38 - Hancur Sudah

3.6K 324 80
                                    

Minggu itu Rizky berada di rumah. Mengingat ia belum mengupload beberapa cerita terbarunya, ia putuskan untuk melanjutkan untuk menulis cerita. Kasihan juga para readers setianya telah menantikan kelanjutan karya ceritanya. Hehe...

Sebenarnya hari ini ia ingin bersantai di Rumah, mengerjakan beberapa tugas, menulis cerita, melukis, dan lain sebagainya yang mungkin harus ia lakukan. Tetapi sialnya sore nanti ia harus---bahkan wajib untuk datang ke Kampus karena di adakan rapat UKM. Perintah sang Ketua dan Wakil Ketua Vokal yang mengharuskannya datang karena Rizky memang tak pernah datang, jarang lebih tepatnya.

Sebelum jam menunjukkan pukul tiga sore, lebih baik ia melanjutkan apa yang ingin ia lakukan. Sekarang pukul dua belas siang.

Merasa dirinya haus, Rizky pun beranjak dari tempatnya dan menuju dapur untuk minum. Ia keluar kamar dan melewati ruang tengah, di mana semua keluarganya tengah duduk dan berbincang entah apa itu.

"Rizky, sini dulu. Ada yang mau di bicarakan." Ujar Hadi yang melihat Rizky berjalan menuju dapur.

"Bentar Yah, Rizky minum bentar."

Rizky buru-buru ke arah dapur dan cepat minum. Ia juga penasaran apa yang akan di bicarakan Ayahnya nanti, sepertinya sangat serius.

Apa jangan-jangan Ayahnya mengetahui dirinya menyukai mahkluk berjenis kelamin yang sama sepertinya?

Pemikiran itu membuat Rizky takut dan keringat dingin. Tangannya tiba-tiba basah.

Rizky menggeleng, ia harus optimis. Mana mungkin mereka akan membicarakan hal itu, lagi pula raut wajah sang Ayah dan yang lainnya tak menampakkan wajah yang sedih atau mengerikan.

Setelah itu Rizky berjalan gontai, menatap satu-persatu keluarganya itu. Oke, Rizky memang sok-sokan optimis tetapi kenyataannya berbanding balik.

Pengen pipis.

"Ky, duduk sini bentar gih." Ujar Yogi.

Rizky menurut, lalu duduk di samping Ibunya.

"Jadi gini, kamu tau 'kan kalo Kakak udah buat Rumah di komplek deket rumah Mamanya Kakak..."

Mendengar itu membuat perasaan Rizky lega. Ia sudah berpikir yang tidak-tidak barusan.

"Huhhhh... Lega yang kurasa, kirain apa." Gumamnya pelan.

"Hah? Kok lega? Emang kenapa? Ngomong aja belum selesai!" Sahut Renata dengan nada ngegas.

"Emang lega kenapa, Ky?"

Rizky jadi gelagapan, ia menggeleng dan tersenyum canggung. "Nggak papa kok, Kak. Gih lanjut ngomongnya, emang kenapa sama rumah itu?"

"Nah, Rumah itu 'kan sudah selesai di bangun dan sudah banyak perabotan juga barang-barang baru. Kakak cuma minta tolong sama kamu, mau 'kan tinggal di sana? Sementara waktu saja, setelah Mbak Renata udah lahiran anaknya."

Rizky mengerjap, berpikir di setiap ucapan Yogi. Ia harus tinggal di sana, di rumah baru itu. Kenapa harus dia? Sendirian kah?

"Emm, kenapa harus aku Kak? Kalo Rina?"

"Rina itu Cewek, mana mungkin Ayah suruh dia tinggal sendirian." Itu Hadi yang menyahut, membuat Rizky diam seribu bahasa. Takut di ceramah hari Minggu jika ia membalas ucapannya.

LUPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang