ARKAN 02

90.9K 3.9K 67
                                    

Seperti tradisi-tradisi sebelumnya, SMA Pamungkas mengadakan aksi corat coret baju setelah mendapatkan hasil kelulusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti tradisi-tradisi sebelumnya, SMA Pamungkas mengadakan aksi corat coret baju setelah mendapatkan hasil kelulusan. Untungnya, di tahun ini, semua murid dinyatakan lulus. Jadi, semua diharuskan ikut acara corat coret ini. Lapangan sekolah sudah ricuh dengan banyak warna. Semua murid, baik laki maupun perempuan sama saja.

Terkecuali Arkan, dia tidak ada minat mengikuti aksi corat coret itu. Dia hanya melihat dari lantai 3. Menurutnya, aksi corat coret begitu tidak penting. Arkan juga tidak suka. Belum lagi, ketika corat coret, pasti ada perempuan cabe yang mengajak dirinya foto. Arkan benci itu.

"Huft!"

Arkan mengembuskan napas kasar. Tidak menyangka, dia lulus dari SMA Pamungkas. SMA yang sejatinya adalah milik keluarganya sendiri. Tidak menyangka juga, dia sudah hidup di dunia lama.

Tidak menyangka juga, masa remaja diujung penghabisan. Sekarang dia beranjak dewasa. Beban-beban berat pasti akan muncul.

"Arkan, sini lo!"

Merasa terpanggil, Arkan mencari sumber suara. Suara besar serak itu datang dari mulut teman lelakinya, Kenan. Kenan adalah satu-satunya teman yang Arkan punya. Hanya Kenan yang mau berteman dengan monster seperti Arkan.

"Baju gue udah abstrak kek wajah. Lo nggak pengen kayak gue?" tanya Kenan mengocok pilox warna merah yang dia bawa.

"Mau nggak?"

"Gak."

"Ck, lo nggak asik. Jadi manusia dong, Ar. Jangan jadi batu mulu," cibir Kenan.

Arkan tidak menggubris. Dia kembali melihat lapangan dari atas. Lapangan lebih ricuh dari yang sebelumnya.

"Lo mau lanjut kuliah di mana, Ar? Atau lo mau lanjutin usaha Bokap lo?" tanya Kenan. Arkan hanya mengedikkan bahu tidak peduli.

"Udah lulus breee. Cari cewek sana. Terus nikah."

"Gak."

Kenan mendengus kesal. Pasti jawaban Arkan antara 'Ya' dan 'Gak'. Punya teman dekat hanya satu, itu pun seperti batu. Memang nasib Kenan.

"Serah lo dah. Gue turun dulu," pamit Kenan masih terus mengocok pilox yang dia bawa.

Arkan bosan kegiatan tidak penting seperti ini. Dia ingin kabur saja dari sekolah. Toh, dia sudah lulus. Berarti dia sudah bebas mau di sekolah atau tidak.

Angin berhembus pelan. Menerpa jambul Arkan. Angin lembut itu membawa pikiran Arkan menuju seorang gadis. Gadis belia yang menghantui pikirannya akhir-akhir ini.

Baby.

"I need her."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐀𝐑𝐊𝐀𝐍 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang