Special Chapter • 2

3.3K 163 41
                                    

Tyo × Rizky

Rizky hanya bisa mengeluh sembari berjalan masuk Cafe tempat ia kerja. Well, sekarang masih siang---tepatnya pukul dua belas siang. Di hari libur Semester, dimana dalam jangka waktu dekat---satu minggu lagi mereka akan masuk. Kuliah seperti biasa. Rizky tengah memegang sebuah kertas tentang laporan hasil praktikumnya yaitu Fisika Teknik. Sudah tiga hari ia melakukan kegiatan praktikum itu, dan sesudah melakukan praktek biasanya ia akan menuju Cafe ini bersama teman satu timnya---Al, Bara, Nino. Untuk pengecekan ulang dan mencari rumus yang membuat otak memanas.

Dan omong-omong sebentar lagi Rizky sudah memasuki semester 4. Tidak terasa...

Rizky sebenarnya agak kesal, kenapa ia harus satu kelompok dengan Al dan Bara? Maksudnya, kenapa tidak ada salah satu dari mereka bergabung dengan Tim yang lainnya.

Setidaknya jangan pertemukan Al dan Bara dalam waktu bersamaan. Kalian tahu sendiri 'kan...

"Astaga ulala emuach-emuach, tangan Mami jadi gosong. Ini hari panas amat yak? Mungkin neraka lagi bocor." Eluh Bara dan mendudukkan pantat semoknya di salah satu kursi. "Hey girl, yuhu ah ah! Come here, aku gak tahan!" Sahutnya memanggil pelayan Cewek.

"Elo gak ada adab banget ya manggil orang!" Desis Al yang duduk di samping Rizky.

"Namanya mulut Barbie 'kan harus cantik." Oke, tidak nyambung.

"Berbie gak ada kudisan macem elo."

"Aku Berbie elite jaman sekarang valid no debat! Situ iri? Bilang ler!"

"Anj---"

"Udah Al, jangan sahut untuk hari ini please bisa 'kan? Otak aku puyeng..." Rizky menidurkan kepalanya di atas meja saking lelahnya. Percayalah guys, laporan yang mereka buat sangat sulit! Semua harus di tulis tangan dalam 100 lembar kertas, waktu deadline 9 hari lagi.

Bayangkan betapa lelahnya diri ini.

Nino? Sibuk memilih makanan dan minuman di menu. Menghiraukan perdebatan gjlz itu. "Pesen Nasi Goreng Sea food sama Thai Tea-nya Mbak." Ini Cowok sangat santuy---dalam artian terima beres. Otaknya hanya bisa mencontek jadi ia tidak pusing-pusing amat.

Mereka sibuk menyebutkan menu pesanan sendiri, setelah itu pelayan undur diri dan membuat pesanannya. Omong-omong, Rizky tidak melihat batang hidung Vano. Mungkin sedang tidak ada di sini.

"Ya ampun nak, udah kayak mau di tinggal Aldi nikah aja. Kenapa sih? Aldi udah gak tahan ya? Atau, kamu kurang keset?" Tanya Bara. Ini Cowok kasih cabe mulutnya enak kali ya. Itu kenapa Aldi di bawa-bawa sih?!

"Kalo ngomong filter dikit, bitch!" Tanpa niat membalas, pasti sudah ada yang menyahut. Siapa lagi kalau bukan Al.

"Bic? Heh durhaka, ini Mamimu? Eh lupa, aku gak pernah ngelahirin anak kerikil kek kamu. Dasar titit Sapi!"

Rizky ancang-ancang membekap mulut Al sebelum kawanan binatang keluar dari mulut itu. Rizky benar-benar malas untuk mendengar perdebatan mereka.

Bara yang sok cantik kini tengah mengikat poni panjangnya ke atas. "Tenang anaknya Mami yang paling cantik, nanti Mami gantian kerjain kok. Nanti kalo Mami udah kelar bakal kirim fotonya ke kamu. Don't be sad beybehh."

Rizky tersenyum, mengangguk lemah. Sebenarnya, Bara itu sangat cerdas---bahkan IPK-nya menyamai IPK Rizky, yaitu 3,80. Sedangkan Rizky 3,87 (bukan mau sombong qoq). Namun kecerdasannya tertutupi akan sifat centil minta colok-coloknya itu.

"Tapi tidak buat kalian berdua! Kalian harus berusaha buat kerja sendiri. Besok, aku bakal uji hasil jeripaya kalian! Hey dude, listen to me ah... ah!" Jujur, bulu kuduk Rizky berdiri saar mendengar desahan laknat yang di buat-buat itu. Rizky merindang.

LUPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang