18

2.1K 207 17
                                    

"Jika seorang anak adalah malapetaka bagi orang tua, mengapa Tuhan menitipkannya kepada mereka? Padahal, sebenarnya anak itu adalah sumber kebahagiaan sebuah keluarga. Jangan lupa, jika tak memiliki anak. Hidupmu akan sepi tanpa arah."
-(Namakamu) Putri Raynzaldi-
***
Happy Reading!
Putar mulmed untuk bagian Iqbaal flashback masa lalu! Haha!
Ayo, ramaikan dengan vote dan comment ya!🤍
***

Keesokkan harinya, ada yang berbeda dari biasanya. Ada dorongan hati yang tidak tega membangunkan seorang perempuan yang sedang terpenjam dalam tidur nyenyaknya.

"Ehm.. Baal? Jam berapa sekarang?"

"Jam setengah 6, kenapa? Bukannya kamu lagi libur?"

(Namakamu) terduduk, kemudian mengusap wajahnya dan mengambil jedai untuk menguncir rambutnya. "Iya, aku libur. Selamat pagi, Baal. Maaf ya, nggak bangunin kamu sholat." Iqbaal tersenyum, laki-laki itu duduk di dekat (Namakamu).

Memandangi wajah polos tanpa make-up sedikit pun, cantik, bulu mata lentik, tembam, bibir merah muda, hidung mancung. Segala keindahan Tuhan berikan pada gadis yang kini berstatus menjadi istrinya.

Gadis yang berhasil membuat Iqbaal terpaku, terdiam dan tak berkutik. Gadis yang tidak akan pernah Iqbaal sakiti sampai kapanpun. Jika Iqbaal menyakiti (Namakamu), beritahu Iqbaal untuk menghukum dirinya sendiri.

"Baal? Kamu kenapa?" tanya (Namakamu). Iqbaal tersentak. "Hah? Hehe. Nggak apa-apa, (Namakamu). Aku cuma seneng aja liat wajah polos kamu tanpa make-up sama sekali, kamu cantik."

Sedetik kemudian, gadis itu memukul bahu Iqbaal. "Apasih? Haha. Aku mau cuci muka dulu, terus ke bawah. Sarapan. Oh, iya kita pergi jam berapa?"

"Habis sarapan bisa? Aku mau ke rumah dulu, ambil barangku yang belum aku bawa."

Kemudian gadis itu mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi. Sementara Iqbaal menunggu gadis itu, ia menyalakan ponselnya. Sejak kemarin, ia mematikan ponselnya karena takut mengganggu seluruh konsentrasinya. Benar saja, laki-laki itu mendapatkan banyak sekali ucapan selamat atas pernikahannya.

"Baal? Kamu nggak jadi kan laporin kasus Friska?" tanya (Namakamu) yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Enggak, Sayang. Aku kan janji sama kamu," ucap Iqbaal. Kemudian gadis itu tersenyum.

"Yaudah, Yuk. Ke bawah, Mas."

Iqbaal menoleh saat mendengar satu panggilan unik dari istrinya itu. "Kamu panggil aku apa tadi?" tanyanya. (Namakamu) tersipu, kemudian mengulang kembali ucapannya. "Mas? Mas Iqbaal?"

"Haha, lucu. Yaudah, aku suka kamu panggil begitu. Yuk, turun. Makasih ya," ucap Iqbaal seraya menggenggam (Namakamu). Gadis itu hanya tersenyum dan mereka menuju ruang makan.

Saat mereka tiba, di meja makan sudah ramai dengan Rafa, Shania dan Raynzaldi. Tentu juga, dengan Nabilla yang sedang meletakan piring-piring yang berisikan menu sarapan pagi ini.

"Wah? Nasi goreng, Kak Nabilla yang buat?" tanya (Namakamu) kemudian langsung duduk dan menatap mangkuk bening besar yang berisi nasi goreng. "Hi, pengantin baru. Gimana semalem?" tanya Nabilla yang baru saja selesai dan duduk di hadapan Iqbaal. Sementara (Namakamu) di samping kiri Iqbaal, berhadapan dengan Rafa.

"Gimana apanya, Kak?" tanya Iqbaal. "Baal? Lu belum-?" Tiba-tiba saja, kakinya diinjak oleh Shania. "Awshh, Bunda! Kok kaki Abang diinjek sih?!" rengeknya.

My Wedding Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang