4.

2.1K 214 3
                                    

"Tuhan tidak mungkin salah untuk menggariskan takdir setiap hamba-Nya, setiap rasa sakit yang Tuhan berikan ada kebahagiaan yang sedang disiapkan oleh-Nya."
-Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan-
***
Happy Reading!
***

Minggu pagi adalah waktu yang pas untuk (Namakamu) melakukan me-time. Biasanya, ia akan mengajak Rafa untuk lari pagi dan berakhir untuk sarapan bubur di CFD dekat rumah mereka. Namun, sepertinya Rafa akan memilih untuk berdiam di rumah dengan Keinan. Karena setiap senin sampai jum'at Rafa harus di rumah sakit. Waktunya bersama Rafa pun menjadi berkurang, apalagi Keinan. Ketika Rafa ingin berangkat kerja, Keinan masih tertidur. Lalu, ketika Rafa baru sampai rumah. Keinan sudah tidur. Jadi, Rafa berusaha sekali untuk memanfaatkan waktu luangnya bersama Keinan.

"Bang, gue mau jogging ke CFD ya." Rafa menoleh sejenak. "Woy, di depan udah ada yang nungguin lu tuh," ucap Rafa. (Namakamu) mengerutkan keningnya sejenak, kemudian berlalu. Ia penasaran dengan orang yang ada di depan rumah.

"Ardian?"

Ardian pun berbalik, kemudian tersenyum. "Hai, lu mau jogging kan? Gue ikut ya," ucapnya. "Ha--i-iya deh, tapi kok tumben banget?" Jelas saja gadis itu bingung, karena bukan kebiasaan Ardian datang tiba-tiba seperti ini. "Ya, emang kenapa? Nggak boleh?" Dengan cepat (Namakamu) langsung menggeleng. "Yaudah, yuk." Setelah selesai memasang earphones dan memutar lagu kesukaannya, (Namakamu) mulai berlari kecil. Ardian pun mengikuti arah kaki gadis itu, melihat (Namakamu) secara dekat seperti ini membuat jantung Ardian tidak bisa berhenti. "(Nam..)?" panggil Ardian.

(Namakamu) menoleh, lalu melepas satu earphones nya. "Iya, kenapa?" Ardian hanya tersenyum, kemudian menggeleng dan berlari lebih dulu dari gadis itu. "ISH! ARDIIIAAAN, KOK NGESELIN?!"
Kemudian (Namakamu) mengejar laki-laki itu. Sementara Ardian yang mendengar teriakan gadis itu hanya tertawa.

"Huhh.. Udah ah, capek gue." Ardian yang memulai aksi kejar-kejaran tersebut akhirnya mengalah. "Huh, halah. Cemen banget sih lu jadi cowok, lembek banget kayak kerupuk. Gitu aja lemah," ledek (Namakamu). Pasalnya, ia saja tidak merasakan capek sama sekali. Mungkin karena (Namakamu) rajin berolahraga di rumah, jadi otot-ototnya tidaklah kaku.

"(Nam..), gue mau beli minum. Lu mau?" (Namakamu) mengangguk. "Jangan yang dingin ya, Yan!" Laki-laki itu mengangguk, kemudian dia berjalan ke warung yang ada di sebelah kiri jalan. Sementara, (Namakamu) duduk di salah satu bangku yang ada di tepi kiri.

"Cewek sendirian aja,"

(Namakamu) langsung menoleh ke sumber suara. "Astaghfirullah, Iqbaal! Bikin kaget aja, kamu ngapain di sini?" tanya (Namakamu). "Aku jogging lah, sekalian lihat tunangan aku jalan berdua sama cowok, asik banget ya?" (Namakamu) tersenyum takut, kemudian ia langsung meminta maaf. "Hem--anu Iqbaal, hehe. Maafin aku, tadi niatnya tuh aku mau jogging sendiri. Taunya Ardian udah nunggu depan rumah, hehe." Iqbaal hanya berdeham seraya mengangguk.

"Yaudah, ayok temenin aku makan bubur ayam yang ada di deket pintu masuk CFD," ucap Iqbaal seraya menggenggam dan menarik tangan (Namakamu). Tentu saja, tidak ada waktu untuknya berpamitan dengan Ardian kan? Yasudahlah, biar nanti (Namakamu) kirim chat saja.

"Iqbaal, aku belum bilang sama Ardian," ucap (Namakamu) kesal. "Pak, bubur ayamnya dua ya. Yang satu pakai kacang, satunya enggak ya." Kemudian laki-laki itu duduk di hadapan (Namakamu). "Kenapa emang? Lagian juga kamu nggak diculikkan? Kamu sama aku, tenang aja." (Namakamu) mendengkus saat mendengar jawaban Iqbaal, terus mengapa pula Iqbaal menjadi posesif seperti ini?

My Wedding Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang