31 - Kenyataan Pahit

3.1K 296 63
                                    

Di awali pagi yang penuh semangat, Cowok yang sedang bersiap-siap untuk pergi kerja untuk pertama kalinya itu terlihat sangat gembira dan semangat.

Tentu saja, ia tak akan menyangka jika dirinya akan di terima sebagai Karyawan baru di sebuah Perusahaan---bagian Accounting.

Tyo, kembali menyisir rambutnya dan membetulkan pakaian yang ia pakai---ingin terlihat perfect di hari pertamanya.

Beberapa saat kemudian sebuah notifikasi dari ponselnya berbunyi, ia mengambil dan mengecek siapa gerangan yang mengirim pesan pagi-pagi. Ia melirik waktu di ponselnya, pukul tujuh pagi.

Ia bisa melihat sebuah pesan dari Rizky, orang terdekatnya saat ini mengirim pesan singkat.

'Gimana? Di terima kerjanya?' -Kiki

Tyo menyentuh ikon 'baca saja' dan kembali meletakkan ponselnya di dalam tas kerjanya. Entah apa yang membuat dirinya enggan membalas pesan Rizky, tetapi ia hanya terlalu excited untuk bekerja.

Tyo keluar dari kamarnya, ia bisa melihat Neneknya yang sedang menyiapkan sarapan untuk cucunya itu.

"Wah, udah ganteng aja kamu. Sini sarapan dulu." Ujar sang Nenek.

Tyo mendekat dan duduk di kursi meja makan. "Ah, Nenek bisa aja. Makasih ya Nek."

Setelah menyelesaikan sarapannya, Tyo berpamitan dan bergegas untuk pergi. Ia tidak mau di hari pertamanya bekerja datang terlambat.

Tyo sendiri bekerja di sebuah perusahaan Obat-Obatan bagian Accounting, mengurus bagian keuangan. Tentu ia ahli dalam bidang Akuntansi karena ia berasal dari jurusan itu saat SMK. Jadi, dengan memberi Ijazah---yang menurutnya sangat memuaskan dan beberapa syarat lainnya, dirinya langsung di terima---dengan beberapa tes yang ia coba.

Tyo memulai kerja pada pukul setengah delapan pagi sampai dengan pukul setengah empat sore. Di waktu sore itulah ia bisa untuk Kuliah.

Ia sangat bersyukur, setidaknya dirinya ada pemasukan dan tidak membebankan orang tuanya yang berada di desa dan juga Kakek Neneknya.

Beberapa Minggu ini Tyo nampak fokus pada pekerjaannya, dan juga Kuliahnya. Yang biasannya ia selalu mengirim pesan kepada teman-temannya---termasuk Rizky hanya untuk mengisi waktu kosongnya, sekarang tidak lagi---bahkan tak ia balas karena menurutnya tidak begitu penting. Ia hanya memberikan kabar jika itu keadaan genting.

Tetapi, fokusnya terbelah saat Cewek yang menjadi mantannya itu selalu menghubunginya, yang tidak lain meminta jawaban dari apa yang ia minta tempo hari.

Tyo hampir melupakan pernyataan itu, dan di sinilah ia sekarang. Di sebuah Restoran yang dulunya begitu enggan untuk ia kunjungi karena tarif untuk makan di sini begitu mahal. Tetapi, tidak mungkin ia akan mengajak Lily untuk makan di luar ruangan---terlebih dirinya sudah bekerja.

Tyo melihat Lily yang sudah datang terlebih dahulu, tentu dengan pesona yang membuatnya susah untuk move on. Saat ini, ia akan memutuskan apakah akan kembali dengan Cewek itu, atau menolak ajakannya.

Mereka memakan menu Restoran yang sudah mereka pesan dan di selingi obrolan dan canda tawa. Setelah usai, di sinilah Tyo untuk menjawab pertanyaan Lily.

"Sekali lagi, aku mau tanya sama kamu Tyo. Apa kamu masih ada rasa sama aku? Apa kamu mau balikan sama aku?" Tanya Lily penuh harap.

Tyo menatap lekat Cewek itu, keputusannya sudah ia tetapkan.

Ia menarik tangan Cewek itu, di genggamannya dengan segenap perasaannya.

.

.

LUPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang