Pagi itu murid SMA CITRA KARYA sedang dijemur di lapangan belakang sekolah, tepat di bawah sinar matahari pagi. Vanila Latte, gadis manis yang cuek menahan pegal kakinya sedari tadi. Dalam hatinya terbesit bahwa ia tidak sudi sama sekali jika harus berdiri disini hanya untuk memenuhi keinginan kakak kelas OSIS.
Disaat suasana dibuat panas oleh bimbingan mental kakak kelas, ada saja kejadian yang membuat hari Latte tambah panas. Ada beberapa murid yang telat, yang lebih parah lagi siswa yang baru saja datang. Siswa tersebut lari seperti orang kesetanan untuk masuk barisan, namun bukan kakak kelas OSIS namanya jika tidak membuat drama terlebih dahulu.
"Heh kamu, iya kamu yang baru dateng, sini!" kata ketua OSIS yang biasa dipanggil Kak Sherly.
"Iya, kak," sahut laki-laki tersebut.
"Kakak bilangnya harus sampai sekolah jam berapa?" tanya Sherly memulai drama.
"Siap, jam 6 pagi, kak," jawab laki-laki tersebut.
"Terus kenapa masih telat?"
"Kesiangan kakak, kemaleman tidurnya, semalem main ML, bla bla bla," sahut Zaskia, wakil ketua OSIS.
"Iya tadi kesiangan, kak."
"Klise! Push up 20 kali," perintah Sherly.
Siswa tersebut pun langsung mengambil posisi push up di depan murid lainnya. Namun Latte tidak nyaman dengan kejadian itu, jadi dengan sangat terpaksa Latte bertindak layaknya seorang pahlawan kesiangan.
"Intrupsi! Vanila Latte X MIPA 1 izin berbicara," ucap Latte dengan suara yang lantang.
"Ya, bicara apa?" tanya Sherly.
"Saya tidak terima jika teman saya disuruh push up," jawab Latte.
"Cuma kamu yang gak terima, yang lain terima. Kalian tega, de? Temen kalian disuruh push up panas-panasan, tega?!" kata Sherly.
"Terus tadi yang intrupsi, semua harus ada tindakannya," kata Zaskia yang menatap tajam wajah Latte.
Dalam hati murid CK pasti omongan yang terbesit adalah, "Bacot", "Lebay", "Panas woy!", dan masih banyak lagi. Akhirnya Latte maju ke depan ntuk mengakhiri drama ini. Latte membangunkan siswa tersebut dari posisi push up-nya.
"Udah bangun ajah, jangan bikin nih drama tambah lama lagi," kata Latte dengan berbisik. Setelah itu Latte dan siswa tersebut bangun dari posisi mereka sebelumnya.
Dan benar saja, ketika drama itu selesai murid CK langsung diperintah istirahat. Wajah mereka yang tadi pagi terlihat glowing pun tiba-tiba hitam penuh keringat. Kalau akhirnya seperti ini lebih baik Latte satu sekolah saja dengan Haris, sahabatnya.
Sesampainya di kelas Latte dipuji habis-habisan oleh teman-temannya. Bagaimana tidak? Di saat yang lain hanya diam, Latte berani besuara layaknya pahlawan kesiangan.
"Keren banget sumpah lo tadi, Van. Gue ajah males ngeladenin kakak kelas," kata Rahsya, teman satu bangku Latte.
"Bener banget, Van. Lo keren," sambung Randi.
Latte hanya tersenyum menanggapi pujian mereka. Entah apa namanya ini, tetapi siswa yang Latte tolong tadi satu kelas dengan Latte. Baru saja dipikirkan, siswa yang Latte maksud menghampiri tempat duduknya. Rahsya sebagai teman yang baik meninggalkan mereka berdua. Siswa tersebut pun langsung mengulurkan tangannya bemaksud berkenalan.
"Gue Langit Biru, panggil ajah Langit."
"Gue yakin lo udah tahu nama gue, salken," kata Latte tanpa membalas jabatan tangan Langit.
"Ok, have a nice day, Latte."
Latte hanya diam, selama ini teman-temannya memanggilnya Vani. Langit adalah satu-satunya orang yang memanggilnya Latte. Namun Latte tidak mau ambil pusing, jalani saja, itu kuncinya.
Setelah istirahat usai, murid CK diperintah menuju aula. Seperti biasa, acara seperti ini ujung-ujungya membosankan. Ketika acara selesai, Latte pun keluar dari aula dengan semangat. Ia tidak sabar untuk pulang ke rumah, menemui kasur kesayangannya.
YOU ARE READING
PRIORITAS
Teen FictionPerjuangan secara singkat, tidak bisa meyakinkan Vanila Latte pada cinta tulus Langit Biru. Namun seiring berjalannya waktu gunungan es juga bisa mencair. Ketika hati mereka mulai menyatu, prioritas mereka tergangu. Bisikan orang-orang sekitar meman...