08

88 37 3
                                    

Aku penasaran terhadap salah satu rumah di sini. Letaknya di seberang jalan. Rumah tua- terlihat tidak diurus dan banyak sekali tanaman yang tumbuh hingga menjulang tinggi. Aku mengajak Jim dan Key untuk mendekat ke sana.

Benar-benar rumah yang tidak terawat. Rumahnya sebenarnya bagus, tapi penghuninya seperti pergi cukup lama dan tidak mempedulikan rumah sebagus ini. Wah, sayang sekali. Rumah ini bisa dibilang rumah paling bagus di desa.

"Jim, Key," panggilku.

"Iya, ada apa?" tanya Key.

"Wah, rumah siapa nih?" tanyaku kepada mereka sambil membersihkan beberapa tanaman yang menjalar ke atas.

"Rumahnya Jay," jawab Key datar. Dia menarik tanganku untuk menjauh dari rumah Jay.

"Kita langsung ke pasar saja, Fank," kata Jim.

"Oke."

Perjalanan ke pasar tidaklah lama. Mungkin hanya sekitar 20 menitan saja. Di sini juga tidak terlalu ramai. Maklumlah, jumlah penduduknya saja bisa dihitung dengan jari.

Jim dan Key langsung menuju ke tempat makan. Mereka berdua ingin mengajakku sarapan terlebih dahulu sebelum berkeliling di pasar ini. Makanannya enak. Walaupun yang memasak seorang laki-laki.

Selesai makan, kami bertiga menuju tempat penjual ramuan. Aku menepi dan duduk menjauh dari penjual ramuan tersebut. Aku tidak tertarik dengan hal-hal semacam ini. Tapi, saat kudengar penjual tersebut menyebut nama Metro, aku langsung mendekat agar lebih mengetahui tentang pembicaraan mereka.

"Ramuannya habis, sudah dibeli sama profesor Metro barusan," kata penjual tersebut.

"Wah, kami terlambat nih," kata Jim.

"Ramuannya akan saya buat lagi nanti malam, besok datanglah ke sini lagi."

"Maaf, kalau boleh saya tahu, profesor Metro membeli ramuan di sini untuk apa?" tanyaku kepada penjual.

"Oh, saya tidak tahu."

"Benarkah kamu tidak tahu? Di sini banyak yang menjual ramuan, tapi kenapa profesor membeli ramuannya kepadamu?" Aku masih tidak percaya kepadanya.

"Be-benar saya tidak tahu," jawabnya dengan terbata-bata.

"Sudahlah, ayo kita pergi!" seru Key.

Saat kami bertiga duduk di sebuah tempat makan yang tadi. Aku melihat profesor Metro sedang berjalan bersama profesor Jay. Padahal yang kutahu mereka saling membenci. Sekarang mereka berdua berjalan bersama.

'Aku ingin tahu, mengapa mereka berdua terlihat akur. Tapi, jika aku mengikuti mereka, Jim dan Key pasti akan curiga kepadaku,' batinku.

Jim dan Key ternyata belum melihat profesor Jay. Karena jika mereka sudah melihat pasti akan bersembunyi dan menjauh darinya. Aku mencari alasan ingin membuang air kecil kepada mereka berdua. Kemudian dengan jalan sedikit cepat aku mengikuti profesor Metro.

Sekarang aku tepat di belakangnya mereka. Mereka berbicara dengan sangat pelan. Aku sama sekali tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Jadi, karena terlalu fokus untuk mendengarkan mereka, aku sampai tidak melihat sebuah batu yang ada di jalan.

"Aduh!" Aku tersandung. Profesor Metro dan Jay berbalik badan. Aku segera bersembunyi di bawah meja. Terlihat profesor Jay yang mengambil senjatanya entah apa itu namanya dan melemparkan ke arahku.

Jantungku rasanya sudah terlepas. Bagaimana tidak? Jika saja profesor Metro melihat diriku yang sekarang berada di sini pasti dia akan marah. Karena terakhir kali dia menyuruhku untuk ke danau bukan ke pasar.

Detektif Absurd[COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang