(1) Confession

1.2K 93 14
                                    

"Joohyun-ah Joohyun-ah Joohyun-ah, Jeon Jungkook menunggumu di luar." Tak kenal medan, salah seorang rekan kerja Joohyun heboh sendiri sambil menyerukan nama Joohyun dengan santai seolah mereka sedang ada di pantai. Hey, ini masih lingkungan kerja. Well, walau sebenarnya jam kerja telah habis.

Joohyun memiringkan kepalanya, mencoba mencerna pemberitahuan yang baru saja disampaikan Jina untuknya. 'Jeon Jungkook menunggu di luar', apa maksudnya?

Seingat Joohyun, Jeon Jungkook adalah teman Eunwoo sejak kecil yang kebetulan menjadi salah satu mahasiswa magang di perusahaan tempat Joohyun bekerja. Selama tiga bulan ini, Jungkook magang sebagai reporter untuk bagian surat kabar harian. Mereka hanya sesekali bertemu karena Joohyun berada di bagian majalah yang membahas tentang fashion and beauty. Mereka juga tidak bisa dibilang dekat karena Joohyun sama sekali tidak ada urusan dengan teman-teman adiknya―termasuk Jungkook. Lebih memilih tersenyum kemudian berlalu setiap kali ada teman adiknya yang berkunjung ke rumah. Lantas untuk apa Jungkook menunggunya?

"Wae? Kenapa dia menungguku?"

Jina mengangkat bahu. "Cepat temui dia. Dia bersama teman-temannya juga."

Oke, satu lagi yang harus diperjelas adalah hari ini merupakan hari terakhir untuk anak-anak magang turut andil dalam perusahaan. Mereka telah bebas tugas, tinggal menyerahkan laporan kepada dosen terkait apa yang telah mereka lakukan selama tiga bulan di perusahaan. Harusnya mereka sudah pulang kemudian membuat perayaan atas berakhirnya masa magang mereka. Bahkan mereka sudah berpamitan sejak sejam yang lalu.

Tak ingin membuang waktu dan justru menunda kerja lemburnya, Joohyun segera bangkit. Melangkahkan kaki keluar dari gadung berlantai sepuluh ini untuk melihat apa yang terjadi di luar.

Sampainya di luar gedung, perhatian Joohyun langsung terarah pada sekelompok orang yang berdiri agak jauh dari pintu utama perusahaan. Joohyun menghela napas panjang saat indra penglihatnya menangkap ada beberapa orang yang membawa balon, ada juga yang membawa spanduk yang isinya adalah kata-kata manis. Tak ketinggalan, beberapa aksesoris juga mereka pasang di kepala.

Kejadian seperti ini mengingatkan Joohyun pada tindakan protes―demo―yang dia lihat tadi pagi saat hendak pergi ke kantor. Orang-orang sedang protes menentang kenaikan harga sewa kios. Namun untuk kasus sore ini, jelas terlihat bahwa mereka tidak sedang melakukan aksi protes.

Joohyun melipat tangan di dada kemudian melangkah dengan sok angkuh menghampiri seorang yang berdiri di tengah. Jeon Jungkook, pria itu sedang berdiri dengan teman-temannya sebagai pendamping di kanan dan kirinya. Kedua tangan Jungkook berada di belakang tubuh. Bibirnya menyunggingkan senyum. Tentu saja senyum itu untuk Joohyun.

"Noona," Jungkook memberikan sapaan begitu Joohyun tepat berada di hadapannya.

Joohyun tak memberi tanggapan. Hanya memberi tatapan datar, masih lengkap dengan tangan dilipatnya, seolah menantang Jungkook untuk berbicara lebih lanjut.

"Noona, aku―"

"Bukankah seharusnya kalian pulang?" Potong Joohyun. Nada bertanyanya terdengar sangat dingin dan menusuk. Bahkan ada beberapa teman Jungkook yang sedikit takut dibuatnya, sampai-sampai spanduk yang semula diangkat tinggi kini menjadi turun posisi.

Jungkook tak gentar. Walau dia gugup, tapi dia sudah merencanakan ini dengan matang. Dia harus mengungkapkan, tidak boleh gagal. Maka dengan sekali tarikan napas, pria itu menyampaikan maksud dan tujuannya. "Noona, maukah kau menjadi kekasihku?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Jungkook terkesan lancar tapi buru-buru. Hey, sudah berapa sering pria itu berlatih?

Joohyun masih berada di posisinya. Tak bereaksi, tak menyahut. Masih menatap datar pria belia yang ada di hadapannya.

Make It Right ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang