CHAPTER 6

15 3 0
                                    



"Latt, malming jalan kuy, gue yang nentuin tempatnya," ajak Langit antusias.

"Ok, boleh," terima Latte dengan senang hati.

Mereka berdua pun pergi ke pasar malam. Awalnya mereka bahagia menjalaninya, sampai akhirnya Langit izin kepada Latte bahwa dirinya ingin pergi ke toilet. Latte hanya manikmati pertunjukkan dari band yang personilnya memang diisi cogan. Sampai di pertengahan lagu ada 2 orang pria menatap Latte, usianya sekitar 20-an. Latte belum menanggapi serius hal itu, namun tiba-tiba mereka mendekat dan mencolek pipi Latte dengan tatapan mesum. Latte menepis tangan laki-laki tersebut.

"Ya elah, mba. Gak usah sok jual mahal gitu, layanin kita sebentar," kata pria tersebut yang tersenyum menjijikan.

Tidak ingin membuat keributan, Latte berlari meninggalkan tempat tersebut. Namun naas, 2 pria tadi mengejar Latte. Salah satu dari mereka mengeluarkan pisau kecil, Latte panik bukan main.

"Anjir! Langit mana sih lama banget!"

Latte pun bersembunyi di balik pohon mangga dan menelfon Langit dengan segera.

"Halo, Lang!" dengan napas yang terengah-engah.

"Lo kenapa, Latt? Kasih tau gue, lo dimana?"

"Lo balik ke motor lo sekarang!"

"Tapi, Latt, acara jalan-jalan kita?"

"Balik gue bilang!"

Latte langsung menutup telfonnya dan berlari kembali untuk menuju Langit. Tidak disangka-sangka 2 pria tadi menemukannya di balik pohon tersebut.

"Nah, mau kemana sayang? Jangan buru-buru gitu atau pisau ini bakal melukai kamu," kata pria tersebut sambil menodongkan pisaunya.

Satu pria lainnya memegang tangan Latte dengan erat, sampai tangan Latte memerah. Latte mencoba berontak hingga pria satunya menyayat bagian tangan Latte. Tidak takut, Latte menginjak kaki pria tersebut dan lari sekencang-kencangnya. Setelah berlari dengan lelah disertai panik, akhirnya ia bisa bertemu Langit juga.

"Latt, tangan lo kenapa?" tanya Langit begitu panik.

"Gue jelasin nanti! Nyalain motornya, kita balik sekarang. Masalah luka gue biarin ajah."

Langit melajukan motornya secepat kilat, Latte memeluk erat Langit sepanjang perjalanan. Masih menyisakan panik yang sangat mendalam, membuat Latte tidak bisa mengontrol dirinya. Darah dari sayatan pria tadi membekaskan darah di baju Langit. Langit semakin panik dan semakin mempercepat lajunya motor. Syukur saja mereka bisa sampai di rumah Latte dengan selamat, kecuali memang darah dari sayatan tangan Latte masih mengalir. Langit pun mengobati luka Latte.

"Latt, sebenernya ada apa?" tanya Latte sembari fokus dengan luka Latte.

"Ada 2 cowo yang mau ngelecehin gue tadi, gue lari dari tempat kita noton tadi. Tapi nyatanya mereka ngejar gue, mereka sempet nemuin gue pas gue lagi nelfon lo. Salah satu dari mereka nyayat tangan gue karena gue berontak," jelas Latte gemetar.

"Astaga, Latt! Kenapa lo gak ngasih tahu gue?" tanya Langit dengan nada tinggi.

"Bangke! Gimana gue mau ngasih tahu lo? Kalo gue gak cepet-cepet nyuruh lo balik, gue bakal abis sama mereka," jawab Latte kembali dengan nada tinggi.

"Sorry, Latt. Gue cuma khawatir sama lo, gue takut kehilangan lo," Latte sontak terkejut. Sebegitu berarti kah Latte di hidup Langit? Perasaaannya makin memburu kepastian dirinya, mungkin ia masih abu-abu dalam hal mencintai

---


Maap ye dikit doang, karena chapter ini cuma buat kejadian ini ajah:v. Gue lagi baik jadi double update, tapi jan lupa vote, komen, follow akun gue, dan share story ini ke temen-temen kalian. Jangan jadi silent reader:)

-WW

PRIORITASWhere stories live. Discover now