Keesokan harinya, Latte seperti biasa berangkat sekolah. Yang berbeda adalah, Latte sekarang diantar jemput oleh Langit. Langit memaksa agar Latte berangkat bersama dengan Latte saja setiap harinya, takut gadis manisnya itu digoda oleh mas-mas di sepanjang jalan raya nampaknya. Berhubung class meeting sebentar lagi akan diadakan, Latte selaku anggota OSIS mengumumkan lomba apa saja yang akan dilaksanakan nanti.
"Ok, disini gue bakal ngasih tahu kalian apa ajah lomba class meet nanti. Lombanya ada basket cewe sama cowo, futsal cewe cowo juga, musikalisasi puisi, nyanyi solo, sama dance."
"Ah males ikutan, mending gue jadi penonton ae," kata Randi.
Satu kelas terlihat setuju dengan pernyataan Randi tadi. Memang class meeting diadakan untuk merilekskan otak setelah sekian lama ulangan. Maka dari itu sebagian besar murid memilih menoton acara class meeting dari pada harus mengikutinya.
"Kalo itu sih terserah kalian, disini gue cuma nyampein ajah," kata Latte terlihat santai.
"Gini ajah, nyanyi solo udah pasti lo Vani, kalo dance?" kata Dahrens yang berusaha mengontrol kondisi kelasnya agar tidak kacau.
"Kalo dance lo ajah paketu," usul Randi, bisa dibilang kemampuan dance Dahrens memang lumayan.
"Masa gue sendiri?" Dahrens tidak percaya diri jika harus dance sendiri.
"Gimana kalo cewe sama cowo ajah dance-nya? Nanti kontemporer 'kan bagus? Keliatan mesra gimana gitu," usul Lani.
"Boleh juga, tapi cewenya siapa?" tanya Dahrens terlihat bingung.
"Latte ajah, dia jago tuh," kata Langit yang membuat Latte terkejut.
"Wait, what? Masa gue terus, lagian gue gak mau sama Dahrens," kata Latte agak sebal dengan usulan Langit tadi.
"Please, Van. Cewe yang bisa dance cuma lo," mohon Dahrens kepada Latte.
"Gue mau, tapi sama lo!" kata Latte sambil menunjuk Langit.
"Gak lah, Latt," tolak Langit.
"Kalo lo gak mau, gue juga gak mau," kata Latte kesal bukan main.
"Heleh! Udah gini ajah, Latte biar dance sama Langit, gue masuk tim basket ajah nanti. Kelar 'kan? Tolong gak ada penolakan lagi, ini demi kelas," kata Dahrens yang akhirnya membuat semuanya selesai.
Latte memilih berpasangan dengan Langit, karena entah kenapa ia tidak mau dekat dengan laki-laki lain selain Haris, Zidan, Langit, dan tentu saja keluarganya. Latte sudah tahu kontemporer yang dimaksud mesra oleh Lani. Latte risih jika harus melakukan gerakan mesra dengan Dahrens, lebih nyaman baginya bersama Langit. Latte pun bertekad mengajari Langit dengan sepenuh hati. Bagaimana tidak? Pulang sekolah ini pun mereka langsung latihan di rumah Latte.
"Kita pake lagu Someone You Loved dari Lewis Capaldi, ya?"
Entah kenapa lagu tersebut sangat berarti bagi Latte, sungguh menyentuh setiap titik saraf tubuh Latte saat ia mendengarkannya. Langit memperhatikan gerakan dan instruksi dari Latte. Latte selalu menari dengan gairah, itu yang membuat Langit suka akan Latte. Dengan memakai crop top dan celana palazo membuat setiap geraknya terlihat jelas.
Now the day bleeds
Into night fall
And you're not here
To get me trough it all
I let my guard down
And then you pulled the rug
I was getting kind a used to being someone you loved
Mereka berdua menari dengan sangat mesra dan penuh gairah. Setiap gerakan penuh dengan tatapan di antara keduanya. Pose terakhir gerakan mereka adalah berpelukan, keduanya sama-sama hanyut dengan suasana saat itu. Mungkin jika Latte dipasangkan dengan Dahrens, chemistry dari keduanya tidak sebaik sekarang. Latte terlanjur nyaman dengan Langit.
Yes double nih gue, walaupun dikit oklah, jangan dibully huhu:( Pesen ajah, buat yang kondisinya lagi kurang baik semoga cepet baik ya. Kalo gak kuat dipendem berdoa ajah sama Tuhan, dan kalo mau cerita sama orang terdekat kalian. Sama Wur juga gpp, hehe:)
-WW
YOU ARE READING
PRIORITAS
Novela JuvenilPerjuangan secara singkat, tidak bisa meyakinkan Vanila Latte pada cinta tulus Langit Biru. Namun seiring berjalannya waktu gunungan es juga bisa mencair. Ketika hati mereka mulai menyatu, prioritas mereka tergangu. Bisikan orang-orang sekitar meman...