Menangis

82 3 0
                                    

"Nanda kangen" lirih nanda sambil terus mengelus batu nisan sang kakak

Olahraga di hati minggu sebenarnya sangat melelahkan bagi seorang Ananda saufik madangsara itu tapi dia menjadikannya sebuah alasan untuk datang ke makam sang kakak. Bukanya keluarganya melarang mereka hanya membantu nanda untuk mengiklaskan kepergian sang kakak tercinta, mereka hanya tidak ingin nanda menjadi depresi nantinya

"Abang tau gak, kemarin kak bagas pulang dari Belanda nanda kangen banget terus meluk dia, abang kangen sama nanda juga nggak? Terus yah bang nanda tuh abis di outusin sama ratan dia mutusin aku di depan banyak orang aku kan malu apalagi dia doring aku sampe jatuh, Bang el dia mukulin ratan sampe dia mau mati kayaknya, aku ada di toilet aku lagi kangen banget sama abang jadi berusaha buat ikut sama abang dan sialnya keburu ketolong sama bang el mukanya itu loh bang lucu banget apalagi bonyok bonyok gak jelas" ucapan manda yang di akhiri tawa miris dari bibirnya, mungkin jika ada orang yang melihatnya akan beranggapan nanda sudah gila karna bercerita dan tertawa di makam seseorang.

"Nanda pamit yah bang, nanti nanda ke sini bareng bang el, mamah dan papah. Sekarang nanda pulang dulu, kayaknya mau hujan. Abang harus tau yah kalo nanda Sayang banget sama abang. Sampai ketemu nanti bang dadah"

Nanda berjalan dengan pandangan kosong di depan. Langit sudah mulai hitam siap untuk menurunkan hujan. Dan tak lama rintikan hujan mulai membasahi bumi begitupun dengan tubuh nanada, tak ada terlintas di pikiran gadis itu untuk berteduh sebentar dia hanya ingin menangis di bawah rintiknya hujan.

Gue kangen sama lo....
Kapan lo balik lagi ke sini?
Kenapa lo tinggalin gue?
Kenapa gue gak bisa lupain lo?
Kenapa gue terus sayang sama lo?
Kenapa serelah semua rasa sakit yang lo kasih ke gue, gue tetep aja gak bisa benci sama lo?

Tiba tiba nanda terjatuh menangis terisak seolah sedang menceritakan rasa sakitnya. Tak jauh dari tempat nanda seseorang memperhatikannya dengan sendu, air mata yang sudah menggenang di pelupuk. Dia ingin menghampiri nanda tapi dia masih belum siap.

Tak lama ada payung yang menghalangi jatuhnya air hujan itu, nanda yang merasakan air hujan tak lagi menyentuh kulitnya mendongak melihat siapa yang telah memebantunya. Di lihat seseorang dengan wajah dinginnya mengulirkan tangan untuk nanda, Siapa lagi kalo bukan.....

"Aden" ucap nanda seolah olah dia tidak percaya kalau yang menolongnya adalah aden

"Ngapain lo hujan hujanan di sini?" Ucapnya sambil membantu nanda berteduh di halte tak jauh dari mereka

"Ma--makasih" ucap nanda gugup

"Hmm"

Selama menunggu hujan hanya ada jeheningan di antara mereka, nanda yang merasa tubuhnya menggigil hanya berusaha menghangatkanya dengan memeluk tubuhnya sendiri. Evan yang melihat itupun membuka jaket yang di kenakannya dan dia sampirkan ke bahu gadis di sampingnya

"Eh?" Kaget nanda

"Lo dingin?"

"Nggak kok"

"Ya udah pake" ucap aden sambil menyodorkan jaket yang dia pakai

"Gak usah nanti lo kedinginan"

"Gue cowo"

"Terus kalo lo cowok lo gak bisa kedinginan?"

"Jangan banyak tanya, pake aja" ucap aden sambil menyampirkan jaketnya di bahu nanda lalu memeluknya

Deg!
Ngapain nih orang meluk meluk gue? Terus kenapa jantung gue gak normal? Gue kenapa sih -Batin nanda

"Jangan berpikiran aneh aneh gue kayak gini karna pengen lo gak kedinginan" ucapnya dibalas anggukan oleh nanda

15 menit berlalu sekarang nanda sudah berada di kamarnya ntah kenapa bayangan tadi selalu menghantuinya. Di sisi lain aden yang juga baru sampai rumah sama halnya dengan nanda yang merasa heran kenapa dia bisa se khawatir itu pada nanda

Aku Yang TersakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang