ARKAN 09

54.2K 2.2K 120
                                    

Arkan melirik jam hitam yang melingkar pada tangan kiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arkan melirik jam hitam yang melingkar pada tangan kiri. Detik demi detik berlalu, Arkan sudah tak sabar ingin menjumpai Baby. Terhitung hampir 12 jam ia tak melihat paras Baby, dan sekarang lelaki itu sudah merindu.

Ting!

Melirik pintu lift di depannya terbuka, kaki Arkan melangkah gesit masuk ke dalam. Hanya ada dirinya seorang bersama sebuah koper hitam sedang, tak ada yang lain di dalam. Arkan menekan tombol angka yang tersedia menuju lantai delapan.

Sembari menunggu pintu lift terbuka lagi, Arkan terus menatap jarum jam tangan penunjuk detik.

Ting!

Pintu lift terbuka. Arkan mengayun kaki seraya menarik koper. Tak terlalu jauh dari lift, pintu apartment yang Arkan tuju pun sudah terlihat. Arkan berdiam diri, hendak saja ingin menekan bel, namun pintu terbuka dari dalam.

Wanita cantik keluar bersama wajah terkejut.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?!"

Arkan mengedikkan bahu tak peduli. Ia buka pintu lebar-lebar sebagai akses masuk. Lelaki itu langsung duduk di atas sofa ruang tengah.

Yesi menggeram kesal, mengikuti langkah kaki Arkan menuju ruang tengah. Anak semata wayangnya terlihat santai, tak peduli akan wajah cantiknya yang menjadi kusam.

"Mama akan keluar? Keluarlah," celetuk Arkan. Bila diperhatikan dari penampilan Yesi yang sudah berpakaian mahal nan menawan, pasti wanita itu hendak keluar.

Tanpa takut, Arkan menatap mata Yesi yang tengah berkobar api di sana. Arkan bersedekap dada, menaruh kedua kaki di atas meja kaca. Sembari mengangkat sebelah alis, Arkan melirik pintu dan Yesi bergantian. Dalam artian, lelaki itu menyuruh Mamanya pergi.

"Lihat saja nanti, setelah Mama pulang membeli perlengkapan Baby. Kamu akan habis!" ancam Yesi mengebu. Melangkah tergesa, Yesi keluar apartemen.

Tak nampak batang hidung Mamanya, Arkan berdiri kembali. Kaki panjangnya melangkah, mencari letak keberadaan si adik kecil yang menggemaskan.

Sembari berjalan mencari, mata Arkan menelisik setiap inci apartemen, menilai interior minimalis yang nyaman untuk dilihat.

Cukup lama melangkah, Arkan terdiam di depan pintu salah satu kamar. Entah, insting Arkan mengatakan jika gadisnya ada di dalam kamar itu. Menaruh tangan di handle pintu, Arkan memberi dorongan dan pintu terbuka.

Benar dugaan yang ia lempar, Baby tertidur pulas di atas kasur.

Arkan tersenyum penuh arti, sembari menutup pintu dengan tendangan kaki.

𝐀𝐑𝐊𝐀𝐍 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang