SR-42

680 47 2
                                    


Mondy menyendiri dipinggir kolam, dia kembali mengingat alm. Mamah dan papahnya yang ternyata bukan orang tua kandungnya. Bagaimanapun juga sulit untuk Mondy menerima kenyataan pahit itu.

"Kenapa mah? Kenapa pah? Kenapa kalian pergi begitu cepat sebelum Mondy tau yang sebenarnya seperti apa?! Kenapa mamah sama papah gak pernah jujur kalo Mondy ini bukan anak mamah dan papah?! Kenapa?! Sekarang Mondy benar benar hancur! Mondy bingung harus berbuat apa?!" Mondy berceloteh sendiri seolah papah dan mamahnya ada disampingnya.

"Mondy?" Raya menyentuh bahu suaminya.

Mondy hanya menoleh, dia tak berani menatap Raya.

"Kamu yang sabar ya, aku tau ko perasaan kamu gimana sekarang? Tapi kamu gak boleh menyesali apapun karena selama ini mamah dan papah ngasih semuanya buat kamu kan? Bahkan kamu gak pernah kekurangan kasih sayang dari mereka! Satu hal, alangkah lebih baiknya kalo kamu cari tau dulu kebenaran soal Baron karena aku gak yakin kalo dia beneran anak kandung dari mamah dan papah kamu" jelas Raya menatap Mondy.

"Kenapa kamu bisa bilang kaya gitu?" ujar Mondy.

"Ya karena aku gak yakin sama Baron, gak tau kenapa aku ngerasa kalo ada kebohongan dimatanya makanya aku mau kamu cari tau dulu tentang dia!" balas Raya.

"Ok, aku akan ikutin keinginan kamu! Nanti aku akan coba untuk cari tau soal Baron!" ucap Mondy.

"Ok sayang, pokoknya aku bakalan selalu dukung kamu apapun yang terjadi!" Raya tersenyum.

"Makasih sayang, kamu udah mau nemenin aku meskipun dalam keadaan susah kaya gini" ucap Mondy.

"Sama sama sayang, pokoknya kamu tenang aja ya aku bakalan terus nemenin kamu sampai kapanpun, aku janji sama kamu"

Mondy tersenyum lalu merangkul Raya kedalam pelukannya.

"Aku sayang banget sama kamu" ujar Mondy sambil memeluk Raya.

"Aku juga sayang banget sama kamu" balas Raya tersenyum.

Raya dan Mondy berusaha untuk mencari tau tentang Baron, karena walau bagaimanapun Mondy tidak bisa begitu saja memberikan seluruh harta warisan dari orang tuanya pada Baron yang belum jelas asal usulnya.

Tok!  Tok!  Tok!  Tok!  Tok! 

Terdengar suara ketukan pintu, Mondy segera membuka pintu rumahnya.

"Om Rudi, ayo masuk om!" ucap Mondy.

Mondy mempersilakan tamunya masuk yang ternyata adalah Rudi mahardika, pengacara sekaligus teman dekat alm. Papahnya.

"Ada apa om? Sepertinya ada hal penting nih sampe om datang ke rumah Mondy?" tanya Mondy.

"Iyah Mon, om harus menyampaikan pesan terakhir dari alm. Papah kamu" balas Rudi membuka tas yang dibawanya.

"Pesan terakhir dari alm. Papah? Pesan apa itu om?" ujar Mondy heran.

"Papah kamu pernah menitipkan surat ini kepada om, dia minta agar om memberikan ini kepada kamu kalo kalo beliau meninggal! Ini suratnya Mon" balas Rudi memberikan sebuah surat pada Mondy.

Mondy mengambil surat tersebut, dia langsung membuka surat itu lalu kemudian membacanya.

Mondy, saat kamu membaca surat ini mungkin papah sudah tidak ada disamping kamu lagi, mungkin papah sudah pergi dari dunia ini untuk selama lamanya, tapi papah ingin kamu tau bahwa papah sangat menyayangi kamu nak, meskipun kamu bukan anak kandung papah dan mamah!.

Papah tau, mungkin kamu akan marah dan kecewa karena papah tidak sempat mengatakan hal ini langsung sama kamu, tapi kamu harus tau nak semenjak kamu hadir dalam papah dan mamah kami merasa sangat bahagia, kami sudah menganggap kamu seperti anak kami sendiri karena sampai kapanpun mamah tidak bisa memberikan papah anak, sejak rahimnya diangkat karena ada cancer akhirnya mamah dan papah sepakat untuk mengangkat kamu sebagai anak kami nak, tolong maafkan papah dan mamah yang tidak jujur dengan status kamu 😔.

SEBUAH RASA ❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang