10 - Tepati Janji

3.8K 336 12
                                    

Pukul delapan malam dan Rizky sudah keluar dari kelasnya. Rizky memang pulang di waktu seperti ini-atau paling tidak pukul setengah sembilan malam, karena pelajaran yang ia ambil tidak lain dan tidak bukan tentang menghitung, dan mempelajari tentang rumus. Itu sangat menghabiskan banyak waktu.

Rizky dan Al berjalan beriringan menuruni tangga, mereka asyik ngobrol dan bersenda gurau tentang hal yang lucu-lucu selama mereka lakukan di waktu liburan.

"Eh, Al. Nanti nebeng sampe depan pos Satpam depan ya. Aku gak bawa motor hari ini." Ujar Rizky yang berada di luar gedung Teknik.

"Eh, tumben gak bawa motor?"

"Males aja sih, tadi siang panas banget."

"Ya sih, tapi kalo dilihat-lihat sekarang.. langitnya mendung mau hujan."

Rizky mendongak dan menatap langit malam yang sangat gelap. Ya benar saja, sepertinya akan turun hujan.

"Emang bener ya kalo kata orang-orang, kalo siang harinya panas terik, malemnya bakal turun hujan."

Al mengangguk menyetujui pendapat Rizky. Memang itu sering terjadi.

"Gak aku anter sampe rumah nih?" Tanya Al.

"Gak usah, soalnya.." Rizky memberi jeda dan itu membuat Al penasaran.

"Soalnya apa?" Tanya Al penasaran.

"Soalnya, Tyo mau nginep rumah aku nih." Jawab Rizky dengan suara pelan dan terlihat malu-malu. Al ber 'wow' ria saat mendengar ucapan Rizky.

"Wow, kayaknya ada kemajuan nih kamu sama dia."

Rizky hanya tersenyum, semoga ini benar menjadi kemajuan antara mereka.

Rizky menduduki tempat duduk belakang motor Al, dan Al sendiri membawa motor Sport hitam yang jarang sekali Al gunakan.

Sesampainya di pos Satpam depan, Rizky pun turun dan tak lupa berterima kasih kepada Al.

"Aku tunggu sampe si Tyo dateng ya." Ujar Al. Rizky hendak menolak, tetapi ia juga bingung cara untuk menolaknya.

"Emmm, tapi.."

"Kenapa? Kamu pasti malu ya, haha.."

Rizky menekuk wajahnya kesal. Rizky merasa tidak enak saja kalo Al menunggunya sampai Tyo pulang. Bukan berarti Rizky itu malu, tetapi ini sudah malam dan sepertinya hujan akan turun. Rumah Al pun sangat jauh dari Kampus.

"Ini mau hujan lho, Al. Ntar kamu kehujanan. Gak apa-apa kok aku tunggu sendiri."

"Ya, gak apa---"

"Kiki!"

Baik Rizky maupun Al sama-sama menoleh saat namanya di panggil oleh seseorang. Dan itu Tyo dengan motor matic miliknya.

"Eh Tyo, udah selesai MK malam ini?" Tanya Rizky berbasa-basi.

Tyo mengangguk, matanya melirik cowok yang berada di sampingnya. Tyo terdiam sejenak sembari melirik Al dari atas sampai bawah.

Dalam hati Tyo memuji teman dekat Rizky yang satu ini. Maskud Tyo memuji bukan karena cinta-(tentu saja bukan), melainkan penampilan Al yang sangat keren dan juga wajahnya yang ganteng, sangat mendukung. Cowok ini jelas sekali anak dari orang kaya, terlihat dari baju, celana, tas, sepatu, dan juga motornya yang ia gunakan.

Semua bermerek.

"Nunggu siapa, Al?" Tanya Tyo mencoba bertanya, walaupun pertanyaannya terlihat seperti basa-basi.

"Oh.. Gue nungguin lo, Tyo. Kata Rizky lo mau nginep rumah di, 'kan? Ya gue temenin aja Rizky soalnya di sini sepi."

Sontak Rizky langsung menatap Al, meminta penjelasan apa maksud dari kata-kata cowok tadi.

LUPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang