Duadua ; Selamanya, kamu akan ada.

3.8K 473 103
                                    

Warning!!! ⚠
Sebelum membaca dimohon untuk stabilkan emosi dan kuatkan hati! Part ini akan menguras energi dan emosi dan mungkin lebih panjang dari biasanya.

Happy Reading!

***

Di ruang ICU milik salah satu rumah sakit ternama Jakarta, seorang gadis terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Mesin pendeteksi detak jantung berbunyi konstan, hanya alat pendeteksi detak jantung di samping ranjang lah yang menjadi satu-satunya tanda bahwa tubuh itu masih bernyawa. ..

Suara monitor, terkadang juga bunyi alarm, berbagai bunyi dari berbagai alat di ruangan dapat sangat jelas terdengar. Alat-alat itu tertempel di tubuh gadis itu. Untuk mengetahui irama jantung, mengetahui pernapasan SPO2, dan infus yang terpasang di tangan atau di kaki, mulai dari infus pump yang mengatur tetesan cairan sesuai yang dokter atur.

Serta syringe pump, sejenis spet, atau suntikan ukuran besar namun di salurkan pada selang menuju jalur infus gadis itu, isi dari suntikan ukuran besar ini berisi obat intravena yang akan diberikan secara berkala, sesuai pengaturan pada alat.

Sampai ranjang anti dekubitus. Kasur yang di hubungkan pada listrik untuk pengaturan posisi tidur, semi fobler, fowler, terlentang, peninggi kaki yang bisa dilakukan dengan menekan tombol pada sisi kasur, sedangkan kasur yang ditiduri gadis itu anti dekubitus—memiliki permukaan bergelembung bulat-bulat lembut agar ada udara dan sirkulasi tetap lancar.

Bau obat-obatan bercampur dengan bau cairan pembersih lantai menguar di kamar yang hanya tersinari sedikit cahaya matahari itu. Hembusan angin sesekali menerbangkan gorden tipis yang menutupi jendela, mengantarkan kesejukan sementara yang kemudian menguap kembali.

Kamar bernuansa putih tulang itu sunyi dan senyap. Penghuninya masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, beberapa selang infus berseliweran di atas tubuhnya dan juga alat bantu pernapasan melekat menutupi mulut serta hidung nya, sementara mata gadis itu tetap tertutup rapat sepanjang hari sejak kejadian beberapa bulan yang lalu.

Derak pintu yang dibuka hati-hati memecah hening suasana, disusul derap pelan antukan sepatu. Sepasang high heels hitam mengilat terdiam di ujung ranjang. Pemiliknya mengamati pergerakan sosok yang masih terbaring lemah di atas ranjang itu tanpa mengeluarkan suara.

Penuh kehati-hatian,wanita paruh baya itu mendekat dan mengisi kursi kosong di samping ranjang. Kedua tangannya menangkup lembut jemari kurus milik putri nya yang bernapas pelan melalui alat bantu pernapasan. Hampir setengah tahun dan keadaan belum juga berubah.

Suara itu terucap penuh getar, diikuti satu kecupan hangat di punggung tangan putrinya yang tertidur cantik. Senyum getir terulas tipis dari kedua sudut bibirnya.

Hening kembali meraja. Dentang jam menjadi satu-satunya tanda bahwa waktu terus berjalan. Matahari mulai meninggi tapi pagi-nya masih sama, masih sunyi dan masih dingin. Tanpa bisa dicegah, sebulir cairan bening meluncur melewati pipi keriputnya, membasahi punggung tangan dalam genggamannya.

Sosok wanita itu beranjak setelah mengecup lembut kening tubuh lemah itu, meninggalkan putri kecil nya dalam hening kamar rumah sakit, menutup pintu tanpa menimbulkan suara. Lima menit langkah itu berayun menjauh, jari-jemari tubuh lemah yang terbaring tadi bergerak, gerak pelan, teramat pelan.

Tenggorokannya yang tercekat berusaha mengeluarkan suara kering. 

Kedua matanya masih terpejam, tetapi menunjukkan pergerakan. Lamat-lamat, suaranya kembali terseret keluar, dengan lemah. Begitu lemahnya sampai hening seolah tak terpecah

𝐔𝐧𝐭𝐢𝐥 𝐏𝐞𝐨𝐩𝐥𝐞 𝐒𝐞𝐞 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang