20

10 3 0
                                    

Happy Reading

***

"Aku akan jujur kepada mereka bahwa aku yang mencuri makanannya. Kemudian meminta maaf dan mengembalikan semua makanan yang aku curi," jawabku dengan mantab. Sekitar lima menit setelah aku menjawab ada sebuah siulan. Ternyata jawabanku itu benar dan akan maju ke tahap selanjutnya.

Sekarang aku melangkah ke pertanyaan selanjutnya. Mungkin ini akan lebih sulit dari yang pertama. Namun, tenang, hanya ada lima batu yang digunakan untuk berdiri yang berarti hanya lima pertanyaan.

Kamu mempunyai seorang teman yang baik. Dia selalu ada, menemani dirimu dikala susah maupun senang. Namun, takdir mengubah semuanya. Dia yang biasanya menjadi pahlawan kini harus menjadi korban karena kecerobohanmu. Dia butuh bantuan, tetapi kamu tidak sadar. Apa yang kamu lakukan di situasi tersebut? Akan cepat peka dan membantu atau membiarkannya mati?

"Membiarkan dirinya mati," sahutku cepat. Aku tahu maksud dari kata teman tersebut. Ya, dia Alex yang aku biarkan mati begitu saja. Lalu, kutinggalkan dirinya sendirian dan mencari kawan baru yang bisa membuat diriku tertawa lepas. Aku adalah seorang yang munafik. Entah seperti apa jasadnya kini? Aku hanya berharap bahwa kamu hidup kembali. Kita berpetualangan berdua lagi. Walaupun kamu sering membuat kesal, tetapi aku sayang terhadap dirimu. Bukankah kita pernah berjanji bahwa akan sehidup semati? Waktu itu aku ingin mati bersama dirimu, tetapi kita sedang memegang nyawa orang. Jadi, ingin kuselesaiakan tugas ini dan kembali menjenguk ke Chaya untuk mati bersama dirimu.

Suara siulan kembali hadir. Aku segera melangkah ke tahap tiga. Semakin lama dadaku semakin sesak. Pertanyaan yang mengungkit masa lalu itu sangat memberatkan hati. Aku rindu Alex. Aku ingin dia di sini. Menemani dan menjaga diriku. Dia benar-benar seorang sahabat yang baik.

Aku segera melangkah ke tahap berikutnya. Pertanyaan ketiga membuat bulu kudukku berdiri. Pertanyaan yang sulit sekali untuk aku membohongi diri sendiri.

Kamu pernah berjanji bahwa tidak ingin menikah sampai akhir hayat. Namun, jika nanti suatu keadaan berubah dan kamu menemukan calon istrimu, apa kamu akan tetap menikahinya?

"Iya, aku akan tetap menikah. Aku pernah berjanji dengan Alex, tetapi kini dia telah tiada." Aku melangkah ke pertanyaan yang terakhir.

Temanmu itu sangat peduli. Di saat hidup maupun mati, ia selalu menolong dirimu. Namun, sepertinya sekarang dia harus benar-benar melepaskan dirimu. Apa kamu tahu alasan temanmu itu ingin melepaskan dirimu?

"Alasannya karena ... dia telah lelah untuk membantu diriku yang selalu sial ini."

"Salah! Kamu benar-benar bodoh!" umpat seseorang itu dan aku hanya diam.

"Itu bukan pertanyaan tentang kejujuran, kalau pun jujur aku mengetahui tentang dirinya yang ingin melepaskanku karena dia lelah menghadapi diriku yang ceroboh ini," belaku dan seketika tempat yang kupijak segera terbelah. Aku terpejam dan rasanya ingin jatuh.

Namun, tidak, aku tidak terjatuh. Bayangan itu kembali hadir dan menyelamatkan kembali setelah menghilang di kota Goana itu. Rasanya, hatiku sangat lega. Bayangan itu bagaikan pahlawan di dalam perjalanan ini.

Aku diturunkan di atas tanah. Sepertinya hutan pelangi itu berada di atas dunia yang asli, atau mungkin semakin ke dalam datarannya semakin meninggi. Namun, hutan itu melayang.

"Fank." Suaranya mirip Alex. Mungkin hanya perasaanku saja karena di hutan tadi seseorang tersebut mengingatkanku tentang dia.

"Walaupun kita ini sudah berbeda, tetapi aku tetap selalu berada di dekatmu. Aku membantumu karena kita ini adalah sahabat. Perjalanan untuk menaklukkan virus adalah tanggung jawab kita berdua," ucap seseorang yang suaranya milik Alex.

"Kamu Alex? Kamu masih hidup, Lex? Aku sangat rindu dengan semua hal yang kita jalani berdua. Apa yang harus aku lakukan agar bisa menebus kesalahanku padamu, Lex?" Air mataku terjatuh dengan deras. Aku sudah tidak memikirkan malu karena seorang lelaki menangis. Ini tentang kerinduan.

"Aku Alex, Fank. Semenjak aku meninggal di Kota Chaya, diriku berubah menjadi seperti ini. Aku sudah tahu, kamu tidak akan menyelamatkan diriku. Bukan karena kamu tak setia, tetapi kondisi yang tak memungkinkan. Aku bahagia bisa menemani dirimu dan menjaga dari semua hal yang ingin menyakiti." Bayangan yang ternyata Alex itu mulai mendekat ke arahku.

"Fank, aku yakin kamu bisa. Lupakan semua kenangan dan janji yang pernah kita buat sebelumnya. Aku berharap besar kamu bisa mengembalikan semua kekacauan ini dengan sendiri. Kamu ini lelaki hebat, walaupun di sepanjang perjalanan sering membuat hal konyol dan berakhir sengsara, tetapi aku menikmatinya." Bayangan itu berubah menjadi Alex seutuhnya. Dia memberikan sebuah kunci dimensi kepadaku. Aku langsung memeluk tubuhnya dan semua kerinduan tentang dirinya berhasil terobati.

"Alex ... ayo kita lanjutkan perjalanan ini. Biarkan aku yang menjadi pahlawan dan kamu yang menjadi yang konyol." Aku meyakinkan Alex untuk ikut bergabung lagi. Namun, Alex menggeleng.

"Bukankah kamu ingin menikah. Jika aku ikut bergabung lagi, kamu tidak akan menikah, Fankir Slyhanr. Itu impianmu, kejarlah! Aku akan melihat dari jauh betapa kerasnya perjuangan dirimu. Melangkahlah agar kamu bisa menemukan kebahagiaan."

"Van Alexander Corturus, aku bahagia bersama. Ayo kita melanjutkan perjalanan ini. Ayo Alex!" ajakku dan Alex menggeleng lagi.

"Aku harus pergi. Terima kasih telah menjadi temanku Fank. Kita tetap teman, aku bahagia bisa berteman dengan dirimu. Selamat tinggal." Alex mengulurkan tangan dan kusambut cepat uluran itu. Alex meneteskan air mata. Perpisahan yang sebelumnya kita pikirkan menjadi kenyataan yang perih.

"Alex tunggu ...." Tubuh Alex perlahan menjadi sebuah butiran debu yang terbang ke langit. Setelah itu terdapat sebuah cahaya yang sangat terang. Lebih indahnya lagi, terdapat sebuah pelangi dan dua burung kecil yang terbang di sana.

Kedua burung tersebut terbang dengan gembira. Mereka mengeluarkan suara hang enak di dengar. Namun tiba-tiba di antara mereka ada yang jatuh, sayapnya terluka karena tersenggol burung satunya hingga menabrak sebuah ranting.

Kemudian, burung yang sayapnya terluka tersebut terkulai lemas. Lalu, burung yang satunya ikut turun dan sepertinya sedang sedih. Burung yang terluka tersebut langsung terpejam dan burung yang sehat langsung berisik. Ia terbang sembari mengeluarkan suara yang beruntun dan keras. Aku yang penasaran segera menghampiri burung yang terluka dan ternyata dia sudah mati. Kejadian ini sama persis dengan kisahku dengan Alex.

"Alex ...!" Alex telah menghilang dengan sebuah senyuman yang sudah lama aku tidak melihatnya. Aku tahu, dia adalah teman yang paling baik.


***
Thanks yang udah baca, see you

Detektif Absurd[COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang