13

2K 198 10
                                    

"Karena Tuhan tahu, setiap rasa tak pernah salah diberikan. Setiap rumah tak akan pernah tertukar penghuninya, setiap hati tak pernah salah menetapkan pilihannya. Aku yakin, kamu itu takdir Tuhan yang harus aku perjuangkan."
-Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan-
***
Happy Reading!
***

Kepulangan (Namakamu) yang bersamaan dengan hari kepindahan Iqbaal ke Indonesia, membuat laki-laki itu akhirnya tidak bisa menjemput (Namakamu). (Namakamu) pun tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena Iqbaal bisa menjenguknya di rumah saja.

"Baal? Kamu besok take off jam berapa?" tanya (Namakamu). Iqbaal menoleh sejenak, kemudian meletakan mangkuk yang ia pegang di atas meja nakas. "Jam 09.00 pagi, kenapa?" Gadis itu menggeleng, lalu tersenyum. Iqbaal menatap (Namakamu) dengan tatapan seolah dirinya merasa bahwa ada sesuatu yang tengah gadis itu pikirkan. "Kamu kenapa?"

(Namakamu) hanya diam, ia lebih menikmati paras indah yang tengah berada di hadapannya ini. Laki-laki yang dua minggu lalu hampir saja celaka, yang selama ini sudah memberikan sejuta kebahagiaan untuk (Namakamu). Laki-laki yang meyakinkan kepada (Namakamu) bahwa tidak selamanya cinta itu perihal fisik dan materi. "Baal? Kamu pernah kehilangan orang yang kamu sayang?"

Iqbaal langsung menegang saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir indah gadis itu. "Pernah, kenapa?" Kemudian laki-laki itu lebih mendekatkan posisi wajahnya agar mendengar pertanyaan gadis itu. Sepertinya (Namakamu) ingin tahu tentang masa lalunya, seperti dirinya yang ingin juga mengetahui masa lalu (Namakamu).

"Apa yang kamu rasain? Kecewa?"

"Iya, aku kecewa. Aku marah, benci, bahkan aku mikir bahwa Tuhan itu nggak adil. Karena Tuhan mempertemukan aku sama dia, tapi ternyata takdir Tuhan juga yang bikin aku pisah sama dia. Dia memilih laki-laki lain, saat aku berusaha mati-matian untuk jadi laki-laki yang dia mau."

Jemari (Namakamu) langsung tergerak untuk mengelus pipi indah Iqbaal. Entahlah, (Namakamu) bingung. Ia merasa ada sesuatu yang terasa di relung hatinya. "Kamu sayang banget ya sama dia?" Iqbaal tersenyum, kemudian menarik jemari (Namakamu) dan menciumnya. "Iya, itu dulu. Sebelum aku ketemu kamu, kenapa? Kamu takut, kalau aku balikan sama dia?" (Namakamu) hanya mengangguk, hal itu membuat Iqbaal terkekeh.

"Kamu tenang aja, aku nggak akan pergi dari kamu. Aku udah janji sama ayah, om Raynzaldi dan bang Rafa. Nggak mungkin aku ingkari, (Namakamu). Aku juga nggak mungkin ninggalin cewek sebaik dan selucu kamu," ucap Iqbaal. "Gombaaaal." Mendengar kata tersebut keluar dari mulut (Namakamu), Iqbaal langsung tertawa kencang.

"Aku ngantuk, kamu mau pulang kapan Baal?"

"Kamu tidur aja, Sayang. Nanti kalau bang Rafa dateng, aku pulang."

Gadis itu hanya mengangguk, kemudian menarik selimutnya. "Jangan pernah tinggalin aku ya, Baal. Apapun yang kamu denger tentang masa lalu aku, kamu harus percaya aku. Aku sayang kamu, walaupun—"

"Walaupun?"

"Walaupun aku belum yakin seutuhnya, makasih udah mau jagain aku. Aku mohon, nanti di sana kamu jaga diri baik-baik ya. Terus soal orang yang nembak aku itu, nggak perlu kamu cari. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa, ya?" pinta gadis itu. Iqbaal menatap dengan diam, terlihat jelas sekali rasa cemas gadis itu akan keselamatan dirinya. Namun, menurut Iqbaal kejadian yang dialami oleh (Namakamu) itu bukanlah hal biasa saja.

"Tapi, (Namakamu)?"

"Apa, Baal? Aku cuma nggak mau kamu kenapa-kenapa. Itu aja."

Iqbaal menghela napasnya, kemudian mengangguk. "Iya, aku janji. Sekarang kamu tidur, ya." (Namakamu) tersenyum, lalu mengangguk. "Good Night," ucap Iqbaal seraya mencium kening (Namakamu). "Sekarang kening dulu, ya. Nanti pipi sama bibir kamu." Mendengar hal tersebut, (Namakamu) langsung melayangkan pukulan ke bahu Iqbaal. "Awwshh, kok dipukul sih?"

My Wedding Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang