𝐀𝐑𝐊𝐀𝐍 [END]

ARKAN 16

Sama sekali tak bergeming dengan hujan deras yang menimpa. Arkan duduk, terdiam sendirian di dalam mobil pada malam hari. Tatapan lelaki itu gusar, tidak tenang. Acak sudah pikirannya.

"Baby, anak kandung Papa? Bukankah mereka sudah tidak ada lagi?"

Yesi tersenyum getir. "Ya, memang itu kenyataannya. Aku juga tidak menyangka. Ntah apa yang terjadi setelah ini."

Baby yang masih dipeluk Carson, menatap sekitarnya bingung. "Baby bingung. Ini kenapa?"

"Kamu terbukti anak kandung Papa, Baby."

Baby terkejut. "Benarkah? Bukannya orangtua Baby udah engga ada dari Baby kecil?"

"Engga, Sayang. Ini Papa kandung Baby."

Baby masih tak percaya. "Berarti Mama sama Kakak juga keluarga kandung Baby?"

"Bukan. Ah, begini. Baby ganti baju dulu. Nanti Papa jelaskan. Paham?"

Mengingat itu, Arkan mengerang. Ah, bagaimana hubungannya dengan Baby nanti? Apakah harus ia sudahi? Tidak mungkin Papanya memberi izin terlebih sudah ada bukti bahwa Baby adalah anak kandungnya.

Arkan ingin putus asa, tapi hatinya bertekad untuk terus memiliki gadisnya. Tapi, Carson? Apakah ia bisa mengatasi pria tua itu? Apakah ia harus mengambil langkah buruk untuk memiliki Baby seutuhnya?

Dering handphone Arkan terdengar nyaring. Kala membuka layar kunci, nomor Baby dengan nama 'Honey' terpapar. Segera ia tempelkan benda pipih itu di telinga.

"Kakaaaaak...," rengek Baby.

"Hm?"

"Kok hm?"

"Apa, Sayang?"

"Kakak di mana?"

"Di jalan."

"Kapan sampai di rumah? Mama Papa pergi keluar. Katanya cuma sebentar, ternyata lama. Baby sengaja engga ikut, mau tunggu Kakak."

"So?"

"Ih, Baby butuh teman di rumah."

Arkan terkekeh. "Butuh teman atau..."

"Atau apa?" sahut Baby.

"You miss me?"

"POKOKNYA CEPET PULANG. HUH!" Baby mematikan telepon sepihak. Arkan tersenyum menatap layar handphone.