Chapter 14

291 26 0
                                    

Entah sudah berapa kali Yoong Hwa mondar mandir di depan kamar Haechan, sesekali dia memegangi kepala dan mengerang frustasi. Ingin sekali rasanya menguhubungi Haechan tapi, mengurungkan niatnya.

“Nona, Apa yang sedang Nona lakukan di sini? Bibi kira, tadi Nona pergi.” Ucap Bibi Nam saat melihat Yoong Hwa di depan kamat Haechan.

“Uh, Bibi, A-a-aku... Hmmm mendadak tidak enak badan, Aku ingin istirahat dulu. Oia tolong beritahu aku kalau Haechan Oppa datang!" Pesannya lalu bergegas pergi ke kamarnya sendiri.

-@@@-
Jessica fokus mengendarai mobipnya, Mark yang duduk di sampingnya terus menatapnya dengan tatapan penuh arti. Gadis yang di tatapnya menyadari akan hal itu.

“Kenapa menatapku seperti itu?”

“Aku tidak habis pikir, kenapa kau berbohong pada Yoong Hwa? Kau baru mengenalnya, tapi sudah membohonginya. Bagaimana perasaannya nanti saat tahu kalau ka_”

“Kenapa? Tidak masalah kan? Lagian aku hanya bercanda.”

“Bercanda?! Kau bilang bercanda? Awas kalau sampai terjadi masalah, aku tidak mau ikut campur!” tegas Mark.

-@@@-
Haechan merasa gugup dan bingung harus menjawab pertanyaan Nyonya Lee. Bukan hanya itu, perasaan pemuda yang merupakan putranya itu merasa sedih dan sakit melihat kondisi sang ibu.

“Lalu dari mana kau tahu tentang Lee Jang Sun, nak?”

Lagi-lagi Haechan di buat bingung “A-aku...”

Nyonya Lee mengerutkan dahinya, tatapan matanya lekat seolah begitu menunggu jawabanya.

“A-aku... Dengar saat orang-orang tadi menyebut namanya. K-kalau ku boleh tahu, suami bibi kemana?”

Mendengar ucapan Haechan, Nyonya Lee langsung menangis “Dia pergi bersama wanita lain, bahkan tidak memgakui putranya sebagai anak kandungnya. Aku benar-benar kecewa dan sakit! Setelah itu, putraku juga pergi dan bilang, kalau suatu saat nanti, dia akan datang dan ingin bibi hidup lebih baik. Tapi, hidupku seperti ini, bagaimana kalau sampai putraku tahu? Dia pasti akan kecewa dan sedih melihatku.”

Tanpa terasa buliran air mata Pemuda itu melesat sempurna tapi tertutupi oleh topi. Namun, suara isak tangisnya tidak bisa di sembunyikan. Bibi Lee mencoba membuka topinya tapi, Haechan mencegahnya.
“N-nak, K-kau menangis?!”

“Bi-bibi, boleh aku memelukmu?” ucapnya dengan suara bergerak dan serak karena menangis. Bibi itu mengangguk sambil menarik tubuh sang anak ke pelukannya. Haechan membalas erat pelukannya.

-@@@-

BRAK!!
Yoong Hwa terkejut mendengar suara benda jatuh dari luar.

“Dasar bodoh! Sudah ku bilang kalian harus hati-hati! Itu barang susah di dapat! Kalau sampai polisi tahu, bisnisku akan hancur dan semuanya akan... Ah sudahlah, mulai sekarang, kalian harus semakin hati-hati!”

“Ba-baik Tuan!”

“Nanti malam, seperti biasa, Haechan yang akan mengantar barang itu ke Gangnam.”

“Barang?! Ke Gangnam? Sebanarnya pekerjaan ayah itu apa sih! Kenapa memgantarkannya harus malam hari?”

“Sedang apa kau di sini?”

Yoong Hwa langsung menegang mendengar suara Haechan, segera dia menoleh sambil gelagapan. “O-oppa?! A-aku se_hhhmmp,” Haechan langsung membekap mulut adiknya sambil sembunyi saat melihat ayahnya dan para bodyguardnya keluar dari ruangan.

Gadis itu diam, jantungnya terasa aneh, berdegup kencang. Aroma parfum pria di depannya tercium jelas, tidak hanya jelas wajahnya saat ini tenggelam di dadanya dan tertutup jaket. Tanpa sadar kedua tangannya melingkar di pinggul Haechan, mencengkram jaketnya.

Haechan melepaskan tangannya yang membekap Yoong Hwa. “Apa yang kau lakukan di depan ruangan pribadi Ayah? Kau menguping?*

Yoong Hwa langsung melepaskan tangannya yang melingkar di pinggulnya. Kemudian menatap tajam pria yang sedang menatapnya datar.

“Wae? Kalau sampai Ayah tahu, bisa kena masalah!” tegasnya.

“Ikut denganku! Ada yang ingin aku pastikan.” Ucap Yoong Hwa sambil menarik kasar jaket Haechan untuk masuk ke kamarnya.

Wanita itu langsung memberikan baju yang di temukannya di dasbord. “Ini, ba-baju siapa?”

Mata Haechan membulat, dia terkejut melihat pakaian itu ada di tangan Yoong Hwa. “Da-darimana Kau_”

“Kenapa ada baju anak kecil yang penuh dengan darah, kemeja Oppa juga ada darah yang sama. A-apa K-kau membunuh orang?” tanya Yoong Hwa dengan wajah yang tegang.

Haechan menyunggingkan senyum smirknya lalu berjalan mendekati Yoong Hwa, yeoja yang menjadi adik angkatnya itu melangkah mundur dengan rasa takut yang tiba-tiba muncul.

“Be-berhenti di situ, k-kalau tidak, aku akan teriak!” tegasnya.

“Sudah ku bilangkan, itu darah anjing. Sebenarnya ... Aku ingin sekali membunuhnya tapi, aku menunggu waktu yang teoat!,  dan kau...” Haechan menarik Yoong Hwa dan mengunci tubuhnya di pelukannya, pria itu mengendus telinga sampai ke leher Yoong Hwa, membuat tubuh wanita itu meremang dan menengang.

“A-apa? Kau ingin mengancamku huh?! A-apa yang i-ingin ka-kau lakukan?”

Chup~
Haechan mendaratkan bibirnya tepat di bibir mungil Yoong Hwa. Tangannya menekan tengkuknya agar bisa memperdalam lumatannya. Nafsu, itulah yang di lakukannya, melampiaskan kemarahan dan lainnya yang bercampur di hatinya.

Yoong Hwa terus berusaha untuk mencari celah bernafas dan melepaskan diri. Namun, pemuda bersurai kecoklatan itu tidak peduli. Setelah puas, pria itu melepaskannya.

“Ingat, jangan ikut campur urusanku! Kalau tidak, aku akan melakukannya lagi seperti malam itu. Ok!?” Ancamnya lalu pergi.

“Jessica! Aku akan memberitahu dia, kalau kekasihnya adalah pria yang brengsek!” kesal Yoong Hwa.

Haechan terkejut mendengar nama itu, dia berbalik mwnghentikan langkahnya “Je-jessica?! Darimana kau tahu tentang dia?”

“Dia datang bersama Mark. Wanita itu bilang kalau kau kekasihnya! Keluar dari kamarku! Pergi!” usirnya sambil mendorong Haechan.

BLAM!!

“Ke-kekasihku?! Aiisshh jinjja! Kenapa jadi seperti ini?” frustasinya, lalu pergi ke kamarnya.

Sementara, Yoong Hwa sedang duduk sambil memegangi dadanya “Wae? Apa yang terjadi padaku?! Ke-kenapa dadaku berdebar saat Pria gila itu menciumku? Wae?” gumamnya.

-@@@-

“Uh, Oppa kau datang lagi?” ucap seorang gadis kecil dengan wajah polosnya.

Haechan kembali menjemput Janny, tapi kali ini bukan untuk bermain dan membawanya bersenang-senang. Tapi, dia membawa anak itu ke suatu tempat.

“Kita mau kemana lagi Oppa? Ke taman atau...”

“Oppa akan membawamu ke tempat yang tidak seorangpun di sana. Nah kita sudah sampai, ayo turun.” Pemuda itu menggendong Janny ke dalam rumah kosong. Kemudian mengambil sesuatu dari dalam mobilnya. Haechan memberikan coklat dan boneka pada anak manis dan polos itu, saat sedang asik bermain, pemuda itu menyuntikan sesuatu.

“Aaa sakit Oppa!” rintihnya saat suntik itu menusuk lehernya.

“Kalau Janny mengantuk, tidur saja ya. Oppa ingin keluar sebentar.” Pesan Haechan, anak itu hanya mengangguk. Tidak butuh waktu lama, anak itu mulai tertidur.

“Ternyata, obatnya cepat sekali bereaksi ya. Tidurlah dengan nyaman, Oppa akan bermain-main dengan orang tuamu.” Bisiknya sambil menyeringai. Dia menggendong Janny dan menidurkannya di tempat tidur yang terbuat dari papan, di sampingnya ada meja yang di atasnya terdaat baki dengan berbagai benda tajam seperti pisau, gunting, paku dan lainnya.

Haechan memakai celemek untuk menutupi pakaiannya dan kaos tangan, seringaian terukir di balik maskernya “Aku, akan memberikan hadiah special untukmu, Ayah.” Gumamnya.

I'm Sorry, Because I'm Bad Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang