12

2K 203 9
                                    

"Aku melepasmu bukan berarti aku tak sayang, ketahuilah jika Tuhan mentakdirkan kita bersama. Akan ada banyak cara untuk aku dan kamu kembali bersama. Percaya! Ini bentuk rasa sayang bahkan cinta yang paling benar, mengikhlaskanmu demi keselamatanmu."
-Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan-
***
Happy Reading!
***

Iqbaal langsung memutarkan tubuhnya saat mendengar penuturan tersebut. Hal itu juga dilakukan Rafa dan yang lainnya, di sana ada Bian. Laki-laki masa lalu (Namakamu). Aldi langsung menghampiri Bian.

"Maksud lu apaan sih? Lu nggak mau nolongin (Namakamu)? Yaudah, nggak usah pake acara syarat-syarat an. Nggak jelas lo!" Aldi adalah sahabat (Namakamu), laki-laki itu mengenal (Namakamu) dari kekasihnya. Semenjak dirinya dan Salsha berpacaran, (Namakamu) selalu menjadi penolong dan penengah saat Aldi dan Salsha bertengkar.

Melihat Aldi ingin memukul Bian, Salsha langsung berlari ke arah mereka. "Hei, sayang. Jangan, ini rumah sakit. Jangan cari keributan," ucap Salsha. Yuda menyentuh bahu Aldi dan berkata, "Kita masih bisa cari pendonor lain, Al. Gue yakin (Namakamu) bisa sembuh kok, jangan pakai kekerasan."

Namun, tiba-tiba ada seorang perempuan yang datang ke arah mereka. "Kak Iqbaal?" panggil perempuan itu, kemudian memeluk Iqbaal. "Raisya, kamu ngapain ke sini? Kapan balik dari Jogja?" tanya Iqbaal. Raisya melepaskan pelukannya, kemudian merapikan rambutnya. "Kakak lupa ya, kalau hari ini aku pulang. Oh, iya. Tadi aku denger siaran kakak, kalau kakak butuh donor darah?"

Iqbaal langsung mengangguk. "Kenapa? Kamu punya teman golongan darah A resus negatif?" Raisya tersenyum sejenak. Rupanya, abang sepupunya ini sudah mempunyai pujaan hati. "Kakak lupa kalau sepupu kakak ini golongan darahnya A resus negatif?" Iqbaal mengernyit sejenak, kemudian ia mengangguk.

"Masya Allah, iya aku lupa. Mau ya kamu tolongin aku?" tanya Iqbaal menggenggam tangan Raisya. Rafa langsung mendekat ke arah Iqbaal. "Baal? Dia siapa?" Iqbaal menoleh, kemudian memperkenalkan Raisya. "Dia itu Raisya, Bang. Sepupu gue." Raisya langsung menjabat tangan Rafa, kemudian ia tersenyum. "Yaudah, kalau gitu gue anter Raisya dulu ya," ucap Iqbaal. Aldi langsung menahan bahu laki-laki itu. "Sama Yuda juga, bro!"

"Yaudah, Pak. Mari," ucap Yuda. Kemudian Iqbaal, Raisya dan Yuda berjalan menuju laboratorium. Untuk mencek dan melakukan proses transfusi darah. Raisya dan Yuda masuk ke laboratorium, sementara Iqbaal menunggu mereka di kursi ruang tunggu. Dalam hatinya, Iqbaal mengucapkan segala syukur kepada Tuhan yang telah membantu.

***

Keesokkan harinya. Semalam Iqbaal berkata bahwa dirinya saja yang menunggu (Namakamu), Rafa tak perlu bermalam di rumah sakit. Karena Iqbaal yakin bahwa Nabilla akan cemas menunggunya di rumah. Operasi semalam berjalan dengan lancar, Iqbaal tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada adik sepupunya dan juga Yuda.

Kalau tidak ada mereka, mungkin mau tidak mau Iqbaal akan menerima penawaran Bian ataupun Ardian. Karena tak ada cara lain, selain menerima permintaan mereka untuk meninggalkan (Namakamu) demi keselamatannya. Bagi Iqbaal, keselamatan (Namakamu) adalah hal terpenting. Mungkin berat memang, meninggalkan orang yang begitu sangat dicintai. Namun, jika nyawa adalah taruhannya maka Iqbaal akan memilih membiarkan (Namakamu) tetap hidup dan bernapas.

"Hai, selamat pagi (Namakamu). Makasih ya, karena kamu masih mau bertahan buat aku. Maaf, aku gagal jadi pelindung kamu. Maaf, karena kamu selamatin aku. Kamu jadi di sini sekarang," sapa Iqbaal yang baru saja selesai menunaikan ibadah sholat shubuh.

Iqbaal adalah salah satu dari sekian banyak laki-laki ciptaan Tuhan yang terlalu sempurna. Dia tak pernah sedikitpun berniat meninggalkan ibadahnya, apalagi disaat seperti ini. Tuhan lah tempat bersandar terbaik.

My Wedding Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang