Satu minggu kemudian Latte kembali lagi ke sekolah, masa libur telah usai. Sepanjang perjalanan menuju kelas Langit terus saja merangkul bahu Latte, aroma-aroma pasangan baru.
"Ih, itu maksudnya apa coba? Vani jadian sama Langit?" tanya Rahsya sambil menunjuk Langit yang masih merangkul Latte.
"Iya lah, satu minggu yang lalu," jawab Langit.
"Anjay! Vani sama Langit jadian gesss," teriak Rahsya pada seluruh teman sekelasnya.
"Anjir! Gue bilang juga apa?" ucap Dahrens pelan.
"Yah, bro, sayangnya udah gak ada kesempatan lagi lo dapetin Vani," kata Randi
Dua minggu hubungan mereka berjalan lancar, tidak ada yang bisa mengalahkan kebersamaan mereka. Kemana-mana bersama, baik dalam bermesraan atau belajar bersama.
---
"Oy, bang, gimana kabar lo?" tanya Latte pada Zidan, kakak Haris. Tepatnya sekarang Latte sedang berada di rumah Haris, ia ingin sedikit menenangkan rindunya pada Haris yang menggeliat.
"Baik, Van. Tumben ke rumah gue? Ada ape?" tanya Zidan.
"Gue mau numpang berenang sama liat kamar Haris, kangen gue ama dia," jawab Latte.
"Njirr numpang renang, lu kira tempat gue wisata kolam renang apa? Hahahaha ... ," Zidan tertawa terbahak-bahak.
"Elah, pengen, bang. Di luar 'kan bayar? Di sini gratis, lumayan lah," Latte terkekeh geli.
"Curut lo! Ya udah sanah, hush hush!"
Latte merasa ada yang tidak beres dengan Zidan, dilihatnya Zidan tengah risau di samping kolam renang. Wajahnya cemas sambil melihat ponselnya, merasa tidak beres Latte langsung mengrhentikan berenangnya. Setelah ganti baju, Latte menghampiri Zidan dan menanyakan apa yang sedang terjadi.
"Bang, lo kenapa ge?"
"Etdah buset! Kaget gue, Van," Zidan tersentak akibat Latte yang tiba-tiba saja datang dan langsung bertanya.
"Ye sorry, ada masalah apa, bang?"
"Gue pengin putus, Van. Tapi cewe gue gak mau, gue udah tiga kali bilang putus ke dia, tapi dia kekeh gak mau. Gue harus gimana? Gue juga gak tega."
"Lah, lu putus gegara apa emang?"
"Udah bosen sih, hehe ... ," kata Zidan memperlihatkan rentetan giginya.
"Anjir! Bacot lo, bang, gede batt dah! Playboy cap kaki 10 lu mah!."
"Etdah, kasih solusi kek! Tapi, Van, berhubung ada lo gue ada ide. Gue foto ciuman sama lo ajah ya? Udah pasti cewe gue panas dan minta putus, jadi gak usah susah-susah mutusin dia," Mata Latte membulat seketika, ini sih seperti Zidan yang ingin menang banyak.
"Menang banyak lu! Untung abangnya Haris lu, ya udah gue bantuin."
Mereka lalu berfoto menggunakan ponsel Zidan, Zidan merangkul Latte dengan erat dan mencium pipinya dengan tulus. Latte juga menampakkan wajah bahagia layaknya sepasang kekasih.
"Sip, thanks, Van. Nanti gue kirim ke WA lu ajah,"
Setelah selesai, Latte langsung menuju kamar Haris. Aroma parfum coklat milik Haris begitu melekat dalam kamarnya. Itu mengingatkan Latte pada saat ia memeluk Haris, sungguh menenangkan. Aroma coklat itu juga membuatnya mabuk hingga tidak ingin melepasnya sama sekali. Foto-foto ia dan Haris masih tersusun rapi di dinding kamar Haris, satu ruangan penuh dengan foto mereka berdua. Terlalu asik mengingat masa lalunya bersama Haris, ia hampir lupa ada janji dengan Langit malam ini di rumah Latte.
"Lang, maaf gue telat, gue abis ada urusan tadi," katanya pada Langit yang sudah berada di depan rumahnya.
"Gak pa pa, Latt."
Mereka menghabiskan malam minggu mereka dengan menonton film di rumah Latte. Sederhana namun manis, itu yang seharusnya diterapkan pada semua pasangan. Ditema beberapa snack, coklat panas, dan teh kesukaan Langit. Latte menyandarkan kepalanya di bahu sebelah kanan Langit, suasana menjadi romantis saat itu.
"Jangan tinggalin gue ya?" kata Langit yang setelahnya mendekatkan wajahnya pada pipi Latte.
"Tunggu, Lang! Panggilan alam." Seketika niat Langit mencium Latte tertunda.
"Anjir! Ya udah sonoh."
Ketika Latte ke kamar mandi, Langit mendengar ada notifikasi dari ponsel Latte. Ternyata itu chat dari teman Latte, namun Langit malah fokus dengan nama Zidan pada room chat Latte. Langit langsung membuka chat Latte dengan Zidan, dan yang ia dapatkan adalah foto Latte berciuman dengan laki-laki, Langit memanas. Tidak lama, Latte kembali dari kamar mandi, namun Langit langsung pergi tanpa pamit. Latte yang tidak tahu hanya membiarkan tanpa berniat bertanya, sifat cueknya masih ada ternyata.
Latte pun berpikir kenapa? Setelah ia melihat ponselnya, ia baru ingat tentang fotonya tadi sore bersama Zidan. Latte langsung bergegas mengejar Langit, namun apalah daya? Langit sudah melaju dengan motornya, Latte tidak putus asa dan langsung menaiki ojek yang tengah ngetem di dekat lingkungan rumah warga. Hari itu gerimis, tidak disadari gerimis makin deras yang mengakibatkan hujan. Ini kesempatan Latte untuk menghampiri Langit yang tengah berteduh di halte. Begitupun dengan tukang ojek tadi, Latte suruh untuk berteduh dahulu.
"Lang, lo kenapa!" teriak Latte karena Langit mendadak menjauh dari halte tadi.
"Gue pikir lo udah tau," jawab Langit yang membelakangi posisi Latte.
"Yang di foto itu Zidan, abangnya Haris bego! Tadi sore gue ke rumah Haris, just for ngelepas kangen walau cuma mandangin foto gue ama dia. Gue bantuin Zidan supaya putus dari pacarnya, dia juga temen gue dari kecil, ciuman udah biasa. Tolong jangan bego!" ujar Latte dengan keadaan yang sudah basah kuyup.
"Kenapa lo gak kasih tahu sebelumya?
"Lupa sayang!" Itulah pertama kali Latte mengucap sayang, seketika Langit tersenyum.
"Terus lo masih mau pacaran sama cowo bego dan emosian kek gue?"
"Selamanya, gak peduli kata orang! Gue cinta sama lo."
"Apa? Gue gak denger?" Goda Langit pada kekasihnya tersebut.
"Gue cinta lo sayang!"
Langit langsung membalikkan badannya dan memeluk Latte. Tukang ojek tersebut seketika menjadi nyamuk malam itu, serasa kembali pada masa SMA. Mereka lalu kembali lagi ke rumah Latte untuk mengeringkan baju dan menunggu hujan reda.
"Ada hoodie-nya Haris di kamar satunya, pake ajah. Tenang ajah, ada seperangkat pakean dalem juga," Latte terkekeh geli.
"Asem! Bangke lu!"
Setelah ganti pakaian mereka kembali mengobrol sambil menunggu hujan reda,
"Latt, rencana lo kelas 11 nanti apaan?" tanya Langit yang masih merangkul Latte.
"Sementara gue masih pengin jadi ketua OSIS." Langit tiba-tiba tersenyum pahit.
"Seriusan? Gue gak masalah sih, Latt. Tapi jadi ketos yang baik dan gak bego!" Mendadak Latte agak canggung.
"Gue tahu. Kalo lo?"
"Ketua Paskibra."
"Well, kita punya rencana yang sebelas duabelas. Gue harap kita bisa capai itu."
"Terus gimana hubungan kita?" Latte sedikit terkejut dengan pertanyaan itu.
"Gimana apanya? Tetep jalan dong."
"Gue minta lo jangan berubah, Latt."
---
Baru bisa update lagi gess, belakangan ini gada mood nulis, gw juga lagi UKK online. Gak tau kenapa readers gw makin dikit ajah, ya ini lah jatuh bangun seorang author. Yodah lah, jan lupa share ke temen-temen lo pada, ILY 3k.
-WW
YOU ARE READING
PRIORITAS
Fiksi RemajaPerjuangan secara singkat, tidak bisa meyakinkan Vanila Latte pada cinta tulus Langit Biru. Namun seiring berjalannya waktu gunungan es juga bisa mencair. Ketika hati mereka mulai menyatu, prioritas mereka tergangu. Bisikan orang-orang sekitar meman...