CHAPTER 4

15 3 0
                                    


Ketika Latte memasuki kamar tamu yang telah disediakan Haris, tiba-tiba ia mendapat notifikasi dari handphone-nya. Saat dilihat, tidak tertera nama pengirim pesan, melainkan nomor tidak dikenal.

By Whatsapp

+62823xxxxxxxx

Hai Latte

?

Njir, cuek amat-_-

Tinggal bilang nama lo dan dapet dari mana nomor gue?

Gue Langit, gue dapet dari temen sebangku lo:v

Ck!

Save dong, Latt:)

Y

Gue telfon ye, Latt:D


Baru saja Latte ingin mengetik "jangan", Langit sudah langsung menelfon dan dengan terpaksa ia angkat untuk memaki Langit pastinya.

By phone

"Eh anjir! Ngapain nelfon gue?"

"Cuma pengen denger suara lu ajah."

"Oh."

"Btw, semangat buat besok ya tampilnya."

"Thanks."

"Udah deh gue matiin, see you soon."


Keesokan harinya Latte pun bergegas ke sekolahnya bersama Haris menggunakan motor ninja berwarna biru. Latte adalah penampil pertama saat itu, sebagian siswa sudah sering melihat Latte di Mentari Cafe milik omnya Haris. Latte membawakan lagu Shallow dari Lady Gaga secara solo, lagu ini adalah lagu duet favorit Latte dan Haris.

Langit tidak tahu lagi cara ia mendapatkan Latte yang hampir sempurna di matanya. Ia terlalu sibuk mengejar Latte sampai ia tidak sadar bahwa Latte lebih dari dirinya. Sementara Haris? Baru kali ini Haris menitihkan air mata setelah 3 tahun. Ia berpikir, ia adalah sahabat terburuk di dunia. Setelah selesai PENSI dalam rangka pengakhiran MPLS, Latte langsung menuju Haris agar cepat pulang nantinya.

Haris langsung menancapkan gas motornya, dan membawa Latte ke sebuah tempat, tempat yang penuh sejarah dan tidak asing bagi Latte. Mereka sekarang berada di halaman belakang SD mereka dulu. Hari ini, Haris akan menjadi sahabat yang buruk untuk Latte.

"Nil?" ucap Haris mengawali pembicaraan.

"Hm?"

"Besok gue mau ke London, Nil," kata Haris yang masih membuat Latte biasa saja.

"Oh. 2 atau 3 hari?" tanya Latte untuk memastikan.

"Sampe gue lulus SMA," Latte masih berusaha menahan air matanya dan mencerna omongan Haris baik-baik.

"Ris, lo gak serius 'kan?"

"Maafin gue, Nil. Gue jahat, gue sahabat terburuk, gue gagal jadi pelindung lo, Nil," kata Haris dengan wajah yang sudah memerah.

Latte menangis sejadi-jadinya sampai harus berlutut ke tanah. Ia tidak pernah sesedih ini, kecuali pada satu hal, Latte bukan wanita yang rapuh. Tapi apa ini? Sahabat terbaiknya harus meninggalkan dia.

"Jangan, Ris! Gue masih butuh lo, dan akan terus butuh lo, hiks! Pengecut, Ris, lo itu pengecut! Bego! Lo mau ninggalin gue karena apa?!" emosinya sangat tidak bisa terbendung, tidak heran jika Latte di luar kendali.

"Gue harus pindah ke London karena omah gue. Kakek udah meninggal, ibu gue satu-satunya orang yang harus ngurus omah gue, yang lain sibuk, Nil. Bokap bakal stay disini sama abang gue, bokap harus ngurus perusahaan dan abang udah terlanjur ke UNJ."

"Lo bisa stay disini sama abang lo, Haris!"

"Omah sama mamah perlu tenaga laki-laki disana."

"Akhir tahun ini lo harus balik!" paksa Latte.

"I can't, I have to stay. But I have a gift for you."

Haris mengecup bibir Latte, Latte pun mengindahkannya dengan air mata yang terus mengalir. Itu adalah ciuman pertama bagi keduanya. Mereka sama-sama tidak mau menyudahi ciuman tersebut, bagaimana tidak? Tiga tahun ke depan bukan waktu yang singkat. Namun akhirnya mereka sadar dan menyudahi ciuman tersebut.

Setelah selesai, Haris langsung mengantar Latte pulang. Latte tidak mau melepas pelukannya kepada Haris, bahkan ketika ia di motor. Ia tidak peduli dengan orang sekitar yang memandangnya begitu sinis, Latte hanya ingin di dekat Haris sebelum Haris benar-benar pergi.

"Besok gue berangkat jam 3, lo gak usah ke bandara, toh lo pulangnya jam setengah 4," kata Haris yang membuat Latte geram.

"Ck! Kenapa harus jam 3 sih?! Pokoknya gue mau ke sanah, walaupun harus bolos gue bakal tetep ke sanah!"

"Loh kok gitu? Katanya mau jadi ketos?"

"Ketos urusan belakangan! Sekarang Haris lebih penting. INTINYA BESOK GUE BAKAL KE BANDARA TITIK!" setelah mengucapkan kalimat tersebut, Latte langsung memasuki rumahnya.

---


Huhuhu baper dong ya guys, gimana coba kalo Latte tanpa Haris? Secara, cuma Haris yang bisa ngertiin Latte:(

Kalian pasti pernah dong ngerasa kehilangan? Kalian pasti  ngerasain apa yang Latte rasain sekarang. If you penasaran guys, please stay! Jan lupa vote, komen, follow akun gue, dan share. Semoga yang baik hidupnya berkah, aamiin. Okay nih, yang gk ada doi buat diajak malmingan mending baca nih story. Mendinglah dari pada malming gak keluar, cuma stalk sosmed doi gk jelas, udah jomblo ngenes lagi kek gw:(


-WW

PRIORITASWhere stories live. Discover now