ARKAN 15

29.2K 1.3K 94
                                    

Sekitar jam 3 pagi Arkan terbangun dari lelapnya mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sekitar jam 3 pagi Arkan terbangun dari lelapnya mimpi. Ia tak sengaja tertidur, satu kasur dengan sang adik. Untung tidak ada orang rumah yang tahu. Selimut tebal ia sibak, Arkan duduk dipinggiran kasur. Ia lirik sekilas pujaan hatinya, selalu cantik.

Arkan tersenyum kecil, Gadis kecil yang lucu.

Karena merasa haus, langkah kaki Arkan terbawa ke dapur. Suara gelas kaca berdenting dari arah sana. Arkan mengernyit, Yesi tengah meminum kopi di jam 3 dini hari. Setahu Arkan, Yesi tidak terlalu suka kopi. Tapi, yasudahlah, Arkan tidak terlalu memerdulikannya.

"Mau apa?" tanya Yesi, bernada datar.

"Minum," sahut Arkan singkat.

Rasa aneh itu muncul di hati. Seminggu terakhir ini, Yesi tidak seperti biasanya. Ia sering mengacuhkan Arkan. Tidak lagi cerewet. Serta melakukan hal hal yang mulanya tidak ia sukai, salah satunya adalah ini, meminum kopi.

Arkan membuka kulkas. Diraihnya sebotol air mineral dingin dan langsung ia teguk. Selepas itu, botol air dikembalikan lagi dalam kulkas.

Sebelum pergi, Arkan mengamati Yesi. Ia bersandar pada meja dapur marmer di belakang tubuhnya.

"Ada apa?" Yesi seakan sadar tatapan Arkan.

"Different."

"Bukan urusanmu." Yesi bergegas pergi meninggalkan segelas kopi yang baru terminum setengah.

Lagi lagi, Arkan kebingungan dengan mamanya ini. Tak ambil pusing, Arkan balik ke kamar. Ingin merengkuh kembali tubuh mungil Baby.

Dua ujung alis Arkan saling temu, menatap heran karena Baby sudan bangun dan duduk memeluk lutut di ujung kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua ujung alis Arkan saling temu, menatap heran karena Baby sudan bangun dan duduk memeluk lutut di ujung kasur. Gadis berpiyama putih motif itu terlihat masih mengantuk.

Arkan duduk di depan Baby, membelai pipi mulus Baby. "Kenapa bangun? Langitnya masih malam."

"Habis dari kamar mandi. Kakak dari mana? Tadi Baby panggil-panggil engga ada suaranya, huh!" Memalingkan muka, pipi Baby mengembang seperti bolu. Arkan mempekerjakan giginya untuk menggigit pipi itu.

𝐀𝐑𝐊𝐀𝐍 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang