15

41 9 3
                                    

***

Kami berempat mulai membaca buku ini dengan serius. Kakek juga ikut menemani kami di perpustakaan. Aku menemukan banyak teka-teki di dalamnya. Sungguh, ini benar-benar rumit. Otakku seakan tersesat akan pernyataan, tetapi seperti pernyataan yang butuh jawaban.

"Kunci itulah jawabannya," ujarku pelan saat membaca sebuah kalimat yang membingungkan.

"Apa kalian mengerti maksudnya?" Tiba-tiba kakek mengangkat bicara. Kami terdiam, memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan kakek.

"Mungkin maksudnya, kami harus mencari sebuah kunci dan jika sudah menemukannya maka memang benar bahwa kunci itulah jawabannya," kata Key memberi pendapatnya. Namun, kakek menggeleng sambil tersenyum.

"Mungkin juga begitu, aku setuju dengan Key," ucap Nez dan Jim mengangguk tanda ia juga setuju dengan pendapat Key. Namun, aku merasa pendapat Key seperti bukan yang diucapkan oleh hati.

"Kalau aku, kurang setuju dengan pendapatnya. Menurutku kita tidak usah mencari kuncinya karena kunci tersebut sebenarnya sudah ada di dalam kata tersebut," kataku yang membuat mereka terdiam. Namun, kakek malah mengangguk dan tersenyum lebih lebar dari sebelumnya.

Aku berjalan seorang diri di hutan. Tidak mengenal arah, waktu, dan cinta. Namun, aku mengenal keyakinan. Keyakinan akan mengenalkanku terhadap sebuah kebebasan. Aku tahu, itu tidak semua keyakinan itu benar. Terkadang setelah yakin akan timbul keraguan. Aku hanya berharap di setiap langkah yang akan dijalani maupun yang sudah dilalui tidak mengandung arti penyesalan. ( halaman 4)

Kemudian Kakek membuka ke halaman lima belas. Di sana juga terdapat sebuah kata-kata yang maknanya sangat mendalam. Aku bingung. Apa ini sebuah petunjuk atau sebuah saran? Semakin jauh aku membaca kalimat-kalimat bermakna ini, semakin dalam juga makna yang harus dimengerti serta dipecahkan.

Apa kalian tahu? Aku sekarang bahagia sekali. Keyakinanku waktu itu ternyata benar. Bahkan, sekarang yang kudapatkan adalah sebuah kebahagiaan. Namun, sebuah kebahagiaan di awal itu cukup membuat was-was. Tunggu, aku mohon. Jangan kosongkan pikiran kalian! Jangan! Jangan pernah melanggar perkataanku! Awas! (halaman 15)

Kami berhenti sejenak. Mendengarkan degupan jantung masing-masing yang berbunyi sangat keras. Di saat Jim ingin membuka ke halaman selanjutnya, tiba-tiba tangan Kakek mencegahnya. Kami saling menatap. Lalu, Jim menarik tangannya dan buku itu masih setia terbuka di halaman lima belas.

"Tenangkan dahulu pikiran kalian!" seru kakek. Kami mengangguk dan menyiapkan mental untuk membaca buku ini sampai halaman terakhir.

Tenang, kalau kalian waktu itu mengikuti perkataanku, maka keselamatan masih bersarang di diri kalian masing-masing. Sekarang, cepat pegang lidah kalian masing-masing! Aku tidak mau kalian terluka. Apalagi sampai masuk ke jurang pembalasan. Pegang lidah kalian sampai akhir dari ini semua. (halaman 21)

Detektif Absurd[COMPLETE] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang