17

2.5K 224 12
                                    

"Permainan Tuhan itu memang lucu ya? Dahulu, Ia membuatmu mencintaiku dan aku yang mengabaikanmu. Kini, Tuhan membuatku mencintaimu dan kamu sudah memiliki cinta serta orang baru. Takdir dan semesta bersatu, mempertegas bahwa tak akan ada ruang untuk kita bersama."
-Yuda Pratama-
***
Putar mulmed ya untuk scene (Namakamu)-Iqbaal!
Rossa-Jangan Hilangkan Dia
Jangan lupa vote and comment!
Aku tunggu comment manis kalian❣
Ini 4000+ words lho!
Happy Reading!
***

Setelah acara launching perdana buku Iqbaal serta pengumuman yang Iqbaal buat di Instagram-nya. Banyak sekali readers serta penggemarnya yang mendoakan terbaik untuk Iqbaal dan (Namakamu). Apalagi, saat gadis itu mengumumkan bahwa setiap pembaca Iqbaal yang ingin menjadi penulis, bisa mengirimkan naskahnya ke Alra's publisher.

Nantinya, naskah mereka akan dilihat dan diseleksi oleh editornya. Selain melalui sang editor, naskah tersebut pun akan diperiksa kembali oleh (Namakamu). Jadi, dua kali pengecekkan.

"Kamu kenapa mau usaha di bidang penerbitan kayak gini?" tanya Iqbaal. (Namakamu) menatap Iqbaal, kemudian meraih gelas minumnya sejenak. "Aku cuma pengen ngedukung semangat penulis-penulis baru aja, kenapa? Kamu mau aku udahan, Baal?"

Iqbaal menggeleng, kemudian mengambil sehelai tisu yang disediakan oleh KFC. Mereka tengah mampir di salah satu mall, dekat kantor (Namakamu). "Haha, makannya pelan-pelan aja, Sayang." (Namakamu) tersenyum. "Makasih, Baal." Laki-laki itu mengangguk, kemudian tersenyum. "Habis ini, kita ke toko emas ya? Cari cincin," ucap Iqbaal.

"Kamu serius? Nggak kecepetan?" Iqbaal menggeleng. "Aku cuman nggak mau nunda-nunda, Sayang." Pada akhirnya, gadis itu mengangguk setuju. "Kamu udah kabarin ayah sama bunda?" tanya gadis itu dan Iqbaal langsung mengangguk. "Yaudah, yuk. Aku udah selesai nih." Iqbaal tersenyum, kemudian laki-laki itu beranjak dari duduknya. Hal tersebut juga dilakukan oleh (Namakamu). Tanpa rasa malu, Iqbaal menggenggam (Namakamu). "Baal, nggak usah digandeng. Kita nggak pengen nyebrang jalanan."

"Ya, emang kalau gandengan harus nyebrang jalanan?" tanya Iqbaal. Gadis itu terdiam dan tersenyum, kemudian menunduk. "Kamu kenapa? Malu? Hahah," ledek Iqbaal. (Namakamu) hanya memukul pelan bahu laki-laki itu. "Jangan bilang gitu, udah ah." Kemudian Iqbaal membukakan pintu mobil untuk (Namakamu). "Makasih ya, Baal." Iqbaal tersenyum, setelah (Namakamu) benar-benar duduk nyaman. Laki-laki itu menutup pintu tersebut dan berlari menuju pintu kemudi.

"Jangan biasain lupa pake seatbelt. Nggak boleh bahayain diri kamu sendiri. Aku nggak bisa selalu sama kamu." Gadis itu tersenyum, kemudian mengusap pipi Iqbaal. "Hehe, iya maaf. Baal, aku janji bakal selalu pasang. Udah ya, jangan bete. Maafin aku," ucap (Namakamu) tulus.

"Yang?"

"Hm?"

"Kamu bisa nggak, nggak usah menggoda gitu bibirnya? Bikin aku pengen cium aja."

"Cium? Emang kamu berani cium aku? Bukannya nunggu kita nikah?"

Iqbaal memejam sejenak seraya menghela napasnya. Kemudian laki-laki itu mengecup singkat bibir (Namakamu) dengan tiba-tiba, (Namakamu) hanya terdiam. "Itu buat bersihin bibir Yuda bangsat yang udah cium kamu sebelum aku, anggap aja kamu punya aku sekarang. Your lips is mine and always it. Buat versi lengkapnya nanti aja, Yang. Tunggu kita nikah. Orang yang berani nyentuh kamu, berarti dia berani buat aku lempar ke neraka." Iqbaal melepas seatbelt-nya, kemudian ia melepas kunci mobilnya dan keluar.

My Wedding Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang