7 - Harapan

5.5K 431 32
                                    

Mereka terdiam untuk beberapa saat, setelah suara sang tamu membuyarkan pemikiran Rizky.

"Ehemm, Ki. Lagi ngapain? Maaf ganggu waktu istirahat kamu." Ujar Tyo yang merasa canggung seketika. Entah mengapa melihat Rizky yang diam tanpa niatan untuk mempersilahkan ia masuk atau menyapanya terlebih dahulu.

Rizky mengerjap dan ia pun tersadar. "E-eh?! I-iya Tyo, gak ganggu sama sekali kok. Ayo masuk." Rizky memberi akses agar Tyo bisa masuk.

Tyo masuk dan duduk di sofa ruang tamu, Rizky merasa seperti orang bodoh saat ini. Mengapa ia bisa melamun di saat Tyo ada di hadapannya. Apakah karena perasaan yang tak tahu diri ini, berdegup dengan kencang hanya karena melihat wajah Tyo.

Tetapi bukan itu saja.

Mengapa Tyo datang kemari? Dan apa alasannya? Rizky pun tidak tahu.

"Ini untuk kamu, Ki." Tyo menyodorkan plastik itu kepada Rizky.

"Kenapa harus repot-repot beli sih, Tyo."

"Ya, aku mau main kesini masa cuma dengan tangan kosong doang. Gak tahu diri banget dong aku."

Rizky menghela nafas pelan, Rizky tahu betul maksud Tyo. Bukannya Rizky ingin menghina atau apa, tetapi Rizky jelas tahu kondisi ekonomi Tyo saat ini sekarang. Cowok itu bahkan jarang untuk menyenangi dirinya sendiri dengan uangnya, tetapi seperti saat ini cowok itu membelikannya jajanan. Bukan hari ini saja, kemarin itu bahkan lebih parah. Dan Rizky tidak suka akan hal itu.

"Aku ke belakang buat minuman dulu ya. Mau minum apa?" Tanpa niat menyangkal akan apa yang di lakukan Tyo, Rizky mengalihkan pembicaraan agar tak menyinggung perasaan Tyo dan menjadi perdebatan.

"Gak usah repot-repot, Ki."

"Kalo gitu, jus Mangga enak untuk cuaca panas kayak gini."

Rizky melenggang masuk ke dalam dapurnya dan mendekati lemari es untuk menyiapkan dua gelas Jus Mangga siap minum.

Rizky membawanya ke depan dan tak lupa piring untuk Ayam Spicy yang di beli Tyo tadi. Rizky merasa tidak yakin untuk menghabiskan Ayam itu karena selain ia sudah makan, Ayam yang di beli Tyo tiga potong! Rizky tidak mau sakit perut karena kekenyangan.

"Aku habis makan tadi, Tyo. Jadi kamu juga ikut makan. Gak mau tau!" Ujar Rizky mutlak.

"Tapi ini untuk kamu, Ki."

"Gak mau tau! Kamu juga harus makan. Emang kesini udah makan?"

"Sudah, sarapan pagi tadi."

"Itu kan pagi, sekarang udah jam berapa. Pokoknya makan. Itu minumnya juga harus di minum." Ujar Rizky dengan nada memerintah.

Tyo menatap wajah Rizky yang tengah berbicara itu. Matanya bisa menangkap raut kesal dan cemberut Rizky secara bersamaan. Tyo merasa sesuatu yang menggelitik tubuhnya. Entah perasaan apa yang ia rasakan, tetapi ia cukup terhibur saat wajah Rizky—yang ia tahu hanya menampakkan wajah datar dan jutek, kini berbanding balik dengan wajah seperti anak kecil yang tengah marah atau ngambek.

Tyo akui jika Rizky memiliki wajah yang lucu, imut, dan juga tampan secara bersamaan. Untuk ukuran anak kuliahan, Rizky lebih mirip anak sekolahan, maksudnya seperti anak SMA. Wajah Rizky itu putih dengan rona merah alami menghias pipinya. Tyo pun pernah mengira jika cowok ini menggunakan kosmetik atau semacamnya, tetapi saat di tatap secara langsung wajahnya memang seperti itu.

"Kamu lucu ya, Ki."

Setelah itu Rizky pun mengerjap. "Apa?" Rizky jelas mendengar apa yang Tyo ucapkan, tetapi ia hanya memastikan apakah cowok itu benar-benar sungguh mengatakan itu.

LUPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang