9

2.3K 232 9
                                    

"Bukankah kamu berjanji untuk tidak menciptakan luka di antara kita? Lalu, mengapa kini kau ciptakan kebohongan yang akhirnya menorehkan luka? Apakah kamu hanya berucap manis saja, tanpa adanya pembuktian?"
-(Namakamu) Putri Raynzaldi-
***
Happy Reading!🖤
***

Sejam yang lalu (Namakamu) tiba di Melbourne, sesuai permintaan Iqbaal gadis itu langsung menghubunginya. Namun, tak ada satu pun panggilan (Namakamu) yang tersambung kepada Iqbaal.

"Nomor yang Anda tuju sedang berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi. The number, you're calling is not available."

(Namakamu) menghela napasnya, kemudian ia mencoba untuk mengulang panggilan tersebut. "Ish, ini Iqbaal ke mana sih? Kok susah dihubungin?" Saat gadis itu mencoba melihat sekelilingnya, siapa tahu ia tidak melihat keberadaan Iqbaal. Tiba-tiba ponselnya pun berdering, nama yang tertera adalah

Bunda Rike is calling...

(Namakamu) langsung memencet tombol hijau di layarnya.

"Assalamu'alaikum, hallo sayang? Kamu udah di bandara?"

"Waalaikumsalam, iya Bunda. Aku udah di sini satu jam, nomor Iqbaal susah banget dihubungin. Dia lagi ke mana ya, Bun?"

"Lho? Ale nggak jemput kamu? Tadi dia habis sholat maghrib bilang kalau mau tunggu kamu di bandara sama Friska, emangnya kamu nggak ketemu?"

(Namakamu) terdiam sejenak, nama Friska sedang berputar di kepalanya. Rasanya ia tidak asing dengan nama itu, namun (Namakamu) lupa.

"Hallo? (Namakamu)?"

"Ha-eh, iya hallo bun. Oke, kalau gitu aku cari Iqbaalnya deh."

"Bunda suruh mas Adi samperin kamu aja ya?"

"Eh, bunda. Nggak usah, nggak apa-apa. Bunda kirim alamat hotelnya aja, nanti aku bisa ke sana pakai taksi."

"Ini udah malam sayang, bunda khawatir sama kamu. Bunda suruh mas Adi jemput kamu aja, kamu jangan kemana-mana ya. Hati-hati."

Sebelum gadis itu menjawab, Rike sudah memutuskan telepon tersebut. (Namakamu) menghela napasnya, kemudian gadis itu langsung memasukan ponselnya ke dalam sling bag yang ia pakai. Matanya tidak pernah lepas melihat seluruh penjuru bandara, takut kalau ia tidak melihat Iqbaal seraya menarik kopernya.

Kemudian (Namakamu) berjalan ke arah barat, mencari Iqbaal. Berharap ia bertemu laki-laki itu di tengah keramaian bandara seperti ini, jujur ini adalah kali pertama (Namakamu) pergi ke luar negeri seorang diri. Biasanya, ia pergi bersama keluarganya. Namun, kali ini tidak. (Namakamu) ingin bersikap dewasa, karena sebentar lagi ia akan menjadi seorang istri. Kalau masih ditemani oleh kakak laki-lakinya, ia pasti akan diledek oleh sang kakak.

'Manja' itulah sapaan Rafa kepada (Namakamu) saat gadis itu bersikap seperti anak kecil, Rafa mulai memanggilnya 'manja' saat pertama kali (Namakamu) kedatangan tamu bulanan. Namun, (Namakamu) lupa bahwa persediaan pembalutnya habis. Alhasil, gadis itu meminta Rafa untuk membelikannya. Sebetulnya, sebelum dengan (Namakamu). Rafa sudah terlalu sering untuk membelikan kepentingan perempuan ketika datang bulan itu untuk bundanya. Tetapi, entah mengapa jika (Namakamu) yang menyuruhnya ada saja rasa tidak suka.

My Wedding Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang