(11) Ex Boyfriend

356 56 12
                                    

*

*

*

*

*

Gawat. Sudah beberapa hari berlalu tetapi Kim Taehyung masih berada pada mode merajuk. Oke, untuk urusan kantor, pria itu memang tetap berada pada posisinya. Masih menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sangat baik. Namun pria itu menjadi sangat irit bicara. Bahkan para karyawan dibuat kewalahan karena Taehyung tidak memberikan masukan apa-apa. Hanya bicara seperlunya tanpa banyak basa-basi.

Joohyun sebagai salah satu karyawan tentu merasakan hal yang sama dengan karyawan lain. Terlebih saat ini dia harus menyerahkan laporan atas apa yang telah dia garap dari wawancara dengan Sena. Duh! Joohyun tentu tidak lupa jika penyebab merajuknya Taehyung adalah Park Sena. Lantas apa yang akan terjadi jika Joohyun menyodori pria di dalam sana dengan berkas tentang Park Sena?

"Ya, kenapa tidak masuk?" Jina sedikit menyenggol lengan Joohyun.

Joohyun yang sejak tadi berdiri di depan pintu ruangan Taehyung tentu menarik perhatian rekan-rekannya. Terlebih beberapa dari mereka telah melakukan kesepakatan untuk makan di luar, termasuk Joohyun yang sudah mulai mau pergi keluar saat jam istirahat. Untuk siang ini, Jina yang mentraktir dalam rangka syukuran karena telah membeli mobil baru.

"Cepat serahkan dan kita pergi. Tenang saja, Pyeonjibjangnim tidak akan marah." Tambah Jina.

Rupanya rekan Joohyun yang lain sudah menunggu. Padahal masih kurang beberapa menit lagi menuju jam istirahat.

Mendapat dorongan langsung dari Jina dan dorongan tidak langsung dari rekan-rekan yang lain, membuat Joohyun memiliki tambahan keberanian. Menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Barulah dia mengetuk pintu ruang Taehyung dan membukanya. Berusaha bersikap sesopan mungkin terhadap bosnya itu.

"Selamat siang Pyeonjibjangnim." Basa basi yang sama sekali tidak diindahkan oleh Taehyung.

Pria itu terlihat sibuk dengan komputer―entah apa yang dikerjakan. Joohyun tak bisa menebak apakah pria itu menyadari kehadirannya atau tidak. Well, daripada berdiri mematung di dekat pintu dan membuat rekan-rekanya menunggu lebih lama, Joohyun memberanikan diri untuk mendekat pada Taehyung.

"Pyeonjibjangnim." Lagi, dia memanggil Taehyung.

"Eung." Jawaban singkat, bukti bahwa Taehyung telah mengetahui keberadaannya.

"Saya mau menyerahkan lap―"

"Tak perlu. Kau urus sendiri saja."

Joohyun langsung terbelalak. Hey, yang benar saja? Joohyun tak berwenang untuk itu. Biar bagaimanapun, dia harus tetap menunjukkan hasil kerjanya pada pimpinan redaksi. Dia tidak bisa berlaku seenaknya.

"Tapi―"

"Serahkan saja pada Gyuri. Bilang kalau aku yang menyuruh."

Well, lupakan saja tentang Taehyung yang menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Untuk kali ini, pria itu sama sekali tidak bertanggung jawab. Baiklah, suka-suka dia saja. Joohyun memilih untuk undur diri. Namun belum sampai benar-benar keluar dari ruang Taehyung, pria itu sudah lebih dulu memanggil.

"Makan siang denganku. Aku sudah memesan tempat." Tegasnya.

*

*

*

Acara ditraktir Jina gagal. Justru siang ini Joohyun mendapat traktiran yang lebih mewah dari Taehyung. Sempat menolak, tetapi Taehyung tak bisa ditolak. Mau tak mau Joohyun menurut pada pria itu. Persetan dengan dia yang akan menjadi bahan obrolan teman-temannya.

Make It Right ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang