BAB 32

6.1K 505 10
                                    

Aezar menjalankan masuk mobilnya hingga ke pelataran rumah Dara, untuk minta izin ke semua keluarganya.

"Lo beneran berani?" tanya Dara memastikan saat mereka berdiri di depan ambang pintu.

"Ngapain harus takut? gue hanya minta izin buat ngejaga lo." Aezar tertawa kecil.

"Kalau kagak di izinin gimana?" tanya balik Dara, masih bingung.

"Ya...gak gimana-gimana." jawab enteng Aezar.

"Lo tunggu sini, biar gue panggil bunda sama ayah gue." jawab Dara jujur.

"Bunda." panggil Dara langsung menuju ruang keluarga, berada di ruang atas.

Ternyata benar, Dara melihat bundanya sedang santai bersama sang ayah yang menikmati pijitan kecil di kaki mereka.

"Hai tuan putri, tumben pulang sore dan kamu menyuruh supir untuk pulang lebih dulu kenapa?" tanya Bulan melepas timun yang ada di matanya.

"Tadi nyari makan sekalian bun sama Aezar, ayah bunda wake up now ada Aezar yang ingin bicara sama bunda terlebih ayah." ucap Dara membuat Bara mengerenyitkan kening bingumg.

"Kenapa? ada yang penting, atau dia mau melamar tuan putri kita Lan." goda Bara, mendengar itu Dara menghentakan kakinya kesal.

"Halah...orang masak aja masih belum bener, mau sok nikah." ledek Bulan.

"Kalian bisa pergi." ucap Bulan ke pelayan yang di jawab anggukan.

"Kayaknya ada yang penting Bar, sampai-sampai pemuda tampan itu ingin menemui kita." Bara mengangguk dan berdiri.

"Cepet mandi bersihin badan gih, biar ayah sama bunda temuin Aezar." Dara mengangguk dan melengang pergi.

Bara dan Bulan melihat Aezar yang tengah duduk tenang di ruang tamu, sambil menunggu.

"Nak Aezar...udah lama nunggu hm?" tanya Bulan menyapa Aezar. Dengan sopan Aezar langsung menyalami punggung tangan orang tua Dara.

"Hai tan, enggak kok baru saja saya disini." jawab Aezar.

"Ada hal penting apa nak Aezar, sampai-sampai kamu ingin bertemu kami?" tanya Bara menatap lekat Aezar.

"Saya tahu om, kalau saya tidak bisa sebaik om dalam menjaga Dara dari segala hal, saya tahu saya tidak bisa membuat Dara merasa nyaman atau bahagia saat bersama saya ketimbang dengan om adalah ayahnya, segalanya buat Dara."

"Tapi om terlepas itu semua saya hanya ingin meminta satu kepercayaan om Bara, untuk saya bisa melindungi Dara, membahagiakanya dengan tawa di wajahnya." ucap Aezar tegas.

"Maksudmu apa nak Aezar, cara bicaramu seolah-olah kamu ingin membawa Dara?" bingung Bara.

"Benar om saya ingin meminta izin kepada om dan tante, untuk membawa Dara keluar negri ke Swiss bersama saya om." mendengar itu jelas sudah, jika Bulan dan Bara kaget.

"Maaf nak Aezar, disini tante sebagai bundanya Dara sudah jelas akan melarang kalian, karena Dara adalah anak gadis di keluarga kita dan terlebih Dara putri tunggal." tegas Bulan.

"Kamu punya nyali berapa tadi sebelum meminta izin seperti ini, dan saya akui kamu berani minta izin kepada kami dengan langsung menghadap." seringai Bara.

"Saya tidak mempunyai apapun om yang harus saya pamerkan, tapi saya berbekal keyakinan dan Tuhan om, tante kalau saya bisa membuat Dara aman saat bersama saya." ucap Aezar yakin.

"Kalau saya melarangnya apa kamu akan terus menentang?" tanya Bara melirik Bulan yang tengah khawatir.

"Tidak, saya tidak akan menentangnya tapi saya akan berusaha mewujudkanya meski harus banyak tentangan, tidak salah bukan jika kita berusaha lebih dulu." jawab Aezar membuat senyum Bara terpatri.

"Berapa lama saat kamu berada di sana?" tanya Bulan.

"Saya hanya membutuhkan waktu seminggu tan, bisa jadi lebih cepat dari itu." Aezar menatap kedua orang tua Dara tanpa takut, yang ada hanya terlihat kesungguhan.

"Kalau ayah sama bunda gak ngizinin, aku juga gak bakal nentang karena aku tahu apapun yang bunda sama ayah katakan atau larang pasti demi kebaikan aku." sahut Dara sudah memakai pakaian casualnya.

"Apa kamu serius mau kesana bersama Aezar? tapi ada satu syarat yang harus tuan putri penuhi." ucap Bara yang melihat Dara duduk di sebelahnya.

"Apa?" bingung Dara mengerjap polos bingung.

"Peluk dan cium pipi ayah." Dara tersenyum dan langsung melakukanya.

"Makasih ayah, kalau bunda gimana ngizinin gak?" tanya Dara memohon.

"Huft...yaudah nak Aezar, tante percaya sama kamu kalau kamu bisa menjaga Dara. Jika kamu tidak bisa menjalankan amanah itu maka tante terpaksa harus melarang apapun hal yang menyangkut Dara buat kamu." ucap Bulan final menatap Dara putri kesayanganya.

"Terimakasih tan, om." Aezar langsung menundukan matanya.

"Makasih ayah, bunda." seru Dara.

"Jaga diri baik-baik, bukan berarti ketika kamu pergi sendiri tanpa kita ayah akan lepas keamanan begitu saja, tetap akan ayah pantau kamu meski dari jauh." tutur Bara di angguki Dara.

"Ikut gue." seru Dara menarik tangan Aezar membuatnya kikuk di hadapan kedua orang tua Dara.

"Mosy..." panggil Dara saat sudah duduk di gazebo bersama Aezar, terlihat kucing putih dengan bulu halus tebal berlari ke Dara.

"Thank's ya lo udah berani ngomong langsung, gue salut sama lo ternyata wajah sama perilaku lo beda." seru Dara sambil mengusap bulu kucingnya.

"Nothing, gue cuma ngelakuin tanggung jawab gue saat gue berani ngajak lo keluar dari area lingkungan lo sendiri." jawab Aezar tersenyum manis.

"Hm...gue tahu lo seorang laki bukan cuma sekedar raga laki tapi mental hello kitty." canda Dara tersenyum membuat Aezar gemas dan merangkulnya dari samping.

"Gue bisa jadi seorang yang lo ucapin barusan, jika menyangkut orang yang berati di hidup gue." Dara terdiam dan menatap lekat Aezar.

"Spesial banget orang itu, oh ya...harusnya lo ngajak juga cewek lo liburan bareng kita, itupun kalau lo punya cewek." seru Dara membuat Aezar tertawa.

"Dia akan ada bersama gue nantinya, bahkan gue yakin dia bisa selalu di samping gue, nyemangatin gue, tapi gue gak yakin dengan diri gue sendiri." jawab Aezar sendu sambil merapikan anak rambut Dara yang berjatuhan menjuntai.

"Ikh.. gak yakin kenapa?" dengus Dara memukul pelan lengan Aezar.

"Gue takut nyakitin dia tanpa gue sadar, gue takut kalau itu sampai terjadi. Karena dia udah buat terpengaruh atau ketergantungan dengan sikapnya." ucap Aezar pelan di telinganya, membuat Dara terdiam.

"Udah mau maghrib lo balik gih, gak enak saat lo pulang atau pergi sembarangan dari rumah gue." seru Dara menurunkan Mosy dari pangkuanya.

"Bener, entar takutnya ada kesalah pahaman terutama tetangga." mendengar itu Dara tertawa lepas.

"Udah sono balik lo." Dara mendorong punggung Aezar untuk berjalan.

VOTE & COMEENT GUYSS THANK YOUU AND AI LOP YUUU

Little queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang