelayan yang membawakan minuman di ambang pintu.

“Kamu kenapa tuan putri?” tanya Tirta tak mendapat respon apapun dari Dara, Tirta yang sedang meminum lemon tea selesai melakukan aktivitas Gym di buat bingung melihat Dara sepertinya sedang bad mood.

“Lah tuh bocah kenapa.” Tirta menggelengkan kepalanya dan kembali acuh.

Dara kini berada di rumah Bintang dan Andini, yang menjadi nyamuk di antara mereka berdua, tapi Dara tak memusingkan itu karena Dara sedang belajar tentang bisnis dengan kakak pertamanya ini.

Karena Bintang yang memegang perusahaan keluarga, hanya dia yang berminat mengurus perusahaan sementara kedua kakanya yang lain lebih memilih di bidang masing-masing.

"Bagaimana paham tidak, kalau tidak yaudah biar kakak jelasin." seru Bintang bangun dari paha Andini sebagai bantalan.

"Kakak lupa kalau adikmu ini punya IQ emas, bukan kacang." seru Dara setelah mencermati hal yang di berikan kakaknya.

"Kamu memangnya mau ngapain sih dek? tumben minat pelajarin ginian?" bingung Andini karena tahu Dara itu sosok yang tak suka hal rumit.

"Enggak cuma iseng aja." jawab Dara membuka ipadnya, ketika tangan kananya mengirim rekaman.

"Rain sama Theara belum pulang, tuan putri?" tanya Bintang yang mengingat jika adiknya itu sedang honeymoon bersama istrinya.

"Gak tahu, katanya seminggu lagi karena kak Theara mau ngenalin kak Rain ke keluarga besarnya yang lain." jelas Dara seingatnya, tapi fokusnya tetap di ipad miliknya.

"Kak Bin." panggil Dara tersenyum miring, melihat apa yang terputar di ipad.

"Kenapa lagi, ganggu orang mau manja-manja." kesal Bintang bangun dari paha Andini sebagai bantalan.

"Kakak ada rapat pemegang sahamkah?" tanya Dara, setelah melihat berkas milik Bintang yang di tunjukin ke Dara secara langsung.

"Iya besok." jawab Bintang meraih berkas itu.

"Biar Dara yang wakilin." enteng Dara membuat semua kaget, terutama Bintang.

"Gak...kakak gak bakal izinin kamu, dari pada nanti kakak yang kenak marah ayah karena memperkerjakan kamu gimana, bisa bahaya yang ada." seru Bintang, tidak mau membuat masalah lagi.

"Udahlah biarin aja anggep aja latihan kerja langsung di lapangan, siapa tahu lebih paham, nanti kamu awasin aja dari jauh." usul Andini tak buruk juga jika anak cewek satu-satunya keluarga Othario ingin bermain bisnis.

"It's true." Dara menutup ipadnya dan berdiri dari duduknya.

"Kamu mau kemana?" tanya Bintang bingung.

"Mau cafe, nongki-nongki cantik." jelas Dara.

"Sama siapa?" Dara menghela nafasnya.

"Sama Deva terus Olive." alibi Dara terpaksa membawa nama temanya.

"Jangan lama-lama, kalau udah langsung pulang dan Tirta suruh jemput aja." Dara mengangguk.

Dara masuk ke dalam mobil miliknya, yang di kendarai oleh supir keluarga untuk menjemput dari rumah Bintang.
"Dasar." gumam Dara, mendudukan dirinya tak jauh dari dua orang yang tertawa bersama.

Tuutt..
Dara menghubungi seseorang dan terus menatap orang yang tak jauh dari jangkauanya yang adalah Aezar dan Elisa.

"Zar." Dara menelphone Aezar yang berada di dekatnya bersama Elisa.

"Hai Ra" Dara tersenyum setidaknya Aezar masih mau mengangkat telphonenya.

"Masih meeting, atau udah kelar." tanya Dara, matanya menatap tajam orang itu terutama Elisa.

"Sebentar lagi mungkin" Dara sungguh muak dengan hal yang di depan matanya.

"Kamu masih ada di sana, kalau iya aku bakal nemuin kamu sekalian kita ke mall cari makan malam." ajak Dara tangannya terkepal erat.

"Maaf dear, kayaknya gak bisa sekarang karena aku harus nganter Elisa pulang kasihan rumahnya jauh dan dia gak bawa mobil" jawab Aezar merasa bersalah, tapi ia juga udah terlanjur janji untuk mengantar Elisa pulang.

"Suruh dia pulang dengan angkutan umum." ucap Dara terlanjur kesal, dan menghampiri meja Aezar dan Elisa.

"Da...ra." kaget Aezar melihat Dara langsung duduk di kursi yang kosong meja mereka.

"Hai...kenalin gue Dara, waktu itu kita belum sempat kenalankan" Dara berucap dan menatap jijik Elisa, yang ikut merasakan aura tak bersahabat Dara yang menguar begitu saja.

"Gue Elisa." balas Elisa.

"Kamu ngapain di sini." bingung Aezar langsung mencium pipi Dara dan memeluknya.

"Apaan sih kamu hm." dengus Dara yang sengaja mencium pipi Aezar balik.

Little queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang