15

1.7K 204 28
                                    

"Hukuman terberat untukku dari Tuhan adalah harus melihatmu terbaring lemah kembali seperti ini, wahai bidadari. Aku mohon, cepatlah kembali. Cukup sudahi tidur panjangmu, lalu izinkan aku menciptakan pelangi indah di matamu."
-Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan-

***
Happy Reading!
***

Sepulang dari acara wisuda (Namakamu), gadis itu banyak sekali diam dan tidak berbicara sepatah kata pun kepada Iqbaal. Sejak semalam, banyak sekali perubahan sikap yang (Namakamu) tunjukan kepadanya. Membuat laki-laki itu berpikir keras, apa yang sudah laki-laki itu perbuat hingga membuat (Namakamu) marah dan kecewa. Setibanya mereka di rumah (Namakamu), gadis tersebut ingin turun. Namun, pintu mobil sudah Iqbaal kunci dan laki-laki tersebut pun menahan tangan (Namakamu).

"Kamu kenapa? Aku ada salah?" (Namakamu) langsung menoleh, kemudian gadis itu menggeleng. "Aku nggak apa-apa, cuma capek aja. Udah ya, Baal. Nanti lagi aja, aku mau istirahat." Iqbaal memegang kedua pipi (Namakamu), membuat gadis itu menatap mata Iqbaal.

"Kamu bohong sama aku, (Namakamu). Aku tau, kamu nggak lagi baik-baik aja. Tolong, jelasin sama aku," pinta Iqbaal.

(Namakamu) hanya menatap wajah laki-laki yang ada di sampingnya ini. Laki-laki yang dua minggu ini mengganggu pikirannya, yang mungkin akan marah dan kecewa kepadanya. Yang akan menilai bahwa ia adalah gadis murahan yang mau tidur dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Tidak! (Namakamu) tidak siap, jika harus dibenci Iqbaal saat ini.

"(Namakamu), please. Tell me what do you feel now."

"Aku bakal cerita, tapi kamu janji sama aku. Jangan benci aku, jangan benci Yuda, bang Rafa dan semuanya."

Iqbaal mengangguk, kemudian menatap (Namakamu) dengan serius. Iqbaal memandang kerutan yang kini terlihat di sekitar kening gadis itu. "Kening kamu banyak kerutannya, jangan sering ngerutin kening gitu. Kan nggak lucu, aku masih ganteng. Kamunya udah mirip tante-tante. Tapi, kamu tetep cantik kok," ucap laki-laki itu seraya mengusap kening (Namakamu).

(Namakamu) memenjam sejenak, mencoba menetralkan debaran yang ada di bagian dadanya. Ia berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk berkata jujur kepada Iqbaal. Semoga Iqbaal tak marah.

"Baal, jadi dua minggu lalu. Aku sama Yuda nggak sengaja minum-"

Ucapannya terhenti, napasnya sangat sesak. Lehernya seakan terikat tali yang sangat kuat, ia tak sanggup mengatakan hal itu. Hal yang akan menyakiti perasaan Iqbaal.

"Hei, kamu kenapa?"

"Aku sama Yuda udah ngelakuin hal yang nggak seharusnya kita lakuin. Maaf, Baal."

Final! Akhirnya dirinya bisa mengungkapkan rahasia sialan itu, suatu masalah yang akan menjadi boomerang untuk hubungannya dengan Iqbaal. Rasa sakitnya semakin menjadi, saat ia mulai membuka matanya dan menatap wajah Iqbaal yang tengah senyum.

"Baal? Kamu nggak marah?"

"Enggak, aku sebenernya nunggu ini dari kamu, Sayang. Aku nunggu kamu jujur sama aku," ucap Iqbaal. Kemudian laki-laki itu menyentuh pipi tembam (Namakamu). "Lihat mata aku, perhatiin kalimat yang aku ucapin. Aku cuma bilang sekali aja."

Entah sihir apa yang mampu membuat gadis itu hanya mengangguk dan tak menolak sedikitpun. Hal itu membuat Iqbaal tersenyum senang.

"Aku tahu masalah itu dari kak Nabilla dan bang Rafa, di hari yang sama aku terbang ke Indonesia. Malamnya aku langsung ke rumah kamu, tapi aku malah diajak ngobrol sama bang Rafa dan kak Nabilla. Mereka ceritain semua kejadian yang terjadi di hari itu."

My Wedding Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang