ARKAN 06

71.6K 3K 214
                                    

"Kakak jelek! Baby enggak mau sama Kakak!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kakak jelek! Baby enggak mau sama Kakak!"

Baby menjauhkan badan ingin turun dari pangkuan Arkan Namun tangan Arkan membentengi tubuh Baby, menempelkan tubuh mereka.

"Ih, nakal!"

"Siapa yang nakal?" tanya Arkan datar.

"Kakak!"

"Kenapa Kakak?"

"Pokoknya Kakak nakal! Kakak sering larang-larang Baby, sering cium Baby, gigit bibirnya Baby," sewot Baby mengebu dengan pipi mengembang, tangan bersedekap, memberi jarak dada mereka berdua.

"Itu hukuman," singkat Arkan.

"Baby enggak salah. Jadi, Baby enggak perlu dihukum. Kakak yang salah!"

"Kenapa tadi kabur? Baby sudah janji, kan, berangkat sekolah sama Kakak?" intimidasi Arkan. Menajamkan tatapannya.

Baby meneguk salivanya susah. "Ba-Baby enggak suka Kakak gigit bibir Baby," ucap Baby semakin lama mencicit.

"Itu hukuman. Kenapa tadi dekat-dekat Hiro?" Kali ini Arkan lebih menakutkan. Baby terdiam, suaranya hilang.

"Baby milik Kakak. Milik Kakak seutuhnya. Jauhi Hiro, Kakak enggak suka. Baby cuma boleh dekat sama Kakak. Baby cuma boleh suka sama Kakak. Harus berapa kali Kakak bilang, hm?"

Well, memata-matai disela-sela kerja memang mengesalkan. Arkan rasa, waktunya dia unjuk diri. Waktunya dia memisahkan Hiro dengam Baby.

"Ok. Terserah Baby. Kalau mau keluar, silahkan," putus Arkan.

Baby perlahan turun dari atas pangkuan Arkan.

"Mungkin, Kakak mau pergi ke luar Indonesia. Bagus, kan? Baby jadi bebas tanpa Kakak. Baby bisa lakukan semuanya," papar Arkan menghentikan langkah Baby.

Baby diam merenung. Kakaknya akan pergi?

"Kenapa? Kunci sudah ada di pintu, silahkan keluar," pancing Arkan.

"Kakak mau pergi?" lirih Baby bertanya. Matanya berselaput bening.

"Baby mau bebas, kan?"

Bibir Baby melengkung ke bawah. "Enggak boleeeh!" rengeknya.

Baby tidak mau jika Arkan pergi. Baby membutuhkan Arkan kapan pun dan di mana pun. Baby tidak bisa jauh dari Arkan.

Tanpa diperintah, Baby naik ke atas paha Arkan lagi. Memeluk leher Kakaknya erat dan menyembunyikan parasnya di leher Arkan. Tangan Arkan membalas, mengunci tubuh mungil Baby dalam peluknya.

Arkan diam. Hanya memeluk erat Baby yang menangis kecil. Dalam hati dia gembira, bisa memprovokasi otak Baby dengan kinerja ucapannya yang menjebak.

Arkan mengusap rambut Baby yang tergerai dengan lembut. Sesekali memindahkan rambut itu agar Arkan bisa melihat bekas kemerahan di leher belakang Baby, tanpa sepengetahuan Baby.

𝐀𝐑𝐊𝐀𝐍 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang