Mystic Apartement 2

1.4K 78 2
                                    

Yaya hanya menghela nafas dan tersenyum kecil, memikirkan semua hal itu membuatnya jadi lelah sekarang. Tapi masih ada satu misteri lagi yang belum terpecahkan. Siapa sebenarnya pria yang menolongnya waktu itu?

Selagi memikirkan hal tersebut, tak lama kemudian rasa kantuk terus menyerang dirinya. Dan akhirnya Yaya pun larut dan jatuh ke dalam alam bawah sadarnya.

Hingga keesokan paginya…

"Ya… Yaya. Psst…Yaya. Yaya!"

Terdengar suara lembut yang begitu familiar memanggil namanya berkali-kali dan menarik gadis itu keluar dari alam mimpinya. "Ughh…" Yaya menggerutu, berharap bisa mendapatkan waktu tidur tambahan, matanya sulit sekali dibuka dan tubuhnya masih sangat lelah.

"Sudah pagi loh"

Suara itu kembali terdengar, masih belum puas mencoba membangunkan gadis itu. Dengan berat Yaya pun akhirnya membuka kedua kelopak matanya, dan menemukan seorang pangeran tampan(?) dengan iris berwarna emas sedang berjongkok di dekatnya sambil menyunggingkan sebuah senyuman manis.

"Selamat pagi" sapa pria tersebut.

Yaya hanya mengerjap-ngerjap, mencoba memahami keadaan sekitarnya sekaligus mengumpulkan kembali nyawanya yang sudah memecah dan tersebar kemana-mana. "Kak Gempa…?" kemudian gadis itu pun bangkit dari pembaringan nya, rambutnya acak-acakan dan matanya masih berat untuk terbuka sepenuhnya. Belum lagi ilernya yang masih menggantung di sudut bibir.

Satu kata yang menggambarkan keadaan Yaya saat ini adalah 'Parah'

"Aku datang untuk menjemputmu" kata Gempa lagi, masih mencoba menyadarkan Yaya yang sepertinya nyawanya baru terkumpul setengah.

"Ughh… Jam berapa ini?" keluh gadis itu sambil mengacak rambut coklat pendeknya yang sudah lebih dulu acak-acakan.

"Jam setengah sepuluh." jawab Gempa enteng plus senyuman merekah di wajahnya. Yaya membelalak. Seperti terhisap vakum, mendadak saja semuanya nyawanya terkumpul kembali dengan kecepatan kilat dan membuatnya langsung kembali segar bugar.

"APAA!"

Dengan panik gadis itu langsung meraih smartphoneputihnya lalu menyalakan layarnya untuk mengecek jam. Benar, ternyata memang sudah pukul 09.30 waktu Jepang, sudah lewat 10 menit lagi.

Astaga, padahal kemarin janjinya dia akan di jemput pukul sembilan dan ternyata sudah lewat 40 menit, baru dia bangun. Padahal tadi malam dia berniat bangun setidaknya satu jam lebih awal agar punya waktu untuk bersiap-siap. Dan lucunya, Gempa masih bersabar menunggunya untuk bangun meskipun sudah sangat telat dari waktu perjanjiannya.

"Kau tidur nyenyak sekali. Maaf ya, aku membangunkanmu" kata Gempa dan membuat Yaya menoleh padanya.

Gadis itu hanya tertunduk. Untuk apa minta maaf, Gempa tidak salah, Yaya lah yang salah karena bangun telat. Kira-kira mungkin seperti itu yang dipikirkan oleh gadis itu. Sekarang dia jadi menyesal karena tadi malam tidur terlalu larut. Tunggu sebentar, ini bukan waktunya diam dan menyesali yang sedang terjadi, lebih baik segera bangkit dan siap-siap.

"Anu… Kak Gempa. Tunggu sebentar ya, aku bersiap-siap dulu" pinta Yaya dengan wajah memelas.

"Begitu saja tidak pa-pa kok. Kau bisa lakukan itu saat kita sampai saja, soalnya aku ada urusan pukul sebelas nanti" jawab Gempa sambil mengetuk-ngetuk arlojinya yang berada di tangan kanan.

Mendengar itu tentu saja Yaya semakin panik dan kebingungan. "Uhh… Umm… Ka-Kalau gitu… setidaknya biarkan aku cuci muka dan ganti baju dulu. Berikan aku lima belas–tidak. Sepuluh menit!" ucapnya meminta konsekuensi.

Fanfiction ElementalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang