"Ahhggrr!"
"Tolong ... panas ...." Pantatku terbakar. Ternyata lelaki itu bukan menembakkan peluru bius tapi peluru api. Dan tepatnya peluru tersebut mengenai pantatku.
Teman lelaki itu hanya tertawa hebat saat melihat aku kewalahan memadamkan api. Memang dua pendekar yang kejam. Mereka berdua seperti meremehkan kemampuanku. Lihat saja, aku akan menunjukkan kepadanya tentang betapa hebatnya detektif fikfan yang satu ini.
Trang ... trang .... Suara ketiga pedang yang saling beradu kekuatan. Jangan tanya dapat dari mana pedang itu. Aku memang selalu membawa sebuah pedang dalam menjalankan tugas. Satu sampai tiga kali kedua lelaki itu terjatuh. Dan sampai akhirnya mereka berdua mengaku kalah. Sangat menakjubkan. Aku bisa mengalahkan mereka.
"Maafkan kami yang sudah berani menyerangmu, Pak." Lelaki yang tadi menembak peluru api kepadaku bangkit dan membungkukkan badannya. Temannya pun ikut melakukan hal yang sama.
"Pak? Aku masih muda. Belum bapak-bapak ya." Bibirku manyun. Tidak terima dikatakan bapak-bapak padahal umurnya juga sudah tua.
"Oh, iya, Mas. Maaf sekali lagi." Temannya yang satu membenarkan perkataan lelaki itu. Mas? Ini sapaan yang lebih salah daripada bapak. Tapi, tak apalah mereka cukup sopan untuk meminta maaf. Yang penting mereka tidak memanggilku om Fank.
"Panggil saja Fank, kalian siapa?" tanyaku seraya menyodorkan tangan.
"Aku Jim dan dia Key," kata Jim. Membalas tanganku.
"Kalian sedang apa di sini?" tanyaku kepada mereka berdua. Mungkin aku bisa menambah informasi tentang virus itu dari Jim dan Key.
"Tidak. Kami sedang berkeliling saja. Kamu sendiri sedang apa?" Key bertanya balik.
"Ah, aku juga sedang jalan-jalan saja di sini," kataku dengan senyum manis untuk meyakinkan mereka. Mana mungkin aku berkata yang sebenarnya kepada mereka. Seorang detektif harus pintar berbohong agar tugasnya bisa berhasil dengan sempurna.
Kemudian mereka berdua mengajakku untuk berkeliling bersama. Menurutku tidak ada salahnya jika menerima tawaran dari mereka. Kelihatannya mereka juga orang baik, walaupun tadi sempat menyerangku dengan tiba-tiba.
Banyak sekali informasi yang aku dapatkan dari mereka. Tapi, itu bukan informasi tentang virus. Mereka hanya bercerita tentang masalah harga-harga yang naik di pasar. Cukup menarik untuk didengarkan hingga saat kami bertiga sampai di sebuah perbatasan, Jim dan Key menarik tanganku untuk segera bersembunyi.
Seribu pertanyaan mendadak muncul dipikiranku. Apa mungkin mereka seorang detektif juga? Atau bisa jadi mereka adalah seorang mata-mata. Karena saat mereka melihat anak buah dari profesor Jay, raut wajahnya sangat ketakutan.
Bisa jadi mereka adalah tawanan profesor Jay yang melarikan diri dari penjara. Tapi, ini adalah hal yang bagus. Jika mereka bersembunyi saat melihat anak buah profesor Jay itu berarti mereka berdua bukan termasuk ke dalam kelompok mereka anak buah profesor Jay. Jadi, aku akan lebih aman saat bersama Jim dan Key.
Anak buah profesor Jay akhirnya telah pergi. Jim dan Key terlihat lebih tenang. Aku yang sedari tadi penasaran langsung bertanya kepada mereka.
"Kalian berdua kenapa ketakutan melihat mereka?" tanyaku dengan nada yang serius. Aku tidak mengatakan melihat anak buah profesor Jay tapi kuganti dengan kata mereka. Takutnya mereka akan mengira aku bagian dari anak buah Jay. Jadi, aku berpura-pura tidak kenal saja dengan anak buah Jay itu.
"Mereka anak buah Jay. Sangat berbahaya jika kami bertemu dengan mereka." Jim menjelaskan kepadaku.
"Kami sangat membenci mereka. Jay telah membunuh adik kami. Kami ingin membalas mereka, tapi kekuatan kami belum cukup. Maka dari itu kami bersembunyi." Key menambahkan penjelasan dari Jim.
"Aku akan membantu kalian, tapi tidak sekarang. Ada suatu hal yang ingin aku selesaikan dahulu." Aku juga ingin membalas perbuatan Jay karena telah membunuh Alex.
"Benarkah, terima kasih banyak, Fank." Jim tersenyum bahagia.
Kami bertiga lantas berjalan ke arah perdesaan yang bisa dibilang penduduknya masih sedikit. Jarak antar rumah satu ke rumah lain sekitar 50 meter. Kemudian Jim dan Key menyuruhku masuk ke dalam rumahnya. Cukup sederhana tapi nyaman, itulah yang kurasakan.
Kini informasiku tentang profesor Jay semakin bertambah. Menurut cerita dari Jim, profesor Jay dahulu adalah sahabat dekatnya Jim dan Key. Mereka bertiga kemana pun pergi pasti selalu bersama. Namun, sampai di suatu saat ia pergi untuk belajar bersama profesor Max. Semenjak itulah hubungan persahabatannya semakin memudar dan ia dengan teganya membunuh adiknya Jim dan Key karena tidak mau membantu Jay membunuh musuhnya.
Menurut informasi yang Jim dengar. Jay saat proses menuntut ilmu selalu iri terhadap Metro. Karena Metro selalu unggul dan berhasil memikat hatinya profesor Max. Segala upaya ia lakukan untuk menyingkirkan Metro tapi semuanya gagal.
Aku yang mendengar cerita dari Jim kaget. Tidak kusangka ternyata mereka berdua dahulu pernah menuntut ilmu dengan profesor yang sama. Akhirnya rasa penasaranku tentang kebencian antara mereka berdua kini sudah terjawab semua. Mereka saling membenci karena adanya rasa iri dari profesor Jay. Tapi, apa yang membuat profesor Metro membenci profesor Jay?
Rasa penasaranku suatu hari nanti pasti akan terjawab. Sekarang yang jelas aku sudah mengetahui lebih banyak informasi tentang profesor Jay. Ini sangat membantu diriku untuk membalas dendam atas perbuatannya. Sebenarnya aku ingin sekali bertanya lebih banyak hal kepada Jim. Tapi, takutnya Jim akan curiga tentang identitasku yang asli.
Jim dan Key menyuruhku untuk beristirahat. Sedangkan mereka akan mencari makanan untuk makan malam nanti. Awalnya aku ingin membantu mereka, tapi mereka melarang, dengan rasa tidak enak aku hanya mengikuti perintahnya.
"Jika aku lebih lama di sini, pasti aku akan lebih banyak mendapatkan informasi tentang profesor Jay, pak Zak, dan profesor
Rey," gumamku seraya mencari posisi yang nyaman untuk tidur.Jim membangunkanku. Tidak kusangka hari sudah malam saja. Jim dan Key mengajak diriku untuk makan malam bersama mereka. Selepas itu mereka ingin berkeliling untuk mencari informasi penting dalam urusan mereka. Sedangkan aku disuruh untuk menjaga rumah saja.
***
Aku sedikit menjauh dari Jim dan Key. Kemudian aku menghubungi profesor Metro untuk kelanjutan tugas virus ini. Berkali-kali kuhubungi tapi tak diangkat juga. Mungkin profesor Metro sedang sibuk jadi tidak ada waktu untuk mengangkat panggilanku.
"Mau ikut kami, Fank," ajak Key.
"Tentu, kalian mau kemana?" tanyaku dengan semangat.
"Kita mau berkeliling di dekat-dekat sini saja. Kalau kamu mau ada urusan, kami bisa bantu kamu." Jim memakai sepatu hitamnya.
"Ah, kita berkeliling saja dahulu." Aku menampik tawaran mereka dengan alasan yang tepat.
"Kalau begitu, ayo kita berangkat." Key berjalan sambil memakan buah pisang. Aku dengan Jim hanya melihat dirinya dengan tersenyum.
Jim dan Key sejak pertama bertemu denganku tidak pernah menyuruh untuk membuka kain yang menutupi wajahku. Mungkin mereka mengira bahwa identitasku harus dijaga dengan baik. Leganya mereka juga tidak ikut campur terhadap asal-usulku.
Jangan lupa vote dan komen ya kawan-kawan. Karena itu semua membuat aku semangat untuk nyelesain cerita ini. Yang belum punya wattpad yuk segera dowload, jadi setiap aku update langsung dapet notifikasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Absurd[COMPLETE]
FantasyFank manusia konyol yang mencoba untuk berpetualangan mencari virus blek. Satu persatu temannya hilang ditelan semesta. Bukan hanya itu, Fank yang niat awalnya ingin membunuh virus blek malah mengurungkan niatnya itu. Dalam perjalanannya Fank bukan...