42

1.1K 119 3
                                    

Gw beranjak bangun sebelum abang. Masih terlalu pagi. Gw memutuskan untuk pergi dari sini. Gw kabur dari rumah sakit. Meninggalkan abang yang masih terlelap. G peduli. Yang penting gw pergi dari sini.

Dengan mengenakan pakaian pasien rumah sakit dan jaket bang chim juga beralaskan sendal bang yoongi yang kebesaran di kaki gw, perlahan gw buka pintu untuk cepat cepat pergi dari sana.

G tau gimana caranya. Yang penting gw udah jauh dari rumah sakit. Gw kabur tanpa tujuan. G tau mau kemana. Gw hanya mengikuti kaki gw jalan melangkah.

Setelah berjalan kurang lebih sejam, akhirnya sampai juga gw di sebuah taman yang setau gw jauh dari rumah.

Gw mengistirahatkan kaki yang cape. Memijatnya perlahan. Duduk selonjoran di bawah pohon yang rindang dan bersandar pada pohon, sebelah tamgan gw mengusap perut gw yang keroncongan karna lapar dan haus.

"g bawa uang" lirih gw yang kabur tanpa persiapan juga rencana apapun.

Gw meliat keadaan sekitar. Sepi. Panasnya terik matahari membuat gw g sanggup lagi untuk melanjutkan jalan.

"hana?" kejut seseorang memegang bahu gw.

"si.siapa?" tanya gw gugup.

"ini daniel. Kamu lupa?" gw menggeleng.

"kamu kenapa? Ngapain disini? Kamu g papa?"

"mau pulang"

"pulang?" gw mengangguk.

"loh? I.ini infus? Kok?" daniel menautkan alisnya keheranan.

"jangan bilang kamu kabur dari rumah sakit?"

Gw menggeleng "g kabur. Otak nya hana bilang g usah disini. Pergi aja. Gitu"

Daniel menghela napasnya "kita kembali ke rumah sakit ya? Liat kamu masih lemas. Muka kamu pucat juga. Dan ini apa hana? Kamu kenapa?" tangan daniel mengangkat kedua tangan gw yang penuh perban. Dia menatap sendu.

"kamu siapa?" tanya gw lagi masih kebingungan.

"aku daniel. Kamu g ingat sama sekali?" gw menggeleng lagi.

"maafin aku sayang. Aku g bisa jagain kamu. Aku pengecut. Maafin aku" daniel berucap lirih meneteskan air matanya tiba tiba.

"daniel" sebelah tangan gw mengusap pipi daniel yang basah karna menangis. Gw sedikit bingung kenapa ada daniel disini berdua dengan gw. Gw bisa pikirkan itu nanti.

"kenapa nangis?"

"aku g bisa jagain kamu. G bisa lindungin kamu. Harusnya aku berani lawan dia. Harusnya aku ada dekat kamu terus hana" isakan daniel semakin kuat. Cepat cepat gw peluk dia menenangkan supaya g nangis lagi.

"daniel jangan nangis. G boleh" bisik gw.

Daniel menghela napasnya. Dia menatap gw lekat.

"pulang yuk. Aku yakin abang kamu pasti nyariin sekarang. Kenapa kabur dari rumah sakit hm?" Gw mulai duduk kembali menyandar pada pohon.

"aku capek dan"

"kamu pasti g bisa diem jadi kecapean gini"

"g dan. Bukan cape itu. Aku cape sama keadaan aku yang sekarang. Dalam seminggu ini berapa kali aku masuk rumah sakit. Ini tangan aku patah. Dan yang ini....."

"ini kenapa?"

"aku g sadar kemaren udah nyayat pergelangan tangan ku sendiri. Ini aku lakukan dibawah alam sadar ku"

"apa yang bikin ka-"

"aku penurunan fungsi otak" jawab gw cepat. "sewaktu waktu aku bisa lupa siapa kamu, lisa atau pun bambam. Aku juga bisa lupa sama abang. Kadang aku g bisa ngapa ngapain atau melakukan kegiatan yang anak kecil pun dengan gampang nya melakukannya"

Abang, Promise Jadi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang