Latte hari ini disibukkan dengan rapat OSIS, ia dan teman-temannya harus benar-benar menyiapkan class meeting dengan apik. Latte sengaja memerintahkan Langit untuk pulang terlebih dahulu. Langit awalnya tidak mau, karena ia takut Latte kenapa-kenapa. Rasa khawatir keduanya satu sama lain mulai meningkat drastis ternyata. Namun pada akhirnya Langit mengingat bahwa ia ada kerja kelompok untuk mapel Bahasa Inggris, Langit memutuskan untuk menuruti kemauan Latte. Latte juga ada kerja kelompok seperti Langit, bedanya ia tidak satu kelompok dengan Langit. Ia malah harus satu kelompok dengan Dahrens, memang guru killer Bahasa Inggris adalah pembuat kelompok paling tidak adil.
Ketika Latte sedang menyusun jadwal untuk class meeting nanti bersama Agam, tiba-tiba Dahrens datang menghampirinya. Latte sangat kesal jika ada orang yang mengganggu tugasnya. Padahal Dahrens sudah mempunyai tugas sendiri, tetapi masih saja merecoki dirinya.
"Van, gue mau ngomong bentar," kata Dahrens kepada Latte yang masih sibuk dengan tugasnya.
"Ya udah, Van, gue cabut ajah deh. Barangkali gue ganggu, urusan tuh jadwal bisa kita lanjut besok ajah," kata Agam yang paham akan kondisi seperti tadi. Kepergian Agam lantas membuat hanya mereka saja yang tersisa dalam ruang OSIS tersebut.
"Lo ngapain sih gangguin tugas gue? Lu 'kan juga punya tugas sendiri," tanya Latte yang menatap Dahrens dengan tatapan jengah.
"Tugas gue udah selesai, Van. Gue cuma pengin tahu, lo ada masalah apa sama gue sampe-sampe lo gak mau dipasangin dance sama gue?" kata Dahrens sambil memegang tangan Latte. Namun Latte segera melepas genggaman Dahrens, sungguh ia malas melihat kelakuan fakboy di depannya ini.
"Bukan urusan lo juga kali, Rens!" jawab Latte malas.
"Bacot banget sih, Van! Lo tinggal jawab ajah susah banget,"
"Gue udah nyaman sama Langit, gue gak bisa kalo harus nyatuin chemistry sama cowo lain, termasuk lo," jawab Latte terpaksa harus jujur.
"Lebay batt sih, udah lah kita kerja kelompok di rumah Randi. Wisnu sama Intan udah sampe duluan, lo nebeng gue ajah," kata Dahrens.
"Terserah."
---
"Nah, tuh Vani sama Dahrens," kata Randi.
"Aseeek, bareng mulu kek sendal jepit," kata Intan yang berusaha menggoda keduanya.
"Gak usah banyak bacot lah kalian, gue udah ngetik materinya sedikit buat makalah kita. Jadi kalian ajah yang ngelanjutin nyari sama ngetik. Usahain jangan sampe typo, gue gak mau sampe Bu Lisna coret-coret makalah kita nanti," kata Latte terlihat sangat lelah dengan tugasnya akhir-akhir ini.
"Van, santai dong," kata Randi sambil merokok. Satu kelas Latte juga tahu jika Randi adalah perokok aktif, Latte berkali-kali memberi tahu Randi agar berhenti, namun nyatanya tidak bisa.
"Udah kerjain ajah deh, gue udah cape cari tuh materi, mana pake Bahasa Inggris lagi. Btw, Ran, gue numpang tidur yah. Gua cape batt sumpah, gak tahan," kata Latte sambil mengacak rambutnya.
"Hm sonoh."
Latte langsung menidurkan dirinya di sofa ruang tamu tempat mereka kerja kelompok. Randi pun memerintahkan agar Wisnu dan Intan mengetik tugas mereka dulu, Randi ingin sedikit berbincang dengan Dahrens.
"Bro, tadi ngobrol apa ajah sama Vani?" tanya Randi sambil mengepulkan asap rokoknya.
"Gak ada, cuma masalah dance doang. Dikit pake banget njirr!" jawab Dahrens kesal.
"Lo cuma belum kasih perhatian lebih ajah ke dia, cewe tuh baper kalo udah diperhatiin secara ekstra," kata Randi yang masih asik dengan rokoknya.
"Tapi, Ran, gue masih ada rasa sama Helga. Walaupun kata anak-anak gue itu fakboy, Helga masih nancep banget di hati gue."
"Helga? Mantan lo yang drama itu? Bucin batt sih lo! Lupain dia, lagian cuma 5 bulan," kata Randi berusaha membuat Dahrens move on dari mantannya.
"5 bulan itu lama bro."
"Bego! Terus gimana yang 5 tahun? Itu kalo bukan lama apaan? Lawak lo biji onta!" kata Randi sambil menonyor kepala Dahrens.
"Udah, sama Vani ajah," bujuk Randi agar Dahrens kembali bangkit.
"Vani udah ada Langit," kata Dahrens.
"Cemen banget sih lo! Lagian mereka cuma sahabatan kali."
"Sahabat nanti juga jadi cinta," kata Dahrens sambil mengacak rambutnya.
"Ya udah sih apa salahnya deketin dulu?" kata Randi menatap Dahrens jengah.
Ketika sudah selesai mengobrol, Randi dan Dahrens melanjutkan tugas makalah mereka. Di saat semuanya sudah beres, Dahrens pun coba membagunkan Latte dari tidurnya. Latte tidur begitu pulas, tidak heran karena tugasnya sangat double akhir-akhir ini. Disibukkan dengan OSIS, membuatnya harus rela ketinggalan beberapa materi, ditambah tugas yang menumpuk.
"Van," ujar Dahrens sambil menepuk tangan Latte dengan halus. Latte lantas membuka matanya secara perlahan, mengumpulkan nyawanya yang baru setengan berkumpul.
"Udah selese, pulang yuk," ajak Dahrens dengan manisnya.
"Sorry ya, ya udah pulang yuk."
Mereka berdua pun pulang dengan Dahrens yang mengantar Latte dulu ke rumahnya. Di sepanjang perjalanan pun, Latte menyandar di punggung Dahrens sambil memeluknya erat. Latte hanya lelah hari ini, rasanya ingin istirahat yang lama, bahkan ia tidak peduli jika yang di depannya sekarang adalah Dahrens. Dahrens justru merasa nyaman jika Latte memeluknya seperti itu, kebahagiaan yang tidak terelakkan.
"Gak usah jutek-jutek banget lah sama gue, Van. Guenya kek gimana gitu," ujar Dahrens ketika Latte baru turun dari motornya.
"Rens, gue tuh emang gini orangnya. Jangan berharap gue bisa luluh karena lo! Btw, makasih buat punggung lo yang udah bersedia jadi sandaran gue," kata Latte yang langsung memasuki rumahnya.
"Anytime you need," kata hati Dahrens
Latte tahu Dahrens orang yang baik, namun Latte masih merasa tidak cocok dengannya. Sifat Dahrens yang fakboy itu membuat Latte sangat tidak menyukai Dahrens. Ia tidak suka jika laki-laki memanfaatkan perempuan dengan mudahnya, tanpa memikirkan efek samping dari perbuatan mereka. Menghanyutkan perasaan wanita dengan sekejap, lalu menjatuhkannya yang membuat luka sangat berbekas hingga tiada obatnya. Wanita akan merasa sangat kehilangan jika orang yang mereka sayang pergi begitu saja, sesungguhnya wanita itu rapuh.
Latte malam ini merenung di kamarnya, ia sangat class meeting kali ini benar-benar cepat selesai agar ia bisa segera menemui ibunya di Bandung nanti. Rasa kangen yang begitu mendalam membuatnya tidak sabar untuk menemui sosok yang paling berjasa di hidupnya.
---
"Ok, jadi berhubung hari ini deadline tugas Bahasa Inggris, silahkan makah masing-masing kelompok bisa dikumpulin ke gue," kata Dahrens.
"Akhirnya tugas akhir kikta selesai, abis ini class meeting bakal dimulai!" kata Ahsyaf yang sukses membuat satu kelas bersorak kegirangan.
"'Nah bener ge, gak sabar buat seneng-seneng," kata Sadly.
"Jadi buat tim basket, eh intinya semua yang ma ikut class meet harus menang! Kalo gak menang, gue santet klean semua!" kata Randi yang sukses membuat satu kelas tertawa.
---
Malmingnya gimana nih mblo? Masih ngenes kagak? Gue sih masih:v Btw ini first time update jam segini, tau lah males tidur. Cuma ditemenin kopi item malem ini:) Btw makin sepi ae lapak gue, gue pengen gitu ada yang komen selain di part 1, hehe:) Have a nice day.
-WW
YOU ARE READING
PRIORITAS
Подростковая литератураPerjuangan secara singkat, tidak bisa meyakinkan Vanila Latte pada cinta tulus Langit Biru. Namun seiring berjalannya waktu gunungan es juga bisa mencair. Ketika hati mereka mulai menyatu, prioritas mereka tergangu. Bisikan orang-orang sekitar meman...