3 - Berkunjung

6.9K 651 8
                                    

Pukul lima sore yang telah ditunggu-tunggu Rizky. Ya, masih ingatkah kalian dengan janji seseorang yang akan menjemputnya untuk membantu membuat lukisan di dinding itu?

Ya, itu adalah Tyo.

Rizky menunggu didalam kamarnya sembari membuka ponsel, membaca lanjutan cerita Wattpad yang belum selesai ia baca. Ia juga sesekali mengecek notifikasi ponselnya, berjaga-jaga jika Tyo meneleponnya atau mengirim pesan-WhatsApp.

Sepuluh, dua puluh, tiga puluh, dan seterusnya, waktu terus berputar hingga membuat keadaan Rizky menjadi bosan. Ini sudah mendekati waktu Maghrib tetapi sang pembuat janji itu tak kunjung datang. Apakah Tyo lupa dengan janjinya sendiri? Atau hanya Rizky saja yang terlalu berharap agar Tyo benar-benar datang kesini.

Ah, Rizky merutuki dirinya yang terlalu suka dan mudah mempercayai janji seseorang. Bahkan orang suka-atau senang menjahili Rizky karena mereka menganggap Rizky sangatlah polos, polos dalam artinya mudah ditipu.

Rizky keluar kamar dan mendekati lemari es untuk mengambil sebotol es teh yang selalu ada setiap saat. Karena ia sudah mati kebosanan.

"Gimana? Jadi kamu kerumah temen kamu?"

Rizky berbalik dan mendapati sang Ayah yang habis keluar dari kamar mandi.

"Gak tau Yah, udah ditunggu tapi gak dateng-dateng."

"Ini mau hujan, kalo hujan deras Ayah gak ijinin kamu keluar. Kecuali kalo temen kamu bawa mobil, ya gak apa-apa." Ujar Hadi-Ayahnya Rizky.

Rizky mengangguk saja sebagai respon dan kembali memasuki kamarnya. Belum sampai dikamar, sang Ayah kembali berbicara yang membuat Rizky menjadi jengah sendiri.

"Nanti kalo temen kamu udah sampai, kasih tau Ayah. Ayah mau lihat, dia ngomong apa nantinya."

"Iya Ayah."

Rizky memang bosan dengan sikap protektif sang Ayah, begitu pun dengan Sang Ibu yang sama saja seperti Hadi-walau tak begitu berlebihan. Rizky tahu jika itu salah satu bentuk rasa kasih sayang mereka untuk Rizky, tetapi Rizky itu cowok, ia juga tahu cara untuk menjaga diri dan membedakan mana yang baik dan buruknya. Rizky suka dimanjakan, tetapi tidak berlebihan seperti ini.

Rizky semakin kesal saat tahu ponselnya sunyi tanpa pemberitahuan sang pemberi janji. Rizky seolah-olah di 'PHP' kan, karena sekarang sudah pukul enam lewat dua puluh menit.

Dengan keadaan hati yang masih kesal, Rizky berniat untuk keluar rumah dan ingin bermain kerumah sepupu cewek yang tidak jauh dari rumahnya, yang hanya berjarak lima belas langkah dari rumah. Saking dekatnya.

Drr... Drr...

Rizky menatap ponsel yang ada digenggamannya itu, tertulis nama 'Tyo', orang yang menelepon.

Entah mengapa, Rizky merasa kesal dengan Tyo. Tetapi melihat sang pembuat janji itu meneleponnya membuat Rizky melupakan rasa kesalnya.

Ya, Rizky labil.

"Ya, halo?" Sapa Rizky dahulu.

"Halo, Kiki. Ki maaf aku tadi ketiduran, kamu masih mau 'kan kerumah aku?"

Sambil berpikir, ia melihat luar rumah yang ternyata mendung. Sepertinya akan turun hujan.

"Ya tergantung. Kalo kamu jemput, aku gak bisa nolak."

"Yahh.. kamu marah nih? Maaf-maaf banget deh," Sesal Tyo diseberang sana. "Aku siap-siap dulu ya. Nanti jangan lupa share loc ke aku."

Rizky mengerutkan dahinya, heran. Rizky tidak marah. Awalnya kesal, tetapi ucapannya itu tidak menunjukkan rasa marahnya. Atau cara berbicaranya yang cuek dan judes membuat Tyo berpikir jika Rizky marah. Ya, cara berbicara Rizky memang seperti itu.

"Oke, nanti aku kirim."

"Oke, byee.."

"Ok-eh, Tyo tungg-"

Tuuutt....

Sambil menghela nafas, Rizky berbalik dan kembali masuk kedalam kamarnya. Rizky ingin bertanya kepada Tyo apakah dirinya akan menginap disana atau tidak? Jika iya, Rizky ingin bersiap-siap terlebih dahulu.

Ya, apa salahnya bersiap-siap sambil menunggu kedatangan Tyo.

*****

"Assalamualaikum, Kiki.."

Rizky yang tengah menyibukkan diri pada bajunya pun berhenti saat suara orang yang memanggilnya dari luar. Langsung saja Rizky keluar rumah memastikan siapa orang yang datang.

"Waalaikumsalam,"

Rasanya benar-benar seperti orang dimabuk cinta, Rizky melihat Tyo yg berdiri didepan rumahnya. Menggunakan jaket Levis berwarna Navy, rambutnya sedikit berantakan karena Tyo menggunakan helm.

"Gimana udah siap?" Tanya Tyo.

"Aku nginep kesana ya?"

"Iya lah, kalo buat sejam dua jam mana kelar. Gak mungkin 'kan aku nganter kamu pulang tengah malem."

Ucapan Tyo ada benarnya, Rizky tidak terbiasa untuk tidur malam apalagi untuk keluar tengah malam. Sebagai jawaban Rizky hanya mengangguk.

"Tapi, kamu harus ngomong sama Ayah dulu. Ayah ada diruang tengah, nungguin kamu."

"Nungguin aku? Wah, berasa ngajak anak gadis keluar aja nih, sampe harus ketemu Ayahnya. Ah, latihan didepan calon mertua nantinya ini mah."

Rizky hanya diam tanpa ekspresi, tetapi dalam hati ia sedikit tersentak kaget. Apalagi saat Tyo mengucapkan 'calon mertua', membuat Rizky berpikir jika Tyo benar-benar sebagai pacarnya.

'Ya ampun Rizky! Halu banget jadi orang. Maksud Tyo calon mertua kalo dia udah ada pacar.'

Tyo dan Rizky memasuki ruang tengah dimana Hadi tengah menonton sebuah acara berita. Rizky berdehem agar sang Ayah mengalihkan pandangannya ke arah Rizky.

"Ayah, ini Tyo yang mau ngajak aku pergi tadi."

Hadi melepas kacamata yang ia gunakan, dan menatap Tyo sejenak. Seperti tengah menelisik.

"Assalamualaikum, Pak. Izin mau ajak Rizky kerumah. Aku mau minta tolong sama Rizky untuk bantuin lukis dinding kamar dirumah." Ujar Tyo dengan sopan dan lembut. Ia juga meneliti wajah Hadi yang sangat berbeda dengan Rizky. Wajah Hadi sangat-sangat pria sejati, dalam artian tampan-walau sudah memasuki usia 40-an. Sedangkan Rizky memiliki wajah yang bisa dikatakan tampan-namun lebih kearah manis karena warna kulitnya yang benar-benar putih seperti kulit cewek.

Sedangkan Rizky hampir terbuai oleh ucapan Tyo yang begitu tegas namun sopan.

"Kira-kira selesainya kapan? Kalo bisa nginep, tapi jangan suruh anak saya begadang. Jangan sampai dia kelelahan juga." Hadi dengan suara yang terdengar dingin dan cuek memperingati Tyo.

Sedangkan Tyo menangguk paham. Sedikit heran dengan sikap Ayahnya Rizky, karena selama ia berteman dengan teman-temannya, hanya Rizky yang begitu diperdulikan oleh orang tuanya. Padahal Rizky adalah cowok.

"Baik Pak, kalo bisa besok siang-atau gak sore udah kelar. Aku gak bakal suruh Rizky begadang apalagi sampai kelelahan."

"Bagus, Saya izinin. Nanti langsung pulang kerumah, jangan ajak Rizky kelayapan."

Sedangkan Rizky hanya diam tanpa niat menyela. Sudah kebal dengan sikap sang Ayah, hanya dengan menurut itu sudah membuat Rizky terbantu.

TBC...

Kira-kira harus di lanjutkan kah cerita ini?

LUPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang