Dalam perjalanan pulang, mereka tidak terlalu banyak membuka suara. Haris sibuk memerhatikan jalan, Latte yang lelah akan kegiatan hari ini memilih besandar di punggung Haris.
"Kenapa lo jemput gue jam tiga? Kita janjinya 'kan dinner? Masih lama kali kalo nungguin malem. Lo 'kan tahu kalo nunggu itu sakit," kata Latte yang baru saja turun dari motor Haris.
"Pengen maen dulu, Nil, btw kagak usah bucin lah! Gue udah lihat yang namanya Langit, Nil," kata Haris yang berhasil mengagetkan Latte.
"Dimana?" tanya Latte yang berusaha biasa saja.
"Tadi abis gue anterin lu. Namanya Langit Biru 'kan? Dia mandangin lo pas lo belum masuk gerbang. Sebelum gue balik, gue sempet nungguin tuh orang, gue lihat name tag-nya. Gelagatnya nunjukin bahwa dia emang suka sama lo."
"Kalo dia suka sama gue, lu gimana?" Haris seketika tertohok.
"Gue bakal dukung lo sama siapa ajah, asal dia bisa jagain lo. Kalo gue pergi kemana gitu 'kan jadi bisa tenang," Latte terkejut mendengar jawaban Haris.
"Ckk! Ngomong apa sih lo?! Sebenernya tadi dia ngajak pulang bareng gue, tapi gue tolak karena gue udah janji sama lo."
"Sorry ganggu PDKT-an lu," kata Haris makin ngawur.
"Gak usah drama! Gue juga agak males sama dia, iya tahu kesannya jual mahal. Tapi cewe cantik kaya gue 'kan emang harus jual mahal," perkataan Latte tadi langsung membuat Haris menonyor kepala Latte.
Haris lalu memeluk Latte pada dada bidangnya tanpa aba-aba. Latte sangat mengindahkan pelukan itu, ia jadi rindu akan sosok ayahnya, Haris sudah seperti ayah tirinya. Mungkin bahasanya terlalu jahat, tetapi maksudnya adalah Haris pengganti ayah terbaik. Pelukan seperti ini sudah biasa bagi mereka, bersahabat sejak SD membuat keduanya seperti saudara.
"Ris, lo terlalu sempurna buat digantiin. Gue takut gak ada cowo yang sebaik ini sama gue," kata Latte yang tiba-tiba terbawa perasaan.
"Tenang, Nil, semua bakal baik-baik ajah."
Haris lalu membiarkan Latte tidur di kasunya, betapa lelahya Latte hari itu. Haris pun ikut tidur di sofa ruang tengah rumah Latte. Mereka tertidur sangat pulas, hingga Haris terbangun jam 16.50. Haris langsung menghampiri Latte yang masih tertidur. Haris tidak membangunkan Latte dulu, ia malah menikmati pemandangan Latte yang tengah tidur. Wajahnya begitu damai dan penuh keindahan, layaknya putri tidur. Tidak terasa Latte bangun di saat Haris masih asik memandanginya.
"Eh, kuda nil udah bangun. Kuy lah langsung berangkat," kata Haris pada Latte yang baru saja membuka matanya.
"Yah, gendong dong," minta Latte dengan nada manjanya.
"Hem ya iya deh."
Mereka pun langsung berangkat ke rumah Langit dengan keadaan Latte yang belum mandi. Langit pikir akan lebih praktis jika Latte mandi di rumahnya, karena Langit juga sudah mempersiapkan dress untuk Latte pakai malam ini.
"Hai, Kak Zidan," sapa Latte pada Zidan, kakak Langit.
"Eh, kuda nilnya Haris. Makin item ajah tuh muka," ledek Zidan yang membuat Latte meradang.
"Hish! Kagak ade kagak kakak, sama semua!"
"Ya udah, mandi sonoh," perintah Haris.
"Y," sahut Latte jutek.
---
"Abis ngapain sama Vani?" tanya Zidan.
"Quality time."
"Lu serius sama keputusan lo, Ris?" tanya Zidan merujuk pada satu persoalan yang serius agaknya.
"Bang, jangan bahas itu sekarang. Gue cuma mau dinner malem ini sama Vanil," jawab Haris terlihat gusar.
"Tapi dia bakal hancur Ris!" kata Zidan yang masih terus saja menekan Haris.
"Bang! Gue bilang jangan bahas, ini urusan gue sama Vanil."
---
"Vani hari ini cantik banget loh," puji ibu Haris.
"Wah, makasih tante."
"Gimana sekolah kamu? Lancar 'kan?" tanya ibu Haris memancing pembicaraan.
"Gak mah, si Vanil godain cowo mulu di sekolah," jawab Haris yang main nyelonong saja.
"Ih Bambang! Dia yang godain gue, bukan gue yang godain! Sotoy!" kata Latte emosi.
"Halah hoax besar!" sangga Haris yang makin membuat suasana panas.
"Udah ge, kalian tuh berantem mulu kaya kucing sama ayam. Akur dikit kek," kata Zidan yang gemas melihat mereka berdua berdebat.
"Emang kucing pernah berantem ya sama ayam?" tanya Latte dengan polosnya.
"Pernah lah, si kucing 'kan suka makan ayam, nah si ayam merasa marah soalnya kaumnya dimakanin terus sama kucing," jawab Zidan benar-benar nyeleneh.
"Terus kalo berantem yang menang siapa, bang?" tanya Latte yang lagi-lagi ngawur.
"Otomatis kucing lah, ya kali si ayam menang? Lagian ujung-ujungnya si ayam emang ditakdirkan untuk dimakan. Lo juga suka 'kan?" jawab Zidan tambah ngaco saja.
"Iye sih, bang. Kalo dikecap enak tuh ayam."
"Eh, ini kok, jadi ngomongin ayam? Dah, makan gih," sontak satu meja makan tertawa karena pernyataan Haris.
---
"Pokoknya lo harus nginep di rumah gue malem ini!" kata Haris yang terkesan memaksa.
"Lah kenapa?" tanya Latte kebingungan.
"Gak pa pa," jawab Haris
"Seragam lo juga udah gue bawa tadi sebelum lo bangun, pakaian dalem juga udah ada," kata Haris yang mengejutkan Latte.
"Anjir! Harusnya gue ajah yang ambil tadi."
"Ah lo kebo kalo tidur, gak akan kelar kalo ditungguin."
"Ckk! Serah lo deh! Kuy ke kamar lo, mau pinjem gitar nih."
"Ok, tapi lo nanti tidur di kamar sebelah ae."
"Siapa juga yang mau tidur sama lo? Lu yang nanti keenakan."
Latte terus saja memainkan melodi dengan gitarnya, Haris pun menikmatinya dengan tenang. Latte pun memberi tahu Haris bahwa besok ia akan tampil pada acara penutupan MPLS sekolahnya. Latte meminta Haris untuk datang, dan tentu Haris mengindahkannya. Berhubung acara ini dibuka untuk umum, siapa saja boleh menonton asalkan tidak memancing keributan.
---
Gimana? Makin penasaran dong, makanya stay tuned trosss. Bersama Wur Wur yang kyood sejagat raya ini:v. Jan lupa vote, komen, follow akun gue, dan share juga nih story ke temen-temen kalian. Dukung penulis muda Indoineia yah:).
-WW
YOU ARE READING
PRIORITAS
Novela JuvenilPerjuangan secara singkat, tidak bisa meyakinkan Vanila Latte pada cinta tulus Langit Biru. Namun seiring berjalannya waktu gunungan es juga bisa mencair. Ketika hati mereka mulai menyatu, prioritas mereka tergangu. Bisikan orang-orang sekitar meman...