Prolog: Mine

55.5K 2.4K 158
                                    

Anak lelaki itu hanya diam sambil bersandar di bangku yang ia duduki dan memerhatikan kedua orang berbeda jenis kelamin didepannya sedang berdebat karena mempermasalahkan pemesanan makanan.

"pah gak usah pesan spageti kan kemarin sudah makan mie, pesan nasi goreng saja yah?" ucap sang istri.

"saya pesan spageti satu..." ucap Alanzo kepada pelayan tidak mengidahkan permintaan sang istri Ayana.

"pah... " rengek mama Ayana.

"hmm.. " jawab Alanzo sekadarnya yang membuat mama Ayana kesal. Lalu ia menoleh ke arah anaknya yang sedari tadi hanya diam.

"kalau Keenan mau makan apa? " tanya mama Ayana ke anak satu satunya itu.

"kenyang. " jawabnya cuek. Yah memang Keenan sangat irit dalam berbicara, walaupun ia masih berusia tujuh tahun namun watak dan pemikirannya sangat mirip dengan papahnya, Alanzo Ravel. Mereka berdua berpikir jika apapun yang tidak Penting maka tidak usah dibicarakan.

Keenan pun kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"mau kemana nak? " tanya mama Ayana, yang ingin membantu Keenan namun Keenan menolak dengan tegas karena ia tidak ingin dianggap sebagai anak kecil lagi.

"cari udara segar.. " ucap Keenan lalu pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Mama Ayana menatap putra tunggalnya yang telah pergi. "anakmu itu toh pah,, cueknya kayak kamu. "

"anakmu juga.. " ucap Alanzo lalu memakan makanannya yang baru saja disajikan oleh pelayan.

Hal itu membuat Ayana kesal luar biasa. "tidak papah, tidak anak sama saja. Sama sama tidak bisa diajak bercanda. " ucapnya sedikit membanting sendok dan garpunya lalu makan. Hal itu membuat Alanzo hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu lanjut untuk makan.

***

Keenan saat ini berjalan menyusuri taman yang jaraknya tidak jauh dari restoran tempat kedua orang tuanya makan.

Ia berjalan dengan tangan yang ia masukkan ke kantong celananya mirip seperti anak remaja pada umumnya, namun yang anehnya Keenan baru anak tujuh tahun namun hal itu tak membuat orang yang melihatnya risih akan gayanya bahkan banyak dari mereka yang menatap kagum akan ketampanan dari anak kecil ini.

Dan bukan keenan Alkeanu Ravel namanya jika ia menghiraukan perkataan orang lain.

Brukk...

Keenan menatap seseorang yang dengan lancang menabraknya sangat keras, bahkan seseorang yang menabrak itu telah jatuh terduduk dengan dahinya yang ia pegang.
"ADUUHH.. " teriaknya tetap memegang dahinya dengan tangan satunya dan tangan lainnya menggenggam es krim rasa stroberi

Sedangkan Keenan tetap menatap gadis kecil itu sambil mengangkat sebelah alisnya. Tak berapa lama, gadis kecil itu mendongakkan kepalanya melihat seseorang yang baru ia tabrak. Keenan terpaku dengan mata indah itu, matanya yang berkaca kaca dengan iris mata berwarna biru laut menjadikan mata itu sangat cantik.

Sedangkan gadis kecil itu menatap Keenan takut takut "ma-maaf" ucapnya lalu menunduk kembali.
Keenan yang mendengarnya kemudian tersenyum yang mungkin tidak akan disadari oleh orang karena senyuman itu sangat tipis. Keenan pun mengulurkan tangannya ke arah gadis kecil itu.

Gadis kecil itu menatap bingung tangan Keenan yang terulur. Dengan ragu ragu ia menggapai tangan itu. Dan Keenan membantunya berdiri.

"makasih. " ucap gadis kecil itu tersenyum ke arah Keenan.

"kenapa lari? " tanya keenan dengan nada seperti biasanya lalu menangkup wajah gadis kecil itu dan mengusap bawah matanya menggunakan jempolnya.

"tadi kan, aku punya uang telus aku beli esklim, bunda sama ayah lihat dan mau ambil esklim aku jadi akunya lali deh hehe" ucap gadis kecil itu dengan bahasanya yang cadel khas anak usia lima tahun.

KEENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang