BAB 41

5.6K 413 28
                                    

Bara tersenyum miring, menyadari sikap egois putri kesayanganya yang jika menjadi miliknya akan ia lakukan apapun untuk menjaganya.

"Simple, but ayah tanya sama kamu apa yang membuat kamu meradang seperti ini my little queen." enteng Bara menggendong tubuh Dara memutar, selama ini dia sebagai ayah selalu memberikan kebahagiaan bahkan putrinya tak pernah menitihkan air mata karena dirinya. Lalu apa dirinya akan membiarkan orang asing menyakiti putrinya? Jika benar, Bara tidak akan segan menggunakan kekuasaannya untuk menghancurkan orang itu.

"Dara bisa melihat ayah dari cara dia menatap Aezar, apalagi cara dia langsung mendekat ke Aezar lebih parahnya si kurap itu baru datang dan langsung meluk Aezar depan mata Dara ayah." cerita Dara mengebu-ngebu tidak Terima, ia tak suka Aezar perhatian ke yang lain selain dirinya, Dara rela di sebut egois karena jika dirinya terlalu menyepelekan maka dia sendiri yang akan kalah dengan tangisan.

"Haha...jadi ceritanya tuan putrinya ayah ini cemburu, tapi it's ok ayah akan melakukan itu karena ayah dapat merasakan ketakutan kamu itu tuan putri." Dara mengangguk dan langsung memeluk ayahnya.

"Tapi ayah, Dara mau itu semua dalam pengawasan Dara bukan ayah, karena Dara mau hanya Dara yang akan menyelsaikanya sendiri sampai si kurap itu hilang, karena Dara butuh izin ayah melakukan ini." tutur Dara tersenyum sinis bersiap akan menghancurkan apapun jika menghalangi jalannya terutama jalannya untuk bahagia.

"Dara akan diam jika kurap itu tidak melakukan hal yang lebih jauh, tapi Dara akan bertindak ketika kurap itu berani melangkah lebih jauh." Dara bisa berfikir dewasa di sela-sela ketidak sukannya.

"Ayah tidak menyangka jika tuan putrinya ayah, sudah beranjak dewasa sampai berani melakukan hal yang tak terpikirkan." Dara tersenyum sendu.

"Dara, putrinya tuan Bara Kevano Othario yang akan melakukan apapun jika itu rasa miliknya, bener kan ayah. Katakan jika Dara salah ayah" Bara mengangguk dan tertawa.

"Kamu bisa mendapatkan apapun yang kamu mau tuan putri, dan membuang apapun yang tidak kamu suka, karena bagi ayah kebahagiaan tuan putrinya ayah adalah segalanya, tidak ada yang bisa mengusiknya, ingat itu." Dara memeluk erat ayahnya, sosok pria yang paling terbaik di hidupnya dan dunianya.

"Terima kasih ayah." seru Dara mencium pipi ayahnya.

"Cepet ganti baju terus istirahat gih " Dara mengangguk dan kembali tersenyum dengan riang.

Dara kini menikmati makananya di kantin bersama Aezar yang sibuk dengan ponselnya sendiri, hal itu membuat rasa kesal di diri Dara.

"Zar." panggil Dara melirik bakso Aezar yang masih utuh.

"Zar hey." kesal Dara karena merasa Aezar sedari tadi, bahkan pagi terlihat lebih fokus ke ponselnya.

"Sejak kapan kamu seperti ini di depanku? mau aku buang itu hp." gertak Dara membanting garpu ke mangkuk bakso yang telah habis.

"Bentar dear, ini penting." Aezar melirik Dara yang kesal.

"Makan Aezar." sentak Dara tak sabaran.

"Iya nanti aku makan, setelah urusan kantorku selesai." Aezar meletakan hpnya dengan perasaan marah, karena merasa sedari tadi Dara menganggunya.

"Kalau nunggu urusan kantor selesai, gak akan ada kelarnya." debat Dara menghela nafas berat.

Tring ..
Dara tersenyum sinis saat melihat pesan yang masuk, ternyata dari si kurap siapa lagi kalau bukan Elisa.

"Because this, kamu dari tadi fokus ke hp mulu." tunjuk Dara mengangkat ponsel Aezar dan membanting ke meja tanpa ampun.

"Dara...kamu kenapa sih, dari tadi cari masalah mulu, iya ini tadi Elisa karena urusan bisnis kemarin Dar." jelas Aezar berusaha sabar.

"What? wait kamu tadi bilang aku yang cari masalah? bentar gini bukanya aku gak mau di salahin tapi gimana ya...dari tadi aku lihat kamu fokus ke hp kamu, ternyata dengan si kurap, dan alibi buat bisnis, hebat...banget ya kamu Zar." sinis Dara, sementara Aezar mengepalkan tanganya tak Terima di rendahkan seperti ini.

"Kamu kekanak-kanakan banget sih Ra, kamu mau aku cuma mentingin kamu doang gitu? Kalau gitu laki-laki manapun gak ada yang betah sama gadis manja, sombong, egois, childish kayak kamu." Cecar Aezar menunjuk tepat di wajah Dara penuh emosi.

"Dara...kamu tahu nggak sih, perusahaan dia hampir di ujung tanduk Ra, kasihan kalau aku gak tolongin. Jadi aku mohon sama kamu tolong ngerti keadaan." Dara masih diam saat merasa Aezar mengkhianatinya hanya karena gadis di masalalunya untuk tetap nomer satu.

"Kamu terlalu naif Zar, aku tahu perasaan kamu masih buat dia tapi setidaknya hargain aku dikit di depan kamu, aku merasa jadi orang lain Zar saat kamu sedari tadi sibuk dengan dia." Dara berdiri dari duduknya, meninggalkan kantin. Aezar yang melihatnya langsung mengejar Dara.

"Dara...Ra, kenapa sih." Aezar berdiri dan langsung mencekal lengan Dara.

"Zar saat ini yang terpenting si kurap itu kan, kata kamu perusahaanya hampir di ujung tanduk, yaudah it's ok kamu bantu aja sekarang dia di depanku seperti tadi, ayo fokus aja terus ama dia." seru Dara menatap Aezar marah.

"Ra dengerin aku, maaf kalau aku bilang seperti itu tapi aku minta sekali ini aja kamu ngertiin aku, disini posisiku sebagai pengusaha Dara" jelas Aezar mengengam kedua tangan Dara.

"Berbeda Aezar beda, saat kamu bersamaku yang aku kenal bukan sosok Aezar pengusaha, tapi yang aku kenal sosok Aezar kekasihku, apa boleh aku mengatakan dan menunjukan kalau kamu hanya milikku." lirih Dara di akhir ucapanya dan melepas kasar genggaman tangan Aezar.

"Maafin aku maaf...aku mohon, i am sorry dear." Aezar mengusap wajahnya kasar, rasa bersalah langsung menyelinapi pikiran dan hatinya, karena merasa dirinya sudah menyakiti Dara.

"Huft...ok, tapi jangan pernah bermain hp atau seolah sibuk banget, sampai-sampai kamu buat aku kesal lagi karena seperti tadi." pasrah Dara, mendengar itu Aezar langsung memeluk kekasihnya.

"Aku sangat menyayangimu, jadi aku mohon kamu jangan pernah membenciku atau marah terlalu lama denganku." bisik Aezar di angguki Dara.

"Udah aku mau kembali ke kelas." seru Dara melepas pelukanya.

"Bolos aja kali, sekali gak bakal bikin kamu bodoh." Aezar menarik tangan Dara hingga Dara jatuh di pelukanya.

"Orang tuaku kerja keras buat sekolahin aku Aezar, jadi jangan ngomong seperti itu karena kamu kelak akan merasakan menjadi orang tua yang harus
menyekolahkan anaknya, bye." seru Dara melenggang pergi, meninggalkan Aezar yang tertawa kecil.

Little queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang