Tiga bulan sudah Latte tidak bertegur sapa dengan Langit, ia tidak tahu apakah Langit sudah mempunyai perempuan lain atau belum untuk menggantikannya. Sementara Langit rasa, kedekatan Latte dan Gexa bertambah. Itu semakin membuatnya curiga bahwa penyebab Latte berubah itu Gexa. Namun hari ini Latte melihat kenyataan buruk satu lagi, Langit pergi ke kantin bersama seorang wanita. Perasaannya sudah mulai tidak karuan saat itu, ditambah mereka semakin mesra saat wanita tersebut mencium pipi Langit. Latte tidak bisa berbuat banyak, yang ia sadari adalah Langit sudah milik orang lain. Harusnya ia bahagia karena yang memutuskan hubungannya untuk berakhir adalah dirinya, itu konsekuensi.
"Van, ikut gue yuk," ajak Gexa pada Langit yang masih fokus pada Langit dan perempuan tadi.
"Eh, kemana?" Gexa menarik tangan Latte begitu saja.
Gexa tidak menjawab pertanyaan Latte tadi, Latte malah dibuat terkejut karena Gexa membawanya tepat di tempat Langit dan sisiwi tadi duduk. Pandangan Langit dan Latte tiba-tiba bertemu, Latte langsung membuang sembarang wajahnya.
"Van, kenalin ini Cloe, ade sepupu gue." Mereka lantas bersalaman satu sama lain, yang ada di pikiran Latte sekarang adalah dunia memang sempit.
"Hai, Vani ya? Gue Cloe pacarnya Langit." Baik, itu semua menjelaskan tanda tanya Latte sedari tadi.
"Kalian pacaran?" tanya Langit dengan menujuk Gexa dan Latte, sebenarnya itu juga yang Langit pertanyakan sedari beberapa minggu lalu.
"Iya pacaran." Gexa menjawab dengan seenak jidatnya, padahal belum pernah Gexa menyatakan perasaannya kepada Latte. Walaupun mereka dekat, bukan berarti mereka pacaran.
"Sejak kapan, kak?" tanya Latte mencoba menampik jawaban Gexa tadi.
"Sejak hari ini." Latte tidak mau debat di sini, mungkin nanti saja ketika di luar kantin.
Mereka pun makan bersama di kantin tersebut, Latte sangat canggung saat itu. Bahkan ketika Gexa mencoba melawak ia hanya tersenyum terpaksa. Langit sekali-kali mencuri pandang terhadap Latte, jujur ia masih belum melupakan gadis manisnya itu. Ciuman mereka beberapa hari lalu terlalu indah untuk dilupakan, semuanya jadi sulit untuk dilepaskan.
Latte pun masih ingin meminta penjelasan perkataan Gexa yang mengatakan mereka telah berpacaran. Pulang sekolah ini mereka ke rooftop sebentar untuk membicarakan kejadian di kantin tadi.
"Kak, gue tahu kita deket, tapi bukan berarti hubungan kita menjelma jadi pacaran."
"Tadi 'kan gue bilang sejak hari ini, itu udah cukup ngerubah status kita lah."
"Tapi lo gak bisa ngambil keputusan sendiri gitu dong, kak! Gue gak mau main-main soal hubungan, kalo serius ya serius, kalo main-main mending ke playground ajah!" Latte kesal dengan jawaban Gexa tadi, seenaknya dia berbicara tanpa memikrkannya dulu.
"Kenapa? Lo takut Langit jauhin lo? Iya?" Latte terdiam. Latte tidak bisa menampik perkataan Gexa tadi.
"Iya 'kan? Van, move on! Ayo jalani bareng sama gue, yang jelas-jelas selalu ada buat lo dan lebih baik dari Langit. Gue sayang banget sama lo, Van." Gexa terang-terangan mengungkapkan isi hatinya di depan Latte. Sebenarnya Latte kasihan, namun ia tidak bisa memaksakan perasaannya untuk menyukai Gexa.
"Gue gak bisa, kak. Lo bisa dapet yang lebih dari gue kalo lo mau." Gexa memojokkan tubuh Latte di pintu keluar rooftop, emosinya saat itu meluap-luap.
"Gue cuma mau lo, Van, cuma elo! Cewe lain itu gak ada apa-apanya dibanding lo!"
"Gak bisa, kak. Perasaan gue masih belum bisa nerima lo." Keringatnya sekarang mulai berjatuhan, ditambah napas mereka yang terengah-engah.
Gexa mengangkat tangannya mencoba menampar Latte, namun ia urungkan niatnya berbalik memeluk Latte. Ia berusaha meredam emosinya, ia tidak mungkin menyakiti gadis yang sangat ia cintai.
---
IDK WHY BUT THIS STORY ALMOST END
Pengen banget buat yang kedua tapi gue belum nemuin cover maker, gw bingung harus minta buatin cover ke siapa? But tq udah setia baca, ILY 3K.
-WW
YOU ARE READING
PRIORITAS
Teen FictionPerjuangan secara singkat, tidak bisa meyakinkan Vanila Latte pada cinta tulus Langit Biru. Namun seiring berjalannya waktu gunungan es juga bisa mencair. Ketika hati mereka mulai menyatu, prioritas mereka tergangu. Bisikan orang-orang sekitar meman...